Jumat, Februari 13, 2009

Perlawanan Terhadap Dakwah Islam

Pertempuran antara yang haq dan yang batil tetap terus berlanjut hingga Hari Kiamat. Begitu pula halnya dengan dakwah Rasulullah saw. Ibn Ishaq meriwayatkan, bahwa orang-orang Quraisy makin meningkatkan permusuhannya terhadap Rasulullah saw. dan orang-orang yang memeluk Islam bersama beliau. Mereka mengerahkan orang-orang gila untuk mendustakan beliau, mengganggu dan menuduh beliau sebagai penyair, penyihir, dukun, dan orang gila. Rasulullah saw. tetap menunjukkan perintah Allah, tidak menyembunyikannya; bahkan menampakkan apa yang mereka tidak sukai, menghina agama mereka, mencampakkan patung-patung mereka, dan tidak hanyut dengan kekafiran mereka. (Ibn Hisyam, Sîrah Ibn Hisyâm, jld. I/309-310). Di bagian lain, Ibn Ishaq menceritakan, bahwa setelah itu Islam tersebar luas di kota Makkah, di kalangan masyarakat, baik laki-laki maupun kalangan wanita kabilah-kabilah Quraisy. Orang-orang Quraisy menahan siapa saja yang bisa mereka tangkap dan menyiksa siapa saja yang bisa mereka siksa (Ibid, jld. I/315-316). Berbagai bentuk perlawanan ditunjukkan oleh kafir Quraisy seperti: (1) penganiayaan; (2) propaganda di dalam dan di luar kota Makkah; (3) pemboikotan. Seluruh bentuk perlawanan tersebut dialami bukan hanya oleh Rasulullah saw., melainkan juga seluruh sahabat Rasul yang tergolong angkatan pertama memeluk Islam. Ada yang disiksa agar kembali murtad, seperti yang dialami Bilal; ada pula yang disiksa dan dibunuh sebagaimana yang dialami keluarga Yasir dan Sumayyah. Rasulullah saw. sendiri pun mengalami penganiayaan fisik dari tokoh-tokoh Quraisy; dari mulai dilempari kotoran unta dan kambing, hingga dicekik. Namun, yang paling berat dialami oleh kaum Muslim adalah pemboikotan total atas kaum Muslim dan Bani Hasyim serta Bani Abdul Muthalib oleh pihak Quraisy. Klausul-klausul dalam pemboikotan tersebut berisi, boikot total atas interaksi ekonomi (jual-beli dan transaksi perdagangan lainnya), boikot total atas interaksi komunikasi, dan boikot total atas interaksi sosial (putusnya saling kunjung mengunjungi dan tidak diperbolehkan saling kawin mengawinkan). Pelajaran dan ‘Ibrah Pertama, adalah sunnatullah bahwa dakwah Islam yang mengikuti manhaj (tharîqah) Nabi saw. pasti mengalami berbagai cobaan. Malah bisa dikatakan bahwa adanya perlawanan dari orang-orang (atau negara-negara) kafir terhadap aktivitas dakwah Islam merupakan jalan yang harus dilalui oleh para pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman: Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS al-Baqarah [2]: 214). Jika demikian halnya, perlawanan terhadap dakwah Islam bukanlah unsur yang layak diperhitungkan hingga kita mengubah ide/pemikiran dakwah atau metode (tharîqah) dakwah. Sebab, adanya perlawanan merupakan sunnatullah! Oleh karena itu, para pengemban dakwah seyogyanya mampu menggambarkan langkah-langkah dakwah yang akan dilaluinya, termasuk adanya perlawanan terhadap dakwahnya maupun terhadap para pengemban dakwah. Kedua, bentuk-bentuk perlawanan dari pihak-pihak yang tidak menyukai dakwah dan para pengemban dakwah Islam pada umumnya dua macam, yaitu: bentuk tekanan fisik, baik teror, pengusiran, penganiayaan, penculikan, penahanan, hingga pembunuhan; dan non-fisik, baik berupa bujuk rayu dan kompromi (dengan imbalan harta benda, wanita, kekuasaan/jabatan, citra sosial, dan lain-lain), black propaganda dengan segala jenisnya. Pada masa Rasulullah saw, karena beliau memiliki jiwa dan perilaku yang bersih lagi suci, kafir Quraisy tidak memiliki dalih untuk melakukan propaganda yang menyangkut aib beliau, karena memang tidak ada. Propaganda yang dilakukan mereka justru pada implikasi dari dakwah Rasul. Beliau kemudian dicap dengan sebutan si penyihir, si penyair, orang gila, atau dukun. Semua itu tidak berhasil sehingga tekanan kembali pada perlawanan secara fisik. Hingga detik terakhir saw. sebelum berhijrah, ancaman dan tekanan terhadap beliau tidak semakin surut, bahkan diri beliau menjadi sasaran pembunuhan.

Hal yang sama bisa menimpa para pengemban dakwah masa kini, yang berupaya melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat—bahkan seluruh dunia—agar kembali menjalankan sistem hukum Islam. Tuduhan dan propaganda sesat seperti ekstremis, fundamentalis, hingga label teroris sengaja dilekatkan pada para pengemban dakwah oleh Barat dan sekutunya. Tujuannya adalah untuk memutus hubungan antara para pengemban dakwah dan masyarakat. Propaganda tersebut diulang-ulang agar masyarakat memusuhi para pengemban dakwah.
Itulah sebabnya, mengapa para pengemban dakwah dituntut untuk memiliki jiwa dan perilaku yang bersih, serta bergaul di tengah-tengah masyarakat dan bersama-sama masyarakat, agar tuduhan-tuduhan mereka tidak mengenai sasarannya. Selain itu, para pengemban dakwah harus menyadari sekaligus mempersiapkan dirinya bahwa jalan yang akan ditempuhnya penuh dengan skenario jahat dan rekayasa licik musuh-musuh Islam dan kaum Muslim. Karenanya, ia harus memiliki akidah kokoh, dan yakin bahwa hanya Allah saja satu-satunya Zat Yang menolongnya. Yang ditakutinya, serta Yang Menghidupkan dan Mematikan. Dialah Yang Memberi rezeki dan hanya Allah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu. Senjata yang dimiliki para pengemban dakwah Islam adalah keimanannya yang dalam kepada Allah dan ‘peluru’ yang dimuntahkannya hanyalah ayat-ayat Allah Swt. dan as-Sunnah. Hanya dengan itulah para pengemban dakwah melakukan aktivitasnya. Itulah juga yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya di kota Makkah. Ketiga, Rasulullah saw. Mengajari kita sikap untuk menghadapi para penentang dakwah. Khabbab bin Arts berkata (yang artinya): Aku datang menjumpai Rasulullah saw, saat itu beliau tengah berteduh di Ka’bah. Kepada beliau aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak memohonkan pertolongan Allah kepada kami? Apakah engkau tidak berdoa bagi kami?” Beliau menjawab, “Sebelum engkau dahulu ada orang-orang yang disiksa dengan ditanam hidup-hidup, ada yang dibelah kepalanya menjadi dua, ada pula yang di sisir rambutnya dengan sisir besi hingga kulit kepalanya terkelupas. Namun, siksaan-siksaan itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk tetap mempertahankan agama. Demi Allah, Allah pasti akan menuntaskan seluruh persoalan itu sampai seseorang berani berjalan (seorang diri) dari Shan’a ke Hadramaut tanpa merasa takut kepada siapapun selain Allah, dan ia hanya takut kambingnya disergap srigala. Sayangnya, kalian tampak terburu-buru. (HR al-Bukhari). Artinya, kita harus bersabar, yakni tetap memegang teguh keyakinan, ide, dan pemikiran kita (yaitu Islam) yang tetap kita dakwahkan di tengah-tengah masyarakat. Kita juga tetap teguh dengan metode dakwah tersebut, sebagaimana yang dijalankan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Betapapun banyaknya musuh dan apapun propaganda yang mereka lontarkan terhadap Islam dan para pengemban dakwah, semua itu tidak berarti apa-apa di hadapan pengemban dakwah. Baginya, jalan dakwah itu sudah sangat jelas. Apa yang akan dilaluinya, hambatan-hambatan yang akan menimpanya, hasil yang akan diperolehnya, dan janji Allah yang akan diraihnya, semuanya sangat gamblang. Jadi, untuk apa berputus asa? Maju terus, Allâhu Akbar!

Antara Jihad Dan Imperialisme Oleh Farid Wadjdi

Salah satu upaya Barat untuk melestarikan imperialismenya di Dunia Islam adalah dengan memadamkan api jihad di tengah-tengah kaum Muslim. Negara-negara imperialis itu sangat sadar, bahwa jihad yang dilakukan oleh kaum Muslim di seluruh dunia jelas akan membahayakan status quo mereka sebagai negara yang mendominasi dan merampok dunia saat ini.

Berbagai cara kemudian dilakukan untuk itu; baik secara halus atau kasar; mulai dari mempelintir dalil-dalil al-Quran sampai melakukan penghinaan dan pemutarbalikan fakta. Upaya pemilintiran makna jihad antara lain dengan mengatakan jihad dalam Islam bersifat defensif (bertahan), bukan ofensif. Mereka juga memanfaatkan ulama-ulama yang dikesankan bijak dan alim dengan mengatakan, yang terpenting adalah jihad melawan hawa nafsu; jihad ini adalah jihad akbar dibandingkan dengan jihad dalam pengertian perang. Ada juga upaya untuk memperluas makna jihad dengan mengambil makna bahasanya. Muncul pula istilah-istilah yang sebelumnya tidak dikenal pada zaman Rosulullah dan salaf ash-shâlih, seperti jihad pembangunan, jihad politik, jihad ekonomi, jihad pendidikan, dan lain-lain. Semua itu bermuara pada direduksinya makna jihad dalam pengertian yang sesungguhnya, yakni perang.

Tidak berhenti di sana, jihad pun diputarbalikkan dengan makna-makna yang jelek. Jihad kemudian diidentikkan dengan terorisme, fundamentalisme, barbarisme, dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Tindakan pejuang Palestina, Irak, Chechnya, Moro, Pattani, yang dijajah terutama oleh negara-negara imperilias disebut dengan tindakan teroris dan militan barbar. Sebaliknya, apa yang dilakukan AS dan negara-negara imperialis lainnya dicitrakan sebagai tindakan yang baik. AS dan Inggris menyerang Irak, Afganistan disebut sebagai tindakan pembebasan, penegakan demokrasi, dan HAM.

Adapula yang mengatakan, sebenarnya tidak ada bedanya antara imperilisme Barat dan jihad (futûhât) dalam Islam. Kedua-duanya menggunakan kekerasaan, menumpahkan darah, merampok, serta merampas dan mengeksploitasi negara yang dijajahnya. Dalam persfektif ini, kemudian mereka menuduh agama sebagai sumber konflik dan kekacaauan di dunia. Mereka kemudian menyerukan ide-ide humanis, seperti perdamaian.

Penggunaan Kekerasaan oleh Negara

Bisa dipastikan, tidak ada satu negara besar yang berbasis ideologi pun di dunia ini yang tidak menggunakan kekerasaan dalam meraih tujuan-tujuannya. Sebut saja, misalnya, AS sebagai negara kapitalis terkemuka di dunia. Dalam praktiknya, AS banyak menggunakan kekerasaan untuk menyebarluaskan ide-ide Kapitalismenya dan mencapai kepentingan nasionalnya.

Negara-negara yang berbasis ideologi Sosialisme-Komunisme juga melakukan hal yang sama. Sejarah telah mencatat bagaimana Rusia saat Perang Dingin melakukan pembantaian bukan hanya di negaranya, tetapi hampir di seluruh dunia.

Memang, penggunaan kekerasaan tidak bisa dihilangkan mengingat dunia pastilah terdiri dari berbagai macam pemikiran, ideologi, atau kepentingan. Saat satu negara ingin menyampaikan ideologinya atau kepentingannya, pastilah terjadi perlawanan dari pihak lain yang juga memiliki kepentingan. Manusia juga tidak semuanya baik dan tidak semuanya bisa disadarkan dengan kata-kata.

Sebuah negara kadang-kadang juga harus menggunakan kekerasaan untuk menghentikan atau mencegah tindakan kejahatan negara lain.
Tinggal persoalannya, atas dasar apa kekerasaan itu digunakan, tujuannya apa, dan bagaimana caranya. Inilah yang membedakan penggunaan kekerasaan oleh negara-negera ideologis tersebut. Dalam hal ini, sebuah ideologi akan sangat mempengaruhi bagaimana penggunaan kekerasan tersebut dilakukan. Jadi, meskipun Negara Islam dan Negara Kapitalis sama-sama menggunakan kekerasan, ada perbedaan mendasar di antara keduanya.

Motif dan Tujuan

Jihad bermotifkan keinginan untuk melaksanakan perintah Allah Swt. Kemurnian motif ini menjadi penentu apakah seseorang diterima amal jihadnya atau tidak. Karena itu, jihad yang benar dan yang ikhlas karena semata-mata menjalankan perintah Allah akan menyampingkan dominasi hawa nafsu manusia yang cenderung pada kerusakan.

Islam bersumber dari Allah Swt. Yang menciptakan alam semesta, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Karena itu, penerapan ideologi Islam pasti akan memberikan rahmat/kebaikan pada setiap manusia (Lihat: QS al-Anbiya’ [21]: 107).

Rahmat tersebut sesungguhnya akan terwujud dengan penerapan hukum-hukum Islam. Karena itu, ideologi Islam yang sesuai dengan fitrah dan memuaskan akal manusia akan memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia. Sebaliknya, ideologi Kapitalisme bermotifkan keserakahan manusia untuk memuaskan hawa nafsunya. Tidak mengherankan kalau imperialisme membawa bencana bagi manusia.

Karena itu, tujuan jihad tidak ada hubungan dengan keinginan untuk merampas dan mengekploitasai bangsa lain serta mendapatkan kedudukan untuk mendominasi manusia lain atau menindas bangsa lain. Tidak ada sama sekali. Tujuan jihad adalah semata-mata untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga Islam sebagai agama yang membawa kebaikan pada setiap manusia bisa dirasakan oleh siapapun tanpa ada yang menghalanginya.

Allah Swt. telah menjelaskan beberapa tujuan dari jihad di dalam al-Quran: Pertama, meninggikan kalimat Allah dan melenyapkan segala macam fitnah (kekufuran). Allah Swt. berfirman:

Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah (kekufuran) dan adalah agama bagi Allah semata-mata. (QS al-Baqarah [2]: 193).

Kedua, menghilangkan kezaliman yang menimpa umat Islam. Allah Swt. Berfirman:

Diizinkan bagi orang-orang yang diperangi (untuk berperang) karena mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk menolong mereka. (QS al Hajj [22]: 39).

Ketiga, menggentarkan musuh Allah dan siap saja yang berada di belakang musuh hingga mereka tunduk kepada Islam. Allah Swt. berfirman:

Siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambatkan (untuk persiapan perang), yang dengan itu kalian menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian. (QS al-Anfal [8]: 60).

Walhasil, jihad jelas berbeda dengan imperialisme yang berpijak pada ideologi Kapitalisme. Imperialisme didorong oleh keserakan manusia, yaitu untuk merampas kekayaan alam negeri yang dijajah, mendominasi, dan menindas manusia-manusia yang ada di dalamnya. Motif imperialisme/kolonialisme Barat tidak bisa dipisahkan dari ideologi Kapitalisme yang diusung oleh mereka.

Imperialisme (penjajahan) sendiri merupakan strategi kebijakan luar negeri yang sering ditempuh oleh negara-negara kapitalis. Imperialisme, kolonialisme, atau penjajahan telah dijadikan oleh negara-negara kapitalis seperti AS untuk membuka peluang baru bagi penanaman modal, menemukan pasar baru bagi kelebihan produksi yang tidak dapat dijual di dalam negeri, serta mengamankan pemasukan bahan baku murah untuk kelanjutan proses produksi dalam negeri. Imperialisme ini kemudian menimbulkan hubungan superior dan inferior—negara-negara kapitalis menganggap mereka merupakan tuan, sementara negara lain adalah budak yang harus tunduk apapun perintah tuannya.

Perbedaan Cara

Motif dan tujuan yang berbeda tentu saja melahirkan cara yang berbeda pula. Motif dan tujuan yang didasarkan pada keserakahan hawa nafsu manusia seperti dalam ideologi Kapitalisme telah membuat ideologi ini menganut prinsip menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Bagi negara penganut ideologi Kapitalisme, penipuan, kebohongan, sampai pembantaian umat manusia adalah sah-sah saja dalam rangka mencapai tujuannya. Tidaklah mengherankan kalau sejarah Kapitalisme dunia diisi dengan dengan darah dan air mata dari negara yang dijajah.

Dalam sejarah kolonialisme tidak terhitung berapa korban dari wilayah yang dijajah. Perang Dunia I dan II saja memakan jutaan jiwa dan penderitaan bagi mereka yang masih hidup. Dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang membunuh lebih dari tiga juta jiwa rakyat sipil. Perang Dingin dan Perang Melawan Terorisme yang dipimpin oleh AS juga telah menimbulkan banyak korban rakyat sipil. Dalam Perang Vietnam AS menumpahkan 12 juta galon Agen Orange, menghancurkan 4,5 juta hektar tumbuhan, dan menewaskan banyak rakyat sipil. Ribuan kaum Muslim di Irak dan Afganistan dibunuh atas dasar perang melawan terorisme yang penuh kebohongan. Embargo yang disponsori oleh AS telah membunuh lebih dari 1,5 juta rakyat Irak.

Akan tetapi, semua itu dipandang enteng oleh negara-negara imperilias tersebut. Lihat saja saat Collin Powel ditanya tentang terbunuhnya lebih kurang 200.000 rakyat Irak dalam Perang Teluk di era Bush Senior dulu. Dengan enteng, dia menjawab, “Tidak begitu peduli dengan angka-angka itu.”

Madeleine Albright (Menlu AS era Clinton) oleh koresponde CBS tentang jumlah korban rakyat Irak yang mencapai 800.000 orang akibat embargo PBB. Jawaban Albrigt sama kejamnya, “We think the price worth itu, (Kami kira itulah harga yang pantas untuk itu).”
Jadi, membunuh ratusan ribu nyawa kaum Muslim dianggap sebagai harga yang pantas demi kejayaan Kapitalisme yang rakus. Hal yang sama diungkap oleh Rumsfeld melalui kata-katanya, “Free people have the right to do bad things and commit crimes.”
Artinya, bagi negara-negara yang menganut kebebesan tersebut, apapun menjadi sah untuk dilakukan bahkan untuk melakukan tindakan kriminalitas.

Hal ini sangat berbeda dengan Islam yang menjalankan perangnya atas dasar petunjuk Allah Swt. Ada aktivitas yang harus dilakukan sebelum perang, yakni mengajak mereka terlebih dulu memeluk Islam. Kalau tidak mau, mereka ditawari masuk dalam kekuasaan Khilafah seraya membayar jizyah, meskipun mereka tetap pada agama mereka. Walhasil, dalam Islam, perang merupakan pilihan terakhir.

Perang Islam juga bukanlah perang yang barbar. Perang dalam rangka futûhât bukanlah untuk memerangi rakyat setempat, tetapi untuk menghilangkan penghalang-penghalang fisik, termasuk penguasa zalim mereka yang menghalangi diterima Islam secara lapang dan jujur. Dalam perang itu, Islam melarang membunuh orang-orang yang bukan termasuk tentara perang seperti anak-anak kecil, wanita, orang tua, dan para rahib di gereja-gereja. Tawanan perang juga diperlakukan dengan baik. Penggunaan senjata pemusnah massal seperti senjata nuklir dan senjata kimia hanya digunakan kalau musuh menggunakan senjata yang serupa. Sebab, dalam Islam musuh harus diperlakukan setimpal. (Lihat: QS an-Nahl [16]: 126).

Fakta Yang Terbantahkan

Perbedaan motif, tujuan, dan caranya juga tentu saja memberikan hasil yang berbeda. Jihad yang dilakukan Islam telah memberikan kebaikan kepada setiap manusia. Penerapan aturan Islam yang adil kepada masyarakat yang ditaklukkan membuat mereka (yang ditaklukkan) tidak pernah merasa berbeda dengan yang menaklukkan mereka. Sebab, Daulah Khilafah Islam memberikan jaminan kebutuhan pokok, kesejahteraan, dan keamanan yang sama bagi seluruh warganya; tanpa melihat apakah dia merupakan rakyat yang ditallukkan atau tidak. Mereka sama-sama hidup sejahtera di bawah naungan Islam.

Penerapan hukum Islam akan menjamin kebutuhan pokok dan keamanan warganya. Islam juga menjamin pendidikan yang gratis bagi seluruh warga negara, kesehatan yang gratis, dan perlakuan penerapan hukum yang sama; tanpa memandang dari suku, kelompok, bangsa, atau agamanya apa dia berasal.

Rasulullah sendiri sangat memperhatikan perlakuan terhadap ahlu dzimmah ini agar mereka tidak disakiti dan dizalimi. Rasulullah juga melarang merusak tempat-tempat ibadah non-Muslim. Persamaan di depan hukum sangat tampak jelas dari pernyataan Rasulullah yang menyatakan akan memotong tangan pencuri meskipun itu adalah anaknya sendiri. Hal ini dipraktikkan oleh kepala negara (Khalifah) setelahnya. Sangat populer praktik keadilan Islam seperti diriwayatkan bagaimana seorang Yahudi dibebaskan dari tuduhan mencuri di pengadilan Islam karena tidak cukup bukti.

Padahal yang memperkarakannya adalah pemimpin negara Islam sekaligus sahabat Rasulullah yang agung, Khalifah Ali bin Abi Thalib.
‘Umar bin al-Khaththab, saat menjadi khalifah, pernah membebaskan tanah milik orang Yahudi yang dirampas untuk dibangun masjid. Khalifah menyuruh agar masjid itu dirubuhkan dan tanahnya dikembalikan kepada Yahudi. Dia juga pernah membebaskan seorang Yahudi tua yang tidak sanggup lagi membayar jizyah (bayaran yang diberikan warga non-Muslim kepada negara) karena memang tidak mampu. Bahkan Khalifah menyuruh bendahara Baitul Mal (lembaga keuangan negara) untuk menyantuni Yahudi tersebut.

Perlu dicatat, bahwa fakta kebaikan ini bukankah semata-mata karena keluhuran pemimpin secara individu, tetapi memang mereka menerapkan aturan Islam tentang hukum-hukum kepada ahlu dzimmah (warga non-Muslim).

Rakyat yang negerinya ditaklukkan oleh Islam pun tidak pernah menganggap Islam sebagai penjajah. Sebaliknya, yang terjadi, mereka menyatu dengan pemeluk Islam lainnya dan bahkan menjadi pembela Islam. Tidak pernah didengar rakyat Mesir, Suriah, Libya, atau Bosnia menganggap Islam sebagai penjajah. Bahkan negeri-negeri itu dipenuhi dengan pejuang-pejuang Islam yang membela agamanya. Kalau Islam dianggap penjajah, bagaimana mungkin mereka membela dan memperjuangkannnya?

Berbeda halnya dengan penjajahan negara-negara imperialis. Hampir sebagian besar rakyatnya menganggap mereka adalah penjajah. Indonesia, sampai kapanpun, akan menganggap Belanda dan Jepang sebagai penjajah. Rakyat Mesir akan abadi menganggap Inggris sebagai penjajah. Itali pun sampai sekarang tetap dianggap penjajah oleh rakyat Libya. Apa yang terjadi di Irak dan Afganistan sekarang adalah bukti yang nyata. Rakyat Irak, meskipun mereka tidak setuju terhadap rezim sebelumnya yang lalim seperti Saddam Husain, bukan berarti mereka menerima Amerika Serikat. Negara super power ini tetap saja dianggap sebagai penjajah. Anggapan ini bukan tanpa alasan, tetapi memang didukung oleh fakta-fakta kekejaman negara itu.

Kalaupun ada yang gembira dengan kedatangan penjajah tersebut, jumlah mereka sangat sedikit. Mereka pada umumnya adalah pengkhianat yang hanya menginginkan kesenangan harta dan kekuasaan.

Syariat Islam yang ingin diterapkan jelas bukan hanya simbol atau kulitnya saja, tetapi benar-benar secara keseluruhan. Dengan demikian, Islam sebagai rahmat bagi semua akan terwujud. Seperti pengakuan Phillip Hitti dalam Short History of The Arab tentang sumbangan orang-orang Arab (Islam) bagi kemajuan manusia, “During all the first part of the Middle Age, no other people made as important a contribution to human progress as did the Arabs….”

Hal yang sama dinyatakan oleh Carleton, saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 M hingga 1600 M, menyatakan, “Peradaban Islam merupakan peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan negara adidaya (super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera lain; dari iklim utara hingga tropis dengan ratusan juta orang di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan suku.”(Technology, Business, and Our Way of Life : What’s Next).

Proyek Isa, Mengajak Muslim Menuju Kristiani

Organisasi misionari neo-evangelis kini tengah bergiat menyebarkan ajaran Kristiani di kalangan Muslim Asia melalui program radio berjudul Kasih Sayang Muslim dan penghormatan terhadap Yesus Kristus.

"Kami meminta Tuhan setiap orang untuk berdoa dan melindungi kami sebagaimana kami berupaya membawa cinta kasih Yesus ke dunia Muslim, "demikian ujar Gregg Haris, presiden dari Far East Broadcasting Company (FEBC), seperti yang dikutip oleh Mission Networ News (MNN) pada 12 Februari lalu.

"FEBC sendiri telah mengudara di dunia Muslim sejak beberapa tahun lalu, dan kami menemukan jika Muslim mendengar tentang cinta kasih Tuhan, mereka semakin ingin tahu lebih dalam," ujar Gregg

FEBC yang menyiarkan program-program Kristiani di dunia lebih dari 150 bahasa, telah meluncurkan rencana jangka panjang untuk menyebarkan Kristen kepada Muslim secara internasional.

Program misionari bernama Proyek Isa itu akan menarget Muslim di Indonesia, Bangladesh, India, dan Pakistan, yang merupakan separuh dari populasi Muslim dunia.

FEBC, menurut Gregg sedang dalam tahap penyelesaian Proyek Isa pertama di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Organisasi itu juga berencana menarget negara mayoritas Muslim, Kazaktan.

"Banyak orang percaya jika Kazaktan akan menjadi kunci berpengaruh dalam iklim keberagamaan di Asia Tengah.

Nama Proyek Isa sengaja dipilih setelah melalui penelitian menyeluruh. "Yesus bukanlah nama asing bagi Muslim," ujar organisasi tersebut dalam situs mereka.

Muslim mempercayai keberadaan Yesus sebagai salah satu nabi besar Tuhan dan ia adalah putra Mariam, namun bukan Anak Tuhan. I dituturkan lahir dalam keajaiban.

FEB meyakini dengan menggunakan nama Yesus seperti dalam kitab suci Al Qur'an akan menjadi jalan terbaik untuk menarik para Muslim.

"Kami cukup beruntung untuk dapat mengatakan pada mereka, "Hei inilah kebenaran Tuhan sesungguhnya dan Anak Tuhan Yesus Kristus. Anda dapat mengenal Dia," ujar Gregg yang juga menjadi direktur program.

FEBC sendiri adalah radio Kristen Internasional yang menyiarkan program dari transmisis lokal di berbagai penjuru dunia.

Radio itu didirikan pada 1945 oleh veteran Perang Dunia II dengan tujuan menciptakan siaran keagamaan yang membawa Gospel kepada jutaan orang di Asia.

Evangelisasi oleh Pantekosta dan misionaris evangelikal, yang umumnya mengincar area Muslim bermasalah, miskin dan dilanda bencana telah lama memicu kemarahan Muslim.

Begitupun dalam General Synod, sebuah pertemuan Gereja Inggris di London pada Rabu pekan ini, tetap memberi dukungan melimpah terhadap mosi pertanyaan pendeta dengan memberi saran, "tetap lakukan dan lakukan envangelisasi,"

"Setiap orang dalam pemikiran saya memiliki potensi untuk beralih," ujar Rev Nezlin Sterling.

Oktober tahun lalu, Gordon Showell-Rogers, Sekretaris Jenderal Aliansi Evangelikal Eropa (EEA) mengajak untuk melakukan upaya membawa Muslim di daratan Eropa beralih menuju Kristiani, dan menganggap imigrasi Muslim pada benua itu sebagai sebuah ''celah evangelistik"./iol/it

Mencari Bidadari Peradaban Dunia (Magazine Version)

Pada tahun 837 Masehi, seorang budak muslimah dilecehkan kemuliaannya oleh seorang prajurit Romawi di kota Amoria, kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Perempuan itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu'tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: Waa Mu'tashimaah…!!!

Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan itu, maka Sang Khalifah yang berada di Baghdad pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan melibas semua orang kafir Romawi yang ada di sana . Sekitar 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 yang lain ditawan. Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah hingga kota Amoria karena besarnya jumlah pasukan.

Begitu menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan dimana rumah perempuan tersebut, saat berjumpa dengannya ia bertanya "Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?"

Sang budak perempuan inipun dibebaskan oleh Sang Khalifah, sedangkan orang Romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi perempuan tersebut.

Lumpur Nista Peradaban

Sekian abad yang lalu, Fir’aun yang lalim menguasai Mesir. Dalam masa pemerintahan penuh kekejaman itu, banyak ditemui kejadian seorang raja yang menikahi saudara perempuan atau bahkan anak perempuannya sendiri. Selain itu, kisah tentang persembahan gadis cantik untuk sungai Nil dan para penarinya sudah tidak asing di telinga kita. Ini menunjukkan bagaimana rendahnya sebuah peradaban memandang dan memperlakukan perempuan di Mesir Kuno.

Peradaban India Kuno pun tidak kalah nista dalam memperlakukan perempuan. Perempuan tidak punya hak sedikitpun untuk menentukan suami. Diantara mereka banyak yang diwajibkan menjadi pelayan Tuhan di kuil-kuil. Salah satu kewajiban mereka adalah melayani tokoh kuil yang disebut Dukun Brahmana. Dalam Undang-Undang India Kuno dikenal delapan macam perkawinan yang kesemuanya merendahkan kehormatan perempuan. Upacara Sati, merupakan salah satu tradisi keji dimana seorang janda dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya yang baru meninggal.

Dalam peradaban Cina, seorang suami boleh menjual istrinya kalau ia memerlukan uang. Perlakuan dalam rumah tangga pun terkadang tidak manusiawi. Istri tidak boleh makan bersama suami. Bahkan makanan yang dimakannya adalah sisa-sisa makanan suaminya itu.

Peradaban Arab Pra Islam juga sangat keji ketika memperlakukan perempuan. Bayi perempuan yang baru lahir dikubur hidup-hidup karena dianggap sebagai sumber kesialan dan memalukan keluarga.

Peradaban Yunani yang dianggap sebagai puncak peradaban intelektual di masanya ternyata tidak memberikan tempat bagi perempuan dengan layak. Pemerintahan Yunani Kuno secara resmi mengakui adanya praktik pelacuran dalam kegiatan sosial ekonominya. Para pelacur ini dikenakan pajak untuk disetor kepada negara. Sumber pendapatan dari pelacuran ini bahkan dianggap salah satu pendapatan negara yang penting.

Agama Yahudi, berdasarkan Hebrew Scipture (kitab-kitab Yahudi), memandang bahwa perempuan selalu dalam kutukan dewa. Sejak lahir ia selalu berdosa dan akan terus berdosa hingga ia mati. Agama Nashara juga menganggap hal serupa. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa yang membujuk Adam untuk memakan buah terlarang adalah Hawa. Kesimpulannya, seperti ditulis DR. Yusuf Qaradhawi tentang pandangan dua keyakinan ini, perempuanlah yang telah menyebabkan Adam dan keturunannya dikeluarkan dari surga.

Cahaya di Atas Cahaya

Pada masa Renaissance, terjadi perubahan sosial politik yang revolusioner. Peradaban kegelapan (Dark Age) di Eropa bangun dan menggeliat menjadi peradaban pencerahan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh perlawanan kaum tertindas terhadap otoritas Gereja Katolik. Perlawanan ini membentuk agama Kristen Protestan yang terpisah dari gereja Katolik Roma sebagai pusat kepausan kala itu.

Agama Kristen Protestan yang mengedepankan sisi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan bisa dikatakan membawa Eropa menuju cahaya peradabannya dan menemukan bentuk jati diri mereka sebagai salah satu bagian dari mozaik peradaban dunia. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Militer dan politik berganti wajah. Industri dan ekonomi berubah dalam alunan revolusi. Sistem sosial dan seni Renaissance bahkan menjadi salah satu aliran pada waktu itu.

Kedudukan perempuan pun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bahkan di beberapa kerajaan, perempuan menjadi ratu yang memimpin sebuah kerajaan besar, Spanyol misalnya. Pemahaman akan liberalisme menjadi jalan bagi perubahan paradigma masyarakat Eropa dalam memperlakukan perempuan. Mereka mampu berkembang dan menduduki pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya tidak mereka bayangkan sendiri.

Sekitar seribu tahun sebelumnya di semenanjung Arab, Islam datang dan membebaskan perempuan dari kubangan lumpur nista peradaban. Mengangkatnya hingga pada kemuliaan dan kehormatan yang tinggi yang tidak didapati pada peradaban sebelumnya. Pada masa itu kaum perempuan diberi kebebasan yang sangat luas dengan aturan-aturan dan batasan-batasan yang manusiawi. Perlakuan perempuan seakan binatang dihilangkan dan digantikan dengan persamaan kedudukan dengan laki-laki dalam banyak hal.

Posisi perempuan dalam peradaban Islam mulai berkembang sejak masa Nabi Muhammad saw hidup. Banyak muncul para ilmuwan perempuan yang menjadi rujukan ilmuwan laki-laki seperti Sayyidah Aisyah, salah seorang istri Nabi Muhammad saw. Puncak peradaban Islam di bidang intelektual terjadi ketika pusat pemerintahan pindah ke Baghdad. Pada masa sesudah itu, puncak perkembangan peran perempuan muslim terjadi di Andalusia, sebuah negara Islam yang sekarang merupakan bagian dari Spanyol.

Islam dan Renaissance membawa perubahan penting sebuah peradaban dalam memperlakukan perempuan. Hal ini berlangsung hingga peradaban modern di abad 20-an. Hasilnya dapat dilihat dengan banyaknya ilmuwan perempuan yang menghasilkan karya-karya monumental dan luar biasa.

Dalam kepemimpinan demokrasi, banyak kita dapati perempuan-perempuan tangguh yang mampu memimpin rakyat. Sebut saja Benazir Bhuto dari Pakistan, Margareth Tatcher dari Inggris, Gloria Macapagal Arroyo dari Philipina atau Megawati Soekarnoputri dari Indonesia.

Orientasi Diri

Kebebasan yang diusung oleh paham demokrasi yang didengung-dengungkan oleh Amerika dengan berbagai elemennya memberikan banyak dampak pada kedudukan, kondisi dan kepribadian perempuan. Setiap perempuan yang terjerat janji manis kebebasan merasa punya hak untuk menuntut kebebasannya itu tanpa batas. Ia tidak mau terikat pada kodrat, aturan dan norma yang menjadi sistem kehidupan manusia. Asalkan itu menyenangkan dirinya maka ia menganggap bahwa itulah hak yang boleh ia miliki secara mutlak.

Emansipasi yang merupakan jargon hidup mereka, menjadi pembenaran atas apa yang mereka inginkan. Meskipun hal itu berlawanan dengan kodrat penciptaan mereka sebagai manusia.

Hak Asasi Manusia dianggap sebagai legalitas atas semua keinginan dan kebebasan personal. Tidak boleh ada yang menahan dan menghalangi apa yang mereka inginkan. Jika sampai ada yang menghalang-halangi kehendak bebas individu berarti ia telah melanggar HAM. Atas dasar ini pulalah, agama, moral, nilai, norma, bahkan hokum, dilanggar begitu saja.

Belum lagi pengaruh media massa sebagai corong pencucian otak yang bekerja menurut ide-ide Zionis dan kapitalis. Padahal setiap diri wajib waspada terhadap langkah-langkah yang akan dan telah ditempuh Zionis terlaknat. Seperti yang sudah ditulis dalam Protocol of Zion (Protokolat Zionisme), mereka telah merencanakan penghancuran peradaban di luar peradaban mereka dengan cara-cara licik melalui media massa. Diantaranya adalah dengan mengubah orientasi kaum perempuan dalam memandang tugas dan fungsi utamanya sebagai manusia.

Mereka menjerumuskan kaum perempuan dan menyibukkannya dengan kegiatan-kegiatan tidak berguna. Menjadikannya lupa dengan tugas utamanya sebagai pembangun peradaban.

Kita dapati dalam info komersial di televisi bahwa keunggulan perempuan dibanding perempuan yang lain adalah berdasarkan warna kulitnya, semakin putih semakin berharga. Rambut yang hitam dan lurus semakin menarik di mata pria. Bibir merah merekah bak delima adalah nilai utama. Bulu mata yang lentik. Kuku berkilau. Badan yang langsing. Baju yang seksi untuk menarik mata pria yang memandangnya. Sebuah perang pemikiran.

Komoditas. Begitulah kondisi perempuan di masa modern ini. Fisik dan jiwa mereka dijadikan barang dagangan oleh para iblis berwujud manusia. Jual beli untuk pelacuran. Atau dengan dalih bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita. Banyak juga yang dengan suka rela dijadikan komoditas. Bekerja di tempat remang dunia malam. Ujungnya ketika ditanya, semua menjawab karena motif ekonomi.

Kaum kapitalis pemuja nafsu bersembunyi dibalik brain, beauty and behavior, menggelar berbagai macam acara putri-putrian. Menipu masyarakat dengan kegiatan sosial yang dikampanyekan. Pencegahan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom, melegalkan hubungan seks di luar pernikahan.

Tidak hanya menganiaya diri sendiri. Kaum perempuan modern juga dianiaya oleh kemodernan itu sendiri. Kekerasan, pemerkosaan, pencabulan, pelecehan, hingga pembunuhan. Dari laporan Institut Perempuan pada periode Januari-Juni 2007, terdapat 149 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 285 kasus lainnya menimpa anak-anak. Proporsi kasus Kekerasan Dalam Wilayah Publik (KDWP), yaitu sebesar 42%, diikuti dengan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan kekerasan oleh negara, yaitu secara berturut-turut 39% dan 17%. Sementara itu, dilihat dari jumlah korban, korban terbanyak mengalami kekerasan dalam wilayah publik, yaitu 39%, diikuti kekerasan oleh negara sebesar 33% dan KDRT 28%. Kekerasan oleh negara meliputi trafficking (52%), kematian buruh migran (39%), penjara (9%), dan razia, malpraktik serta hilang kontak masing-masing 4%. Ini adalah angka yang dilaporkan dan diketahui.

Perempuan Peradaban, Bidadari Dunia

Alangkah indah sebuah pepatah yang diungkapkan orang-orang bijak kepada para perempuan: Di balik keberhasilan setiap pahlawan besar, selalu ada perempuan agung.

Ada dua kemungkinan besar yang dimaksud perempuan agung dalam pepatah tersebut. Bisa jadi ia adalah sang istri dari pahlawan itu, bisa jadi ia adalah sang ibu dari pahlawan itu. Atau mungkin kedua-duanya sekaligus, sang istri dan sang ibu.

“Pepatah itu,” tulis Anis Matta dalam buku kumpulan artikelnya yang berjudul Mencari Pahlawan Indonesia, “merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan.”

Para pahlawan yang kemudian membentuk dan membangun sebuah peradaban dengan nilai tinggi yang tak tertandingi. Bahkan seseorang yang sederhana pun mampu membentuk sebuah peradaban yang tinggi ketika energi yang ada dalam dirinya berada dalam puncak optimalisasi dan bersinergi dengan momentum dari luar dirinya.

Perempuan yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara maksimal untuk dapat berkontribusi bagi keluarganya, masyarakat, bangsa dan ummatnya, inilah bidadari kita. Yang juga memiliki daya bina terhadap diri dan selainnya. Memelihara dirinya dari pengaruh negatif yang datang dari peradaban di luar sana. Bidadari dunia adalah perempuan-perempuan perkasa yang dengan cinta dan kasih sayangnya menjadi energi bagi bangunan peradaban manusia. Sebagian atau seluruhnya.

setiap keindahan yang tampak oleh mata

itulah perhiasan, perhiasan dunia

namun yang paling indah diantara semua

hanya istri shalihah, istri yang shalihah

Bait lagu yang dinyanyikan Rhoma Irama ini adalah sebuah motivasi untuk melakukan perbaikan diri bagi setiap perempuan. Sebuah perbaikan demi menjadi perhiasan dunia yang terindah tanpa pembanding. Perhiasan dunia yang lebih indah dari bidadari surga. Demi menjadi permata yakut dan marjan. Demi menjadi bidadari peradaban dunia..

Kamis, Desember 04, 2008

Urgensi Pembahasan Adab Bergaul

Kategori Adab Dan Perilaku
Oleh : Ustadz Fariq bin Gasim Anuz
______________________________

Cita-cita tertinggi seorang muslim, ialah agar dirinya dicintai Allah, menjadi orang bertakwa yang dapat diperoleh dengan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia. diantara tanda-tanda seseorang dicintai Allah, yaitu jika dirinya dicintai olah orang-orang shalih, diterima oleh hati mereka. Rasulullah Shalallahu ˜alaihi was sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia.Lalu Jibril mencintainya dan menyeru kepada penduduk langit, "Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia.Maka (penduduk langit) mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi. [Hadits Bukhari dan Muslim,dalam Shahih Jamiush Shaghir no.283]

Diantara sifat-sifat muslim yang dicintai oleh orang-orang shalih di muka bumi ini, diantaranya ia mencintai mereka karena Allah, berakhlak kepada manusia dengan akhlak yang baik, memberi manfaat, melakukan hal-hal yang disukai manusia dan menghindari dari sikap-sikap yang tidak disukai manusia.

Berikut ini beberapa dalil yang menguatkan keterangan di atas.

Allah berfirman.

Artinya : "Pergauilah mereka (isteri) dengan baik. [An-Nisaa : 1]

Artinya : "Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. [Ali-Imran : 134]

Rasulullah Shalallahu ˜alaihi wassalam bersabda.

"Artinya : Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada, Sertailah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan.Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik [HR.Tirmidzi, ia berkata :Hadits hasan]

"Artinya : Seutama-utama amal Shalih, ialah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman.[HR.Ibn Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami-™ush Shaghir 1096]

URGENSI PEMBAHASAN ETIKA BERGAUL

Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia). akhlak yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam. Walaupun prioritas pertama yang diajarkan olah para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka juga mengajarkan akhlak yang baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu ˜alaihi wassalam diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau Shalallahu ˜alaihi wassalam adalah seorang manusia yang berakhlak mulia. Allah berfirman.

Artinya : "Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.[Al-Qalam 4]

Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan dalam hidup. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya :

Artinya : "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik [Al-Ahzab 21]

Dengan mempraktekkan adab-adab dalam bergaul, maka kita akan memperoleh manfaat, yaitu berupa ukhuwah yang kuat diantara umat Islam, ukhuwah yang kokoh, yang dilandasi iman dan keikhlasan kepada Allah. Allah telah berfirman.

Artinya : "Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Allah bersama-sama , dan janganlah kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kalian, ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah lunakkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya, kalian menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat petunjuk [Al-Imran : 103]
.
Oleh karena itu, adab-adab bergaul ini sangat perlu dipelajari untuk kita amalkan. kita harus mengetahui, bagaimana adab terhadap orang tua, adab terhadap saudara kita, adab terhadap istri kita, adab seorang istri terhadap suaminya, adab terhadap teman sekerja atau terhadap atasan dan bawahan. Jika kita seorang dai atau guru, maka harus mengetahui bagaimana adab bermuamalah dengan dai atau lainnya dan dengan madu (yang didakwahi) atau terhadap muridnya. Demikian juga apabila seorang guru, atau seorang murid atau apapun jabatan dan kedudukannya, maka kita perlu untuk mengetahui etika atau adab-adab dalam bergaul.

Kurang mempraktekkan etika bergaul, menyebabkan dakwah yang haq dijauhi oleh manusia. Manusia menjadi lari dari kebenaran disebabkan ahli haq atau pendukung kebenaran itu sendiri melakukan praktek yang salah dalam bergaul dengan orang lain. Sebenarnya memang tidaklah dibenarkan seseorang lari dari kebenaran, disebabkan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Jika inti ajaran yang dibawa oleh seseorang itu benar, maka kita harus menerimanya, dengan tidak memperdulikan cara penyampaiannya yang benar atau salah, etikanya baik atau buruk, akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan orang melihat dulu kepada etika orang itu. Oleh karena itu, mengetahui etika ini penting bagi kita, sebagai muslim yang punya kewajiban saling menasehati sesama manusia, agar bisa mempraktekkan cara bergaul yang benar.

MOTIVASI DALAM BERGAUL

Faktor yang mendorong seorang muslim dalam bergaul dengan orang lain ialah semata-mata mencari ridha Allah. ketika seorang muslim tersenyum kepada saudaranya, maka itu semata-mata mencari ridha Allah, karena tersenyum merupakan perbuatan baik. Demikian juga ketika seorang muslim membantu temannya atau ketika mendengarkan kesulitan-kesulitan temannya, ketika menepati janji, tidak berkata-kata yang menyakitkan kepada orang lain, maka perbuatan-perbuatan itu semata-mata untuk mencari ridha Allah, Demikianlah seharusnya. jangan sebaliknya, yaitu, bertujuan bukan dalam rangka mencari ridha Allah. Misalnya : bermuka manis kepada orang lain, menepati janji, berbicara lemah-lembut, semua itu dilakukan karena kepentingan dunia. atau ketika berurusan dalam perdagangan, sikapnya ditunjukkan hanya semata-mata untuk kemaslahatan dunia. tingkah laku seperti ini yang membedakan antara muslim dengan non muslim.

Bisa saja seorang muslim bermuamalah dengan sesamanya karena tujuan dunia semata. Seseorang mau akrab, menjalin persahabatan disebabkan adanya keuntungan yang didapatnya dari orang lain. Manakala keuntungan itu tidak didapatkan lagi, maka ia berubah menjadi tidak mau kenal dan akrab lagi. Atau seseorang senang ketika oramg lain memberi sesuatu kepadanya, akan tetapi ketika sudah tidak diberi, kemudian berubah menjadi benci. Hal seperti itu bisa terjadi pada diri seorang muslim. Sikap seperti itu merupakan perbuatan salah.

Al-Imam Ibn Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitab Zaadul Maad juz ke-4 hal 249 : "Diantara kecintaan terhadap sesama muslim ada yang disebut mahabbatun linaili gharadlin minal mahbud, yaitu suatu kecintaan untuk mencapai tujuan dari yang dicintainya, bisa jadi tujuan yang ingin ia dapatkan dari kedudukan orang tersebut, atau hartanya, atau ingin mendapatkan manfaat berupa ilmu dan bimbingan orang tersebut, atau untuk tujuan tertentu; maka yang demikian itu disebut kecintaan karena tendensi. atau karena ada tujuan yang ingin dicapai, kemudian kecintaan ini akan lenyap pula seiring dengan lenyapnya tujuan tadi. Karena sesungguhnya, siapa saja yang mencintaimu dikarenakan adanya suatu keperluan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya. hal seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita.

Contohnya :seorang karyawan sangat menghormati dan perhatian kepada atasannya di tempat kerja. tetapi apabila atasannya itu sudah pensiun atau sudah tidak menjabat lagi, karyawan ini tidak pernah memikirkan dan memperhatikannya lagi.

Begitu juga ketika seseorang masih menjadi murid, sangat menghormati gurunya. Namun ketika sudah lulus (tidak menjadi muridnya lagi), bahkan sekolahnya sudah lebih tinggi dari gurunya itu, bertemu di jalan pun enggan untuk menyapa.

Banyak orang yang berteman akrab hanya sebatas ketika ada kepentingannya saja.yakni ketika menguntungkannya, dia akrab, sering mengunjungi, berbincang-bincang dan memperhatikannya.namun ketika sudah tidak ada keuntungan yang bisa didapatnya, kenal pun tidak mau.

Ada juga seseorang yang hanya hormat kepada orang kaya saja. Adapun kepada orang miskin, memandang pun sudah tidak mau. Hal semacam ini bukan berasal aturan-aturan Islam. menilai seseorang hanya dikarenakan hartanya, hanya karena nasabnya, hanya karena ilmunya, yaitu jika kepada orang yang berilmu dia hormat dan menyepelekan kepada orang yang tak berilmu. hal-hal seperti itu merupakan perbuatan yang keliru.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan dalam MajmuFatawa juz 10, beliau berkata: "Jiwa manusia itu telah diberi naluri untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, namun pada hakekatnya sesungguhnya hal itu sebagai kecintaan kepada kebaikan, bukan kepada orang yang telah berbuat baik.apabila orang yang berbuat baik itu memutuskan kebaikannya atau perbuatan baiknya, maka kecintaannya akan melemah, bahkan bisa berbalik menjadi kebencian. Maka kecintaan demikian bukan karena Allah.

Barangsiapa yang mencintai orang lain dikarenakan dia itu memberi sesuatu kepadanya, maka dia semata-mata cinta kepada pemberian. Dan barang siapa yang mengatakan: "saya cinta kepadanya karena Allah, maka dia pendusta. Begitu pula, barang siapa yang menolongnya, maka dia semata-mata mencintai pertolongan, bukan cinta kepada yang menolong. Yang demikian itu, semuanya termasuk mengikuti hawa nafsu. Karena pada hakekatnya dia mencintai orang lain untuk mendapatkan manfaat darinya, atau agar tehindar dari bahaya. Demikianlah pada umumnya manusia saling mencintai pada sesamanya, dan yang demikian itu tidak akan diberi pahala di akhirat, dan tidak akan memberi manfaat bagi mereka. Bahkan bisa jadi hal demikian itu mengakibatkan terjerumus pada nifaq dan sifat kemunafikan.

Ucapan Ibn Taimiyah rahimahullah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Az-Zukhruf 67,artinya: "teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang bertakwa. adapun orang-orang bertakwa, persahabatan mereka akan langgeng sampai di alam akhirat, karena didasari lillah dan fillah. Yaitu cinta karena Allah.

Sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak bertakwa, di akhirat nanti mereka akan menjadi musuh satu sama lain. Persahabatan mereka hanya berdasarkan kepentingan dunia. Diantara motto mereka ialah: "Tidak ada teman yang abadi, tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi.

Dasar persahabatan mereka bukan karena dien, tetapi karena kepentingan duniawi. Berupa ambisi untuk mendapatkan kekuasaan, harta dan sebagainya dengan tidak memperdulikan apakah cara yang mereka lakukan diridhoi Allah, sesuai dengan aturan-aturan Islam ataukah tidak.

Selasa, November 25, 2008

Demokrasi - mobil perjuangan kaum opportunis

Kalau ciptaan manusia yang dipuja bahkan disembah banyak orang, maka itu adalah demokrasi. Baca saja di berbagai literatur koran, majalah, atau dengar komentar para pakar di radio dan televisi, bahkan para khotib dan ustadz di Masjid. Seolah-olah demokrasi adalah sesuatu yang sakral (suci), bebas dari kesalahan.

Dalam pendapat umum bahwa demokrasi adalah kebebasan, kebebasan dalam berpendapat dan kebebasan untuk memilih. Itulah kebebasan yang bukan syarat (tak ada jalur) sebagai tali pengikat dan penghubung untuk kepentingan umum (rakyat).

Dari pandangan sebagian orang, bahwa demokrasi adalah sesuatu yang indah dilihat dari luar tapi setelah kita masuk kedalamnya, dengan akal sehat kita berfikir, demokrasi adalah sebagai alat penghancur saja.

Penghancur segala asas dan prinsip kemanusiaan yang memang telah ada pada kehidupan manusia. Negara yang berasaskan demokrasi akan hancur bersama adat dan kebudayaan, harkat dan martabat serta agama yang ada pada bangsa itu.

Lebih jelas lagi bahwa demokrasi adalah salah satu target utama bagi bangsa Yahudi sedunia untuk menguasai dunia. Demokrasi hanya sebagai alat bagi bangsa Yahudi untuk menipu dunia atas tujuan dan kepentingan bagi bangsa Yahudi sedunia semata ( dalam buku The protokols of –Yahudi /Israel) yang tercuri dari markas organisasi freemasonry di rusia 1901.

Dari sekelompok yang menyebut dirinya politikus (orang-orang yang telah hancur martabat kemanusiaanya), membuat suatu perkumpulan atau yang biasa disebut partai. Dari masing-masing partai tersebut membuat ciri pada partai mereka yaitu terlihat dari nama partainya dengan misi dan visi yang berbeda.

Dari misi dan visi mereka yang berbeda, mereka berlomba untuk mewujudkan misi dan visi mereka. Mereka berkompetisi untuk merebut kedudukan dan kekuasaan, sebab mereka memang haus akan kedudukan dan kekuasaan.

Kebebasan (liberalisme) telah menjadi 'dagangan' utama sistem demokrasi di dunia selama ini. Kebebasan yang tercakup dalam empat perkara penting ;

(1) kebebasan berpendapat;

(2) kebebasan bertingkah laku ;

(3) kebebasan beragama ; dan

(4) kebebasan pemilikan, menjadi klaim keunggulan dari sistem demokrasi. Para 'sales' ide ini pun mencontohkan dengan bangga bagaimana liberalisme ini telah menjadi faktor kemajuan negara-negara Barat. Dan kebebasan yang paling diagung-agungkan oleh negara demokrasi ini adalah kebebasan berpendapat, berpikir dan beragama, walaupun ”agama iblis”

Umat Islampun kena getahnya. Propaganda jahat menyerang ide-ide syariah Islampun dilakukan dengan alasan melanggar kebebasan manusia atau demokrasi. Ketika muncul fatwa dari ulama Islam terhadap kelompok yang menyimpang dari Islam untuk menjaga aqidah umat. Barat lewat agen-agennya di dunia Islam mengatakan hal itu melanggar HAM, memberangus kebebasan manusia. Padahal mereka sendiri melarang penyebaran ajaran Islam dan melarang kaum muslim untuk mempraktekkan ajaran agamanya Dengan alasan HAM, syariat Islam yang menerapkan hukuman mati bagi pelaku pembunuhan dicela.

Disisi lain, pembunuhan terhadap ribuan umat Islam dilegalisasi dengan alasan kebebasan. Kepatuhan wanita sholehah dalam rumah tangga Islami dituduh membelengu kebebasan wanita. Sementara eksploitasi dan perdagangan wanita atas nama pelacuran, seni, dan hiburan jadi gejala biasa. Suatu sikap yang tidak rasional dari ideologi yang katanya dibangun atas dasar rasionalisme. Semua ini menjadi tanda-tanda bangkrutnya sistem demokrasi. Bukankah sebuah ideologi akan bangkrut kalau penganutnya sendiri melanggar prinsip-prinsip ideologi itu?

Demokrasi kadang jadi misteri. Suara terbanyak yang menjadi salah satu nilai lebih demokrasi dibanding kekuasaan totaliter sering tak mencerminkan kebenaran. Jika suara terbanyak itu adalah iblis, maka sebagai konsekuensi demokrasi maka iblis lah yang jadi pemenang.

Jika dikatakan, khusus untuk demokrasi…

Demokrasi adalah ajaran setan, demokrasilah yang membuat Nabi Isa Almasih disalib ketika seluruh Rabbi Yahudi menginginkannya mati demokrasilah yang membolehkan prostitusi dan minuman keras dihalalkan di seluruh dunia demokrasilah yang membuat kekhalifahan Islam tercerai berai di Turki.

Demokrasilah yang membuat iman anak-anak kita tercerabut dari akarnya, terisi pikirannya oleh pornografi yang merusak, superhero, dan animasi yang tak mendidik demokrasilah yang membolehkan semuanya, selama ada undang-undang yang dibuat manusia atas nafsunya tanpa mengukur itu benar atau salah berdasarkan wahyu Tuhan, berdasarkan kata-kata para Nabi

Oh, sesungguhnya demokrasi adalah jelmaan setan, ia menafikan bahwa minuman keras itu terkutuk, prostitusi adalah terlaknat, ekonomi ribawi adalah tipu daya.

Ada yang mengatakan Democracy with God (Demokrasi ketuhanan), tuhan yang mana?? Amerika dalam slogannya In God We Trust ternyata hanya bualan saja, kehidupan mayoritas mereka jauh dari aspek ketuhanan, dan murni sebuah liberalisme sempit.

Jumat, November 14, 2008

Menganalisa Komitmen Dengan Game Theory

Bulan Ramadhan, tahun 92 H, pasukan Muslim mendarat di Gunung Tariq, dan disambut oleh pasukan Gothic Spanyol. Setelah tiga hari berperang, masih berpuasa Ramadhan, posisi pasukan Muslim mulai melemah. Malam harinya, panglima perang Tariq bin Ziyad memberi perintah untuk membakar armada kapalnya. [Ada perbedaan pendapat di kalangan sejarawan Muslim tentang peristiwa ini. Al Mubarakfuri misalnya, berpendapat peristiwa pembakaran kapal ini benar terjadi.]

Dengan latar belakang kapal di tepi lautan terbakar, beliau membakar semangat pasukannya dengan kata-katanya yang terkenal, Di depanmu musuh menunggu, di belakangmu laut membentang. Tidak akan ada lagi yang menolongmu, kecuali kepahlawanan darimu dan bantuan dari Allah. [Mann, J.H. A History of Gibraltar and Its Sieges. London: Provost, 1870.] Tariq tahu apa yang dia lakukan ini tidak saja akan dilihat oleh pasukannya, tetapi juga oleh pasukan lawan. Dan yang lebih penting lagi, efeknyapun akan dirasakan dan diperhitungkan oleh kedua pasukan tersebut.

Dalam ilmu Game Theory, apa yang dilakukan oleh Tariq adalah salah satu upaya untuk meningkatkan komitmen pasukannya dalam pertempuran. Tariq mengatakan kita tidak punya alternatif lain selain bertempur mati-matian. Mundur tidak mungkin, laut ada di belakang. Mengharapkan bantuan juga tidak akan datang, karena mereka berada jauh dari pusat kekuatan muslim.

Game Theory menganalisa interaksi sosial manusia menggunakan model permainan. Model ini memakai analisa matematika untuk membantu memahami pilihan strategi yang harus diambil oleh setiap pemain. Sebagaimana suatu permainan, setiap pemain ingin menang, karena itu dia harus mengambil keputusan yang terbaik, yang akan membawa kemenangan baginya. Walaupun teorinya sudah diformulasikan sejak lama, tapi baru dalam dekade terakhir ini model ini banyak mendapatkan perhatian. Hal ini sejalan dengan keberhasilan Game Theory, terutama di dunia bisnis dan politik, sebagai alat analisa mengapa suatu keputusan diambil, dan bagaimana suatu strategi dijalankan.

Kita akan memanfaatkan ilmu ini untuk menganalisa bagaimana meningkatkan kualitas komitmen kita. Salah satu caranya, seperti yang dilakukan Tariq ke pasukannya, adalah menghilangkan pilihan untuk mundur dari komitmen tersebut. Kalau kita tidak punya pilihan lain, komitmen kita hanyalah ke pilihan satu-satunya yang tertinggal. Strategi Tariq ini sejalan dengan Sun Tsu dalam Seni Berperangnya, Kalau musuh sudah terkepung, beri lubang bagi mereka untuk melarikan diri. Kalau tidak ada jalan lain, mereka akan bertempur mati-matian.

Kalau komitmen kita adalah di jalan dakwah, kita harus menghilangkan pintu-pintu menuju jalan maksiat dan jalan-jalan lain yang akan membuat kita bimbang akan komitmen kita. Hilangnya alternatif ini juga harus dilihat oleh lawan kita. Kalau lawan tahu kita masih punya alternatif untuk mundur, strategi mereka adalah untuk sekedar mendesak kita agar kita mundur, tanpa mereka perlu berkorban banyak. Tetapi kalau mereka melihat alternatif kita hanyalah berazam seratus persen, mereka akan ragu untuk mengimbangi hal ini. Karena, kalau kedua belah pihak bertempur mati-matian maka korban yang jatuh akan besar. Itulah yang terjadi pada pasukan Gothic yang dipimpin Roderick, mereka menjadi ragu apakah mereka siap mati. Mereka punya alternatif lain yang menarik, yaitu menyerah, karena bagi mereka kehidupan lebih bernilai daripada kematian.

Kontrak: Strategi lain untuk meningkatkan komitmen kita adalah mengikat kontrak. Kontrak mempunyai nilai hukum dengan segala konsekuensinya. Kontrak biasanya disetujui untuk jangka waktu tertentu. Ini berarti harus menunjukkan komitmen kita untuk memenuhi kontrak kita tidak hanya sekali, dua kali, tapi secara terus menerus, dalam jangka waktu panjang.

Kontrak ini dipakai oleh IBM di tahun 1980an untuk meraih keuntungan besar dari bisnis komputernya. Bisnis komputer pada waktu itu masih dimonopoli oleh IBM, harganya tidak terjangkau untuk perorangan. Harga yang mahal ini disebabkan oleh biaya R&D yang sangat tinggi. Strategi IBM adalah menganjurkan calon pembeli untuk menyewa tidak membeli komputer tersebut. Dengan sistem sewa tersebut, IBM menjamin bahwa komputer yang dipakai tidak akan ketinggalan jaman. Jadi, IBM meminta komitmen konsumer untuk terikat dengan komputernya, dan berhasil membiayai biaya pembuatan awal komputer yang agak tinggi tersebut. Kalau konsumer membeli satu komputer, kemudian IBM mengeluarkan versi baru dalam jangka waktu dekat, dengan harga yang cukup tinggi, konsumer akan enggan untuk membeli yang baru.

Bagi kita, tidak saja kontrak ini mempunyai nilai hukum dan komersial, tapi juga kewajiban kita untuk memenuhi janji.

Reputasi: Reputasi sangat penting dalam dunia bisnis dan politik. Bisnis yang sudah terkenal namanya, akan berkomitmen untuk menjaga mutu barang atau layanannya, tidak saja untuk menarik pelanggan, tetapi juga karena kekhawatiran kalau-kalau reputasinya jatuh. Partai politik kecil, pada waktu Pemilu, mudah saja berjanji untuk memberantas KKN, karena disamping kemungkinan menang kecil, juga biasanya tidak ada reputasi yang harus dijaga. Tetapi, kalaupun partainya kecil, tetapi reputasinya sudah bagus, keinginan untuk menjaga reputasi akan kuat. Kalau reputasi sudah hancur, susah untuk membangunnya kembali, dan meraih kepercayaan rakyat.

Tentu saja menjaga reputasi kita adalah tujuan antara, tujuan akhirnya adalah menjaga reputasi dan menegakkan nama Allah. Khalifah Umar bin Khattab mengganti Khalid bin Walid sebagai penglima, karena reputasinya lebih besar daripada reputasi Islam. Ketika Khalid bertemu Umar dan bertanya tentang penarikannya, Umar menjawab, Kemenanganmu telah menciptakan kesan yang salah bahwa kemana saja kamu berperang, pasukanmu akan menang. Dengan memanggilmu pulang, saya telah menunjukkan bahwa kemana saja pasukan Allah pergi, mereka akan menang.

Kerjasama: Keutamaan amal jama'i Insya Allah sudah sama-sama kita ketahui. Dengan bersama-sama, kita dapat saling memberi semangat, dan membantu, kalau ada teman kita yang mulai lemah komitmennya. Contoh mudahnya, kalau sedang ada kegiatan bersama, misalnya mabit, bangun untuk sholat malam jauh lebih mudah. Dan semakin besar jumlah yang mengerjakannya, semakin besar dorongan bagi kita untuk mengikutinya.

Kerjasama tidak hanya mempunyai pengaruh ke dalam diri kita, tetapi juga ke luar, ke musuh kita. Kalau jumlah kita besar, dan semua menunjukkan komitmennya akan semakin gentar lah lawan. Strategi ini dipakai oleh Rasulullah, dalam penaklukan Makkah dan beberapa peperangan setelah itu. Dengan kekuatan yang besar, pasukan Islam membuat gentar pasukan lawan, sehingga kemenangan diraih tanpa pertumpahan darah.

kiriman : Fahmi Yusuf

Sabtu, November 01, 2008

SIFAT-SIFAT KHAWARIJ

OlehMuhammad Abdul Hakim Hamid
______________________________________
Kata Pengantar.
Pada kesempatan kali ini kami angkat masalah Sifat-sifat Khawarij, yang dinukil dari kitab Zhahirah al-Ghuluw fi ad-Dien fi al-'Ashri al-Hadits, hal 99-104, oleh Muhammad Abdul Hakim Hamid cet. I, th. 1991, Daarul Manar al-Haditsah, dterjemahkan Aboe Hawari, dan dimuat di Majalah As-Sunnah edisi 14/II/1416-1995.
MuqaddimahKhawarij mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang menonjol. Sebaik-baik orang yang meluruskan sifat-sifat ini adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan sifat-sifat kaum ini dalam hadits-haditsnya yang mulia.
Disini akan dipaparkan penjelasan sifat-sifat tersebut dengan sedikit keterangan, hal itu mengingat terdapat beberapa perkara penting, antara lain :
Dengan mengetahui sifat-sifat ini akan terbukalah bagi kita ciri-ciri ghuluw (berlebih-lebihan) dan pelampauan batas mereka, dan tampaklah di mata kita sebab-sebab serta alasan-alasan pendorong yang menimbulkan hal itu. Dalam hal yang demikian itu akan menampakkan faedah yang tak terkira.
Keberadaan mereka akan tetap ada hingga di akhir zaman, seperti dikabarkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu riwayat. Oleh karenanya mengetahui sifat-sifat mereka adalah merupakan suatu perkara yang penting.
Dengan mengetahui sifat mereka dan mengenali keadaannya akan menjaga diri dari terjatuh ke dalamnya. Mengingat barang siapa yang tidak mengetahui keburukan mereka, akan terperangkap di dalamnya. Dengan mengetahui sifat mereka, akan menjadikan kita waspada terhadap orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, sehingga kita dapat mengobati orang yang tertimpa dengannya.
Berkenan dengan hal ini akan kami paparkan sifat-sifat tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia.
1. Suka Mencela dan Menganggap Sesat
Sifat yang paling nampak dari Khawarij adalah suka mencela terhadap para Aimatul huda (para Imam), menganggap mereka sesat, dan menghukum atas mereka sebagai orang-orang yang sudah keluar dari keadilan dan kebenaran. Sifat ini jelas tercermin dalam pendirian Dzul Khuwaishirah terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan perkataanya : "Wahai Rasulullah berlaku adillah". (Hadits Riwayat Bukhari VI/617, No. 3610, VIII/97, No. 4351, Muslim II/743-744 No. 1064, Ahmad III/4, 5, 33, 224).
Dzul Khuwaishirah telah menganggap dirinya lebih wara' daripada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menghukumi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang curang dan tidak adil dalam pembagian. Sifat yang demikian ini selalu menyertai sepanjang sejarah. Hal itu mempunyai efek yang sangat buruk dalam hukum dan amal sebagai konsekwensinya. Berkata Ibnu Taimiyah tentang Khawarij :"Inti kesesatan mereka adalah keyakinan mereka berkenan dengan Aimmatul huda (para imam yang mendapat petunjuk) dan jama'ah muslimin, yaitu bahwa Aimmatul huda dan jama'ah muslimin semuanya sesat. Pendapat ini kemudian di ambil oleh orang-orang yang keluar dari sunnah, seperti Rafidhah dan yang lainnya. Mereka mengkatagorikan apa yang mereka pandang kedzaliman ke dalam kekufuran". (Al-Fatawa : XXVIII/497).2. Berprasangka Buruk (Su'udzan).
Ini adalah sifat Khawarij lainnya yang tampak dalam hukum Syaikh mereka Dzul Khuwaishirah si pandir dengan tuduhannya bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ikhlas dengan berkata :"Artinya : Demi Allah, sesungguhnya ini adalah suatu pembagian yang tidak adil dan tidak dikehendaki di dalamnya wajah Allah". (Hadits Riwayat Muslim II/739, No. 1062, Ahmad IV/321).Dzul Khuwaishirah ketika melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membagi harta kepada orang-orang kaya, bukan kepada orang-orang miskin, ia tidak menerimanya dengan prasangka yang baik atas pembagian tersebut.
Ini adalah sesuatu yang mengherankan. Kalaulah tidak ada alasan selain pelaku pembagian itu adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam cukuplah hal itu mendorong untuk berbaik sangka. Akan tetapi Dzul Kuwaishirah enggan untuk itu, dan berburuk sangka disebabkan jiwanya yang sakit. Lalu ia berusaha menutupi alasan ini dengan keadilan. Yang demikian ini mengundang tertawanya iblis dan terjebak dalam perangkapnya.
Seharusnya seseorang itu introspeksi, meneliti secara cermat dorongan tindak tanduk dan maksud tujuan serta waspada terhadap hawa nafsunya. Hendaklah berjaga-jaga terhadap manuver-manuver iblis, karena dia banyak menghias-hiasi perbuatan buruk dengan bungkus indah dan rapi, dan membaguskan tingkah laku yang keji dengan nama dasar-dasar kebenaran yang mengundang seseorang untuk menentukan sikap menjaga diri dan menyelamatkan diri dari tipu daya setan dan perangkap-perangkapnya.
Jika Dzul Khuwaishirah mempunyai sedikit saja ilmu atau sekelumit pemahaman, tentu tidak akan terjatuh dalam kubangan ini.
Berikut kami paparkan penjelasan dari para ulama mengenai keagungan pembagian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hikmahnya yang tinggi dalam menyelesaikan perkara.Berkata Syaikh Islam Ibnu Taimiyah :" Pada tahun peperangan Hunain, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membagi ghanimah (rampasan perang) Hunain pada orang-orang yang hatinya lemah (muallafah qulubuhum) dari penduduk Najd dan bekas tawanan Quraisy seperti 'Uyainah bin Hafsh, dan beliau tidak memberi kepada para Muhajirin dan Anshar sedikitpun.
Maksud Beliau memberikan kepada mereka adalah untuk mengikat hati mereka dengan Islam, karena keterkaitan hati mereka dengannya merupakan maslahat umum bagi kaum muslimin, sedangkan yang tidak beliau beri adalah karena mereka lebih baik di mata Beliau dan mereka adalah wali-wali Allah yang bertaqwa dan seutama-utamanya hamba Allah yang shalih setelah para Nabi dan Rasul-rasul.
Jika pemberian itu tidak dipertimbangkan untuk maslahat umum, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan memberi pada aghniya', para pemimpin yang dita'ati dalam perundangan dan akan memberikannya kepada Muhajirin dan Anshar yang lebih membutuhkan dan lebih utama.Oleh sebab inilah orang-orang Khawarij mencela Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dikatakan kepada beliau oleh pelopornya :"Wahai Muhammad, berbuat adillah. Sesungguhnya engkau tidak berlaku adil". dan perkataannya :"Sesungguhnya pembagian ini tidak dimaksudkan untuk wajah Allah .....". Mereka, meskipun banyak shaum (berpuasa), shalat, dan bacaan Al-Qur'annya, tetapi keluar dari As-Sunnah dan Al-Jama'ah.
Memang mereka dikenal sebagai kaum yang suka beribadah, wara' dan zuhud, akan tetapi tanpa disertai ilmu, sehingga mereka memutuskan bahwa pemberian itu semestinya tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang berhajat, bukan kepada para pemimpin yang dita'ati dan orang-orang kaya itu, jika di dorong untuk mencari keridhaan selain Allah -menurut persangkaan mereka.Inilah kebodohan mereka, karena sesungguhnya pemberian itu menurut kadar maslahah agama Allah. Jika pemberian itu akan semakin mengundang keta'atan kepada Allah dan semakin bermanfaat bagi agama-Nya, maka pemberian itu jauh lebih utama. Pemberian kepada orang-orang yang membutuhkan untuk menegakkan agama, menghinakan musuh-musuhnya, memenangkan dan meninggikannya lebih agung daripada pemberian yang tidak demikian itu, walaupun yang kedua lebih membutuhkan". (Lihat Majmu' Fatawa : XXVIII/579-581, dengan sedikit diringkas).
Untuk itu hendaklah seseorang menggunakan bashirah, lebih memahami fiqh dakwah dan maksud-maksud syar'i, sehingga tidak akan berada dalam kerancuan dan kebingungan yang mengakibatkan akan terhempas, hilang dan berburuk sangka serta mudah mencela disertai dengan menegakkan kewajiban-kewajiban yang terpuji dan mulia.
3. Berlebih Dalam Beribadah.
Sifat ini telah ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :"Artinya : Akan muncul suatu kaum dari umatku yang membaca Al-Qur'an, yang mana bacaan kalian tidaklah sebanding bacaan mereka sedikitpun, tidak pula shalat kalian sebanding dengan shalat mereka sedikitpun, dan tidak pula puasa kalian sebanding dengan puasa mereka sedikitpun". (Muslim II/743-744 No. 1064).
Berlebihan dalam ibadah berupa puasa, shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur'an merupakan perkara yang masyhur di kalangan orang-orang Khawarij. Dalam Fathu Al-Bari, XII/283 disebutkan :"Mereka (Khawarij) dikenal sebagai qura' (ahli membaca Al-Qur'an), karena besarnya kesungguhan mereka dalam tilawah dan ibadah, akan tetapi mereka suka menta'wil Al-Qur'an dengan ta'wil yang menyimpang dari maksud yang sebenarnya. Mereka lebih mengutamakan pendapatnya, berlebih-lebihan dalam zuhud dan khusyu' dan lain sebagainya".
Ibnu Abbas juga telah mengisyaratkan pelampauan batas mereka ini ketika pergi untuk mendebat pendapat mereka. Beliau berkata :"Aku belum pernah menemui suatu kaum yang bersungguh-sungguh, dahi mereka luka karena seringnya sujud, tangan mereka seperti lutut unta, dan mereka mempunyai gamis yang murah, tersingsing, dan berminyak. Wajah mereka menunjukan kurang tidur karena banyak berjaga di malam hari". (Lihat Tablis Iblis, halaman 91). Pernyataan ini menunjukkan akan ketamakan mereka dalam berdzikir dengan usaha yang keras.Berkata Ibnul Jauzi :"Ketika Ali Radhiyallahu 'Anhu meninggal, dikeluarkanlah Ibnu Maljam untuk dibunuh. Abdullah bin Ja'far memotong kedua tangan dan kedua kakinya, tetapi ia tidak mengeluh dan tidak berbicara. Lalu dicelak kedua matanya dengan paku panas, ia pun tidak mengeluh bahkan ia membaca :
"Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah". (Al-'Alaq : 1-2).
Hingga selesai, walaupun kedua matanya meluluhkan air mata. Kemudian setelah matanya diobati, ia akan di potong lidahnya, baru dia mengeluh. Ketika ditanyakan kepadanya :"Mengapa engkau mengeluh ?. "Ia menjawab ;"Aku tidak suka bila di dunia menjadi mayat dalam keadaan tidak berdzikir kepada Allah". Dia adalah seorang yang ke hitam-hitaman dahinya bekas dari sujud, semoga laknat Allah padanya". (Tablis Iblis, hal. 94-95).
Mekipun kaum Khawarij rajin dalam beribadah, tetapi ibadah ini tidak bermanfa'at bagi mereka, dan mereka pun tidak dapat mengambil manfaat darinya. Mereka seolah-olah bagaikan jasad tanpa ruh, pohon tanpa buah, mengingat ahlaq mereka yang tidak terdidik dengan ibadahnya dan jiwa mereka tidak bersih karenanya serta hatinya tidak melembut. Padahal disyari'atkan ibadah adalah untuk itu. Berfirman yang Maha Tinggi :
"Artinya : .....Dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ......". (Al-Ankabut : 45).
"Artinya : .....Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (Al-Baqarah : 183).
Tidaklah orang-orang bodoh tersebut mendapatkan bagian dari qiyamu al-lail-nya kecuali hanya jaga saja, tidak dari puasanya kecuali lapar saja, dan tidak pula dari tilawah-nya kecuali parau suaranya.Keadaan Khawarij ini membimbing kita pada suatu manfaat seperti yang dikatakan Ibnu Hajar tentangnya :"Tidak cukuplah dalam ta'dil (menganggap adil) dari keadaan lahiriahnya, walau sampai yang dipersaksikan akan keadilannya itu pada puncak ibadah, miskin, wara', hingga diketahui keadaan batinnya". (Lihat Fathu Al-Bari XII/302).
4. Keras Terhadap Kaum Muslimin
Sesungguhnya kaum Khawarij dikenal bengis dan kasar, mereka sangat keras dan bengis terhadap muslimin, bahkan kekasaran mereka telah sampai pada derajat sangat tercela, yaitu menghalalkan darah dan harta kaum muslimin serta kehormatannya, mereka juga membunuh dan menyebarkan ketakutan di tengah-tengah kaum muslimin. Adapun para musuh Islam murni dari kalangan penyembah berhala dan lainnya, mereka mengabaikan, membiarkan serta tidak menyakitinya.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitakan sifat mereka ini dalam sabdanya :"Artinya : .....Membunuh pemeluk Islam dan membiarkan penyembah berhala ....". (Hadits Riwayat Bukhari, VI/376, No. 3644, Muslim II/42 No. 1064).
Sejarah telah mencatat dalam lembaran-lembaran hitamnya tentang Khawarij berkenan dengan cara mereka ini. Di antara kejadian yang mengerikan adalah kisah sebagai berikut :"Dalam perjalanannya, orang-orang Khawarij bertemu dengan Abdullah bin Khabab. Mereka bertanya :"Apakah engkau pernah mendengar dari bapakmu suatu hadits yang dikatakan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ceritakanlah kepada kami tentangnya". Berkata : "Ya, aku mendengar dari bapakku, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang fitnah. Yang duduk ketika itu lebih baik dari pada yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari pada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik dari yang berlari. Jika engkau menemukannya, hendaklah engkau menjadi hamba Allah yang terbunuh". Mereka berkata :"Engkau mendengar hadits ini dari bapakmu dan memberitakannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?". Beliau menjawab :"Ya". Setelah mendengar jawaban tersebut, mereka mengajaknya ke hulu sungai, lalu memenggal lehernya, maka mengalirlah darahnya seolah-olah seperti tali terompah. Lalu mereka membelah perut budak wanitanya dan mengeluarkan isi perutnya, padahal ketika itu sedang hamil.
Kemudian mereka datang ke sebuah pohon kurma yang lebat buahnya di Nahrawan. Tiba-tiba jatuhlah buah kurma itu dan diambil salah seorang di antara mereka lalu ia masukkan ke dalam mulutnya. Berkatalah salah seorang di antara mereka. "Engkau mengambil tanpa dasar hukum, dan tanpa harga (tidak membelinya dengan sah)". Akhirnya ia pun meludahkannya kembali dari mulutnya. Salah seorang yang lain mencabut pedangnya lalu mengayun-ayunkannya. Kemudian mereka melewati babi milik Ahlu Dzimmah, lalu ia penggal lehernya kemudian di seret moncongnya. Mereka berkata, "Ini adalah kerusakan di muka bumi". Setelah mereka bertemu dengan pemilik babi itu maka mereka ganti harganya". (Lihat Tablis Iblis, hal. 93-94).
Inilah sikap kaum Khawarij terhadap kaum muslimin dan orang-orang kafir. Keras, bengis, kasar terhadap kaum muslimin, tetapi lemah lembut dan membiarkan orang-orang kafir.
Jadi mereka tidak dapat mengambil manfa'at dari banyaknya tilawah dan dzikir mereka, mengingat mereka tidak mengambil petunjuk dengan petunjuk-Nya dan tidak menapaki jalan-jalan-Nya. Padahal sang Pembuat Syari'at telah menerangkan bahwa syari'atnya itu mudah dan lembut. Dan sesungguhnya yang diperintahkan supaya bersikap keras terhadap orang kafir dan lemah lembut terhadap orang beriman. Tetapi orang-orang Khawarij itu membaliknya. (Lihat Fathul Bari, XII/301).

5. Sedikitnya Pengetahuan Mereka Tentang Fiqih
Sesungguhnya kesalahan Khawarij yang sangat besar adalah kelemahan mereka dalam penguasaan fiqih terhadap Kitab Allah dan Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kami maksudkan adalah buruknya pemahaman mereka, sedikitnya tadabbur dan merasa terikat dengan golongan mereka, serta tidak menempatkan nash-nash dalam tempat yang benar.Dalam masalah ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan kepada kita dalam sabdanya."Artinya : ....Mereka membaca Al-Qur'an, tidak melebihi kerongkongannya".
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mempersaksikan akan banyaknya bacaan/tilawah mereka terhadap Al-Qur'an, tetapi bersamaan dengan itu mereka di cela. Kenapa .? Karena mereka tidak dapat mengambil manfaat darinya disebabkan kerusakan pemahaman mereka yang tumpul dan penggambaran yang salah yang menimpa mereka. Oleh karenanya mereka tidak dapat membaguskan persaksiannya terhadap wahyu yang cemerlang dan terjatuh dalam kenistaan yang abadi.
Berkata Al-Hafidzh Ibnu Hajar :"Berkata Imam Nawawi, bahwa yang dimaksud yaitu mereka tidak ada bagian kecuali hanya melewati lidah mereka, tidak sampai pada kerongkongan mereka, apalagi ke hati mereka. Padahal yang diminta adalah dengan men-tadaburi-nya supaya sampai ke hatinya". (Lihat Fathul Baari, XII/293).
Kerusakan pemahaman yang buruk dan dangkalnya pemahaman fiqih mereka mempunyai bahaya yang besar. Kerusakan itu telah banyak membingungkan umat Islam dan menimbulkan luka yang berbahaya. Dimana mendorong pelakunya pada pengkafiran orang-orang shalih. menganggap mereka sesat serta mudah mencela tanpa alasan yang benar. Akhirnya timbullah dari yang demikian itu perpecahan, permusuhan dan peperangan.
Oleh karena itu Imam Bukhari berkata :"Adalah Ibnu Umar menganggap mereka sebagai Syiraaru Khaliqah (seburuk-buruk mahluk Allah)". Dan dikatakan bahwa mereka mendapati ayat-ayat yang diturunkan tentang orang-orang kafir, lalu mereka kenakan untuk orang-orang beriman". (Lihat Fathul Baari, XII/282). Ketika Sa'id bin Jubair mendengar pendapat Ibnu Umar itu, ia sangat gembira dengannya dan berkata :"Sebagian pendapat Haruriyyah yang diikuti orang-orang yang menyerupakan Allah dengan mahluq (Musyabbihah) adalah firman Allah Yang Maha Tinggi.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir". (Al-Maaidah : 44).
Dan mereka baca bersama ayat di atas :
"Artinya : Kemudian orang-orang yang kafir terhadap Rabb-Nya memperseku-tukan". (Al-An'aam : 1).
Jika melihat seorang Imam menghukumi dengan tidak benar, mereka akan berkata :"Ia telah kafir, dan barangsiapa yang kafir berarti menentang Rabb-Nya dan telah mempersekutukan-Nya, dengan demikian dia telah musyrik". Oleh karena itu mereka melawan dan memeranginya. Tidaklah hal ini terjadi, melainkan karena mereka menta'wil (dengan ta'wil yang keliru, pen) ayat ini...".Berkata Nafi':"Sesungguhnya Ibnu Umar jika ditanya tentang Haruriyyah, beliau menjawab bahwa mereka mengakfirkan kaum muslimin, menghalalkan darah dan hartanya, menikahi wanita-wanita dalam 'iddahnya. Dan jika di datangkan wanita kepada mereka, maka salah seorang diantara mereka akan menikahinya, sekalipun wanita itu masih mempunyai suami. Aku tidak mengetahui seorangpun yang lebih berhak diperangi melainkan mereka". (Lihat Al-I'tisham, II/183-184).Imam Thabari meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa ia menyebutkan tentang Khawarij dan apa yang ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur'an dengan perkataannya :"Mereka beriman dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih". (Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).
Pemahaman mereka yang keliru itu mengantarkan mereka menyelisihi Ijma' Salaf dalam banyak perkara, hal itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap pendapat mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara yang mereka samar atasnya.Sesungguhnya kerusakan pemahaman mereka yang dangkal dan sedikitnya penguasaan fiqih menjadikan mereka sesat dalam istimbat-nya, walaupun mereka banyak membaca dan berdalil dengan nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah Nabawi, akan tetapi tidak menempatkan pada tempatnya. Benarlah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika memberitakan tentang mereka."Artinya : .....Mereka membaca Al-Qur'an, mereka menyangka hal itu untuk mereka padahal atas mereka". (Hadits Riwayat Muslim).
"Artinya : Mereka berkata dengan ucapan sebaik-baik mahluq dan membaca Al-Qur'an, tetapi tidak melebihi dari kerongkongan mereka". (Bukhari, VI/618 No. 3611, Muslim, II/746 No. 1066)."Artinya : Membaguskan perkataannya tetapi buruk perbuatannya .... Mengajak kepada kitab Allah, tetapi tidaklah mereka termasuk di dalamnya sedikit pun". (Hadits Riwayat Ahmad, III/224).6. Muda Umurnya dan Berakal Buruk
Termasuk perkara yang dipandang dapat mengeluarkan dari jalan yang lurus dan penuh petunjuk adalah umur yang masih muda (hadaatsah as-sinn) dan berakal buruk (safahah al-hil). Yang demikian itu sesuai dengan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam."Artinya : Akan keluar pada akhir zaman suatu kaum, umurnya masih muda, sedikit ilmunya, mereka mengatakan dari sebaik-baik manusia. Membaca Al-Qur'an tidak melebihi kerongkongannya. Terlepas dari agama seperti terlepasnya anak panah dari busurnya". (Hadits Riwayat Bukhari, VI/618, No. 3611, Muslim, II/746 No. 1066).
Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar :" Ahdaatsul Asnaan artinya "mereka itu pemuda (syabaab)", dan yang dimaksud dengan sufaha-a al-ahlaam adalah "akal mereka rusak ('uquluhum radi-ah). Berkata Imam Nawawi ;"Sesungguhnya tatsabut (kemapanan) dan bashirah (wawasan) yang kuat akan muncul ketika usianya sempurna, banyak pengalaman serta kuat akalnya". (Lihat Fathul Baari, XII/287).
Umur yang masih muda, jika dibarengi dengan akal yang rusak akan menimbulkan perbuatan yang asing dan tingkah laku yang aneh, antara lain :
Mendahulukan pendapat mereka sendiri daripada pendapat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya yang mulia Radhiyallahu 'alaihim.
Meyakini bahwa diri merekalah yang benar, sedangkan para imam yang telah mendapat petunjuk itu salah.
Mengkafirkan sebagian atas sebagian yang lain hanya karena perbedaan yang kecil saja.Ibnul Jauzi menggambarkan kepandiran dan kerusakan mereka dengan perkataannya :"Mereka menghalalkan darah anak-anak, tetapi tidak menghalalkan makan buah tanpa dibeli. Berpayah-payah untuk beribadah dengan tidak tidur pada malam hari (untuk shalat lail) serta mengeluh ketika hendak di potong lidahnya karena khawatir tidak dapat berdzikir kepada Allah, tetapi mereka membunuh Imam Ali Radhiyallahu 'anhu dan menghunus pedang kepada kaum muslimin (sebagaimana keluhan Ibnu Maljam -pen). Untuk itu tidak mengherankan bila mereka puas terhadap ilmu yang telah dimiliki dan merasa yakin bahwa mereka lebih pandai/alim daripada Ali Radhiyallahu 'anhu. Hingga Dzul Kwuaishirah berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak adil". Tidak sepatutnya Iblis dicontoh dalam perbuatan keji seperti ini. Kami berlindung kepada Allah dari segala kehinaan". (Lihat Tablis Iblis, hal. 95).
Wallahu a'lam bish-Shawab
________________________________________Maraji'a). Majmu' Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dikumpulkan dan di susun oleh Abdurrahman bin Qasim dan anaknya, Daarul Ifta', Riyadh, cet. I tahun 1397H.
b). Fathu al-Baari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Imam al-Hafidzh Ahmad bin Ali bi Hajar Majdi al-Asqalani, susunan Muhammad Fu'ad Abdul Baaqi, penerbit : Salafiyah.
c). Shahih Muslim bin Syarhi an-Nawawi, Abu Zakariya Yahya bin Syarf an-Nawawi Daarul at-Turats al-Arabi, Beirut, cet. II. Tahun 1392H.
d). Tablis Iblis, oleh Imam Jamaluddin Abdul farj Abdurahman bin al Jauzi, cet. Daarul Kutub al-'Ilmiyah-Beirut, cet. II Tahun 1368H
e). Al-Bidayah wa an-Nihayah, oleh al-Hafidzh 'Imaddudin Abul Fida' Ismail bin Katsir, cet. Maktabah al-Ma'arif, Beirut, cet. II Tahun 1977M.
f). Al-I'tisham, al-'Allaamah Abu ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Lakhami asy-Syathibi, Tahqiq Muhammad Rasyid Ridha, cet. al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubra, Qaahirah.
g). Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Aayi al-Qur'an, al-Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Tabhari al-Halabi, Qahirah.