Rabu, Agustus 20, 2008

Black Hole

Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole [Lubang Hitam]. Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. Di surat Al Waaqi'ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:

Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. (QS. Al Waaqi'ah, 56: 75-76)

Istilah "lubang hitam" pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil. Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton [partikel cahaya]. Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Selain gambaran tentang Hari Perhitungan, ayat di bawah ini mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang lubang hitam ini:

Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan (QS. Al Mursalaat, 77: 8)

Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa. Namun, lubang hitam tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah:

Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)

PULSAR: BINTANG BERDENYUT

Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)

Pulsar adalah sisa-sisa bintang padam yang memancarkan gelombang radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Telah dihitung bahwa terdapat lebih dari 500 pulsar di galaksi Bima Sakti, yang di dalamnya terdapat Bumi kita.

Kata "Thaariq," nama surat ke-86, berasal dari akar kata "tharq," yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari kata tersebut, yakni "berdenyut/berdetak," "memukul keras," perhatian kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting. Sebelum menelaah keterangan ini, marilah kita lihat kata-kata selainnya yang digunakan dalam ayat ini untuk menggambarkan bintang-bintang ini. Istilah "ath-thaariqi" dalam ayat di atas berarti sebuah bintang yang menembus malam, yang menembus kegelapan, yang muncul di malam hari, yang menembus dan bergerak, yang berdenyut/berdetak, yang menumbuk, atau bintang terang. Selain itu, kata "wa" mengarahkan perhatian pada benda-benda yang digunakan sebagai sumpah – yakni, langit dan Ath Thaariq.

Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung. Akan tetapi, pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham bahwa sebuah benda yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan magnet yang sedemikian kuat memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri dari gelombang-gelombang radio yang sangat kuat berbentuk kerucut di setiap putarannya. Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini adalah perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai "pulsar." Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik.1

Kata "pulsar" berasal dari kata kerja to pulse . Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata " pulsate ", yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.

Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang digambarkan dalam Al Qur'an sebagai "thaariq," yang berdenyut, memiliki kemiripan yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal sebagai pulsar.

Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat itu, dalam bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan memampatkan hampir seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan magnet amat kuat yang ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang berputar sangat cepat ini telah dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya gelombang-gelombang radio sangat kuat yang teramati di Bumi.

Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah "an najmu ats tsaaqibu," yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang, mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah "adraaka" dalam ungkapan "Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?" merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang berdenyut ini. (Wallaahu a'lam)

Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Thaariq dalam Al Qur'an memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur'an.

BINTANG SIRIUS (SYI'RA)

Bintang Sirius [Syi’ra] muncul di Surat An Najm (yang berarti "bintang"). Bintang ganda yang membentuk bintang Sirius ini saling mendekat dengan sumbu kedua bintang itu yang berbentuk busur setiap 49,9 tahun sekali. Peristiwa alam tentang bintang ini diisyaratkan dalam ayat ke-9 dan ke-49 dari Surat An Najm.

Ketika pengertian-pengertian tertentu yang disebutkan dalam Al Qur'an dikaji berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke-21, kita akan mendapati diri kita tercerahkan dengan lebih banyak keajaiban Al Qur'an. Salah satunya adalah bintang Sirius (Syi'ra), yang disebut dalam surat An Najm ayat ke-49:

… dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'ra (QS. An Najm, 53: 49)

Kenyataan bahwa kata Arab "syi'raa," yang merupakan padan kata bintang Sirius, muncul hanya di Surat An Najm (yang hanya berarti "bintang") ayat ke-49 secara khusus sangatlah menarik. Sebab, dengan mempertimbangkan ketidakteraturan dalam pergerakan bintang Sirius, yakni bintang paling terang di langit malam hari, sebagai titik awal, para ilmuwan menemukan bahwa ini adalah sebuah bintang ganda. Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.

Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard, Ottawa dan Leicester.2 Keterangan ini dilaporkan dalam berbagai sumber sebagai berikut:

Sirius, bintang yang paling terang, sebenarnya adalah bintang kembar… Peredarannya berlangsung selama 49,9 tahun. 3

Sebagaimana diketahui, bintang Sirius-A dan Sirius-B beredar mengelilingi satu sama lain melintasi sebuah busur ganda setiap 49,9 tahun. 4

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah garis edar ganda berbentuk busur dari dua bintang tersebut yang mengitari satu sama lain.

Namun, kenyataan ilmiah ini, yang ketelitiannya hanya dapat diketahui di akhir abad ke-20, secara menakjubkan telah diisyaratkan dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu. Ketika ayat ke-49 dan ke-9 dari surat An Najm dibaca secara bersama, keajaiban ini menjadi nyata:

dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'ra (QS. An Najm, 53: 49)

maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An Najm, 53: 9)

Penjelasan dalam Surat An Najm ayat ke-9 tersebut mungkin pula menggambarkan bagaimana kedua bintang ini saling mendekat dalam peredaran mereka. (Wallaahu a'lam). Fakta ilmiah ini, yang tak seorang pun dapat memahami di masa pewahyuan Al Qur'an, sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah Yang Mahakuasa.

Tips Membuat “Strong Password”

Ada berbagai tips untuk membuat password yang kuat termasuk software untuk membuatnya pun banyak bertebaran di internet. Tetapi jika dihasilkan dari software, maka biasanya akan ditampilkan secara acak. Jadi meskipun kuat, tetapi sulit diingat. Bagaimana tips membuat Strong Password?

Ada tiga komponen penting agar text password yang dibuat merupakan Strong Password, yaitu panjang, kombinasi huruf dan bukan merupakan kata-kata atau istilah umum.

Buat Password yang panjang. Setiap huruf yang ditambahkan ke password kita, maka akan menambah keamanan dan kekuatan password tersebut. Password yang disarankan minimal memiliki panjang 8 huruf (meskipun ada yang minimal 7 huruf), dan idealnya 14 huruf atau lebih. Sebagai contoh password dengan panjang 15 huruf abjad acak saja bisa lebih kuat 33.000 kali dibanding password dengan panjang 8 huruf acak dari huruf di keyboard.

Kombinasikan Huruf abjad, angka dan simbol. Semakin besar kombinasi ketika komponen ini, maka kekuatan password akan semakin bertambah. Jika tidak bisa menggunakan simbol, maka alternatifnya dengan menambah panjang password tersebut. Meskipun Idealnya password yang kuat merupakan kombinasi ketiga komponen diatas.

Huruf abjad (letters) adalah karakter a,b,c… z dan A,B,C…Z, angka merupakan bilangan 0,1,2,3..9 dan simbol adalah huruf selain abjad dan bilangan, seperti #$%^&*(&:”./{}.

Hindari password yang merupakan kata/istilah umum. Seperti misalnya tanggal lahir kita, nama kita, tahun kelahiran dan sebagainya. Karena biasanya password tersebut akan mudah diketahui orang lain. Termasuk juga kata-kata yang sering diucapkan, kata-kata populer dan sejenisnya. Biasanya program password cracker sudah mempunyai atau menyiapkan database kata-kata tersebut.

Tetapi selain ketiga komponen diatas, ada satu lagi yang juga penting untuk diperhatikan, yaitu password tersebut mudah kita ingat, karena meskipun kuat, tetapi susah diingat akan sama saja, kadang malah merepotkan dan memusingkan.

Beberapa tips lain yang perlu diperhatikan ketika membuat password

  • Hindari membuat password dengan huruf-huruf yang urut, misalnya “123456789″, “33333″ atau “abcdef” dan sebagainya
  • Hindari password yang hanya mengubah huruf yang mirip angka saja. Misalnya mempunyai nama agus, dan membuat pasword “46u5″ maka ini akan lebih mudah ditebak. “Password” diubah menjadi “P4ssw0rd”. Sebaiknya digunakan kombinasi panjang dan tambahan komponen lainnya
  • Hindari kata-kata yang udah umum, seperti nama, tempat lahir, tanggal lahir, sekolah, kuliah dan sebagainya
  • Buat password yang berbeda untuk beberapa account penting

Bagaimana untuk mengecek apakah password kita lemah, sedang atau kuat ?

Saat ini ketika kita membuat account, maka biasanya sudah disediakan informasi kekuatan password kita, misalnya di yahoo, google, wordpress dan lainnya. Alternatif lainnya bisa menggunakan fasilitas Password Checker, yang merupakan fasilitas untuk mengetahui seberapa kuat password yang dituliskan. Fasilitas ini tidak akan merekam apa yang diketikkan (http://ebsoft.web.id)

Referensi
http://www.microsoft.com/protect/yourself/password/create.mspx

Popularity: 1% [?]

Selasa, Agustus 19, 2008

Memimpin dengan Kesederhanaan

Sa’ad bin Al-Jamhi pernah diprotes rakyatnya karena selalu terlambat masuk kantor. Itu, karena ia tak memiliki pembantu dan harus membantu istrinya memasak

ImageHidayatullah.com--Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, kaum Muslimin segera mencari pengganti untuk melanjutkan kepemimpinan Islam. Ketika itu Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu memegang tangan Umar bin Khaththab Ra dan Abu Ubaidah bin Jarrah Ra sambil mengatakan kepada khalayak, “Salah satu dari kedua orang ini adalah yang paling tepat menjadi khalifah. Umar yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai orang yang dengannya Allah memuliakan Islam dan Abu Ubaidah yang dikatakan Rasulullah sebagai kepercayaan ummat ini.”

Tangan Umar gemetar mendengar kata-kata Abu Bakar itu, seakan ia kejatuhan bara yang menyala. Abu Ubaidah menutup mukanya dan menangis dengan rasa malu yang sangat. Umar bin Khaththab lalu berteriak, “Demi Allah, aku lebih suka dibawa ke depan lalu leherku ditebas walau tanpa dosa, daripada diangkat menjadi pemimpin suatu kaum dimana terdapat Abu Bakar.”

Pernyataan Umar ini membuat Abu Bakar terdiam, karena tidak mengharapkan dirinya yang ditunjuk menjadi khalifah. Dia menyadari dirinya sangat lemah dalam mengendalikan pemerintahan. Tidak setegas Umar, dan tidak sebijak Abu Ubaidah.

Tapi akhirnya pikiran dan perasaan semua orang terarah kepada Abu Bakar. Karena dialah sesungguhnya yang paling dekat ditinjau dari berbagai aspek untuk menduduki jabatan khalifah yang teramat berat ini.

Seabrek alasan dapat dikemukakan untuk menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dialah yang dianggap paling dekat dengan Rasulullah dan paling kuat imannya sesuai pernyataan Nabi, “Kalau iman seluruh ummat Islam ditimbang dengan iman Abu Bakar, maka lebih berat iman Abu Bakar.”

Maka terangkatlah Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Nabi Saw. Saat pertama kali Abu Bakar menginjakkan kaki di mimbar Rasulullah, ia hanya sampai pada anak tangga kedua dan duduk di situ tanpa berani melanjutkan ke anak tangga berikutnya, sambil berpidato, “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya aku diangkat menjadi pemimpin kalian, tapi aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat kesalahan maka luruskanlah aku. Ketahuilah, sesungguhnya orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat di sisiku, hingga aku berikan hak kepadanya. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika aku durhaka, janganlah kalian taat kepadaku.”

Sang khalifah berusaha menjaga wibawa kepemimpinan. Tapi dalam kedudukannya sebagai seorang pemimpin dia berusaha meyakinkan orang yang di bawah kepemimpinannya bahwa jabatan adalah amanah yang menuntut tanggung jawab, bukan penguasaan. Penguasa adalah satu orang di antara ummat, bukan ummat dalam satu orang. Abu Bakar tidak menginginkan karena jabatan, dia jadi jauh dengan ummat. Sebaliknya, dia ingin semakin dekat dengan mereka. Terhadap ketentuan Nabi dia menyatakan, “Saya lebih rela diterkam serigala daripada merubahnya.”

Demikianlah gambaran ketegangan yang terjadi pada waktu pemilihan jabatan. Semua orang menolak jabatan, padahal kapasitas para sahabat sangat memadai untuk memegang kekuasaan.

***

Ketika Abu Bakar wafat, Umar bin Khaththab disepakati tampil sebagai pengganti. Umar yang memegang amanah selama dua pelita (10 tahun) 6 bulan dan 4 hari berhasil menggurat sejarah yang merubah peta dunia.

Lelaki perkasa yang digambarkan kekuatannya saat menentang Islam di zaman jahiliyah sama dengan kekuatan seluruh kaum Quraisy, telah tampil dengan perkasa pula di zaman Islam membela kebenaran, membayar dosa-dosa jahiliyahnya.

Dia larutkan dalam pengabdian mewujudkan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab. Kontrolnya berjalan efektif, sehingga seluruh rakyatnya tidak ada yang luput dari perhatiannya.

Ketika penduduk pinggiran kota kena paceklik, Umar sendiri yang memikul gandum di pundaknya, lalu mengantarkan ke rakyatnya yang tengah dilanda kelaparan. Lalu penduduk itu segera dipindahkan ke kota untuk mempermudah pemantauannya.

Suatu malam di kota Madinah kedatangan kafilah yang membawa barang dagangan. Diajaknya Abdurrahman bin Auf menemani penjaga kafilah itu semalam suntuk. Tapi tidak jauh dari tempat kafilah itu ada bayi yang selalu menangis, tidak mau diam. Umar berulangkali menasihati bahkan memarahi ibunya karena tidak dapat mendiamkan anaknya.

Ibu sang anak itu lalu berkomentar bahwa, “Inilah kesalahan Umar karena hanya anak yang tidak menyusui yang diberi tunjangan, sehingga anak yang usianya baru beberapa bulan ini terpaksa saya sapih.” Umar sangat terpukul mendengar kata-kata ibu itu.

Ketika menjadi imam shalat Subuh, bacaan ayatnya tidak jelas karena diiringi tangis. Usai shalat langsung diumumkan bahwa seluruh anak kecil mendapat tunjangan dari baitul mal, termasuk yang masih menyusu.

Tegas dan Sederhana

Prinsip ketegasan dan kesederhanaan dipegang kuat oleh Umar. Para gubernur yang bertugas di daerah cukup kewalahan dengan sikap itu. Pernah Amru bin Ash, gubernur yang sangat berjasa menaklukkan Mesir, diberi hukuman cambuk karena seorang rakyat Mesir melapor bahwa dirinya pernah dipukul sang Gubernur. Orang yang melapor itu sendiri yang disuruh memukulnya.

Pernah juga Abdulah bin Qathin, seorang gubernur yang bertugas di Hamash, dilucuti pakaiannya lalu disuruh menggantinya dengan baju gembala, kemudian disuruh menggembala domba beberapa saat. Sebelumnya ada yang diperintahkan membakar pintu rumahnya, karena salah seorang rakyatnya bercerita setelah ditanya oleh Umar tentang keadaan gubernurnya. Dia menjawab, “Cukup bagus, hanya sayangnya karena dia mendirikan rumah mewah.”

Kemudian gubernur itu disuruh memasang kembali bajunya dan dipesan, “Kembalilah ke tempat tugasmu tapi jangan berbuat demikian lagi. Saya tidak pernah memerintahkan engkau membangun rumah besar,” tegas Umar.

Sebaliknya, terhadap gubernurnya yang sederhana, Umar sangat sayang. Seperti yang dilakukannya terhadap Sa’ad bin Al-Jamhi yang diprotes rakyatnya karena selalu terlambat membuka kantornya, tidak melayani rakyatnya di malam hari dan tidak membuka kantor sehari dalam seminggu. Itu dilakukan karena Sa’ad tidak memiliki pembantu sehingga dia membantu istrinya membuatkan adonan roti. Nanti setelah adonan itu mengembang, barulah berangkat ke kantor.

Sa’ad tidak melayani rakyatnya di malam hari karena waktu itu digunakan untuk bermunajat dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sengaja tidak membuka kantor sehari dalam seminggu kecuali di sore hari karena ia harus mencuci pakaian dinas dan menunggu hingga kering.

Kalau di zaman sekarang, model kepemimpinan seperti ini mungkin dianggap tidak efektif. Orang menyebutnya manajemen tukang sate, yakni harus mengiris daging sendiri, menusuk sate, dan membakarnya sendiri.

Tentu letak perbedaannya ada pada pola pikir dan cara pandang. Para sahabat Nabi sangat takut terhadap pertanggungjawaban di akhirat. Sekecil apapun persoalan ummat menjadi perhatiannya.

Berbeda dengan kebanyakan kepemimpinan saat ini dengan prinsip yang penting ada pembagian tugas, lalu pandai membuat laporan. Tidak peduli laporan itu fiktif atau bukan. Ditambah dengan lemahnya kontrol dan pemantauan, maka dimana-mana terjadi penyelewengan.

Mantan Wakil Presiden Adam Malik pernah bertutur, “Semua bisa diatur.” Artinya di depan umum selalu berbicara tentang supremasi hukum, namun dalam kenyataannya berpura-pura.

Ini akibat tidak takut kepada Allah. Baginya bukan siksaan di akhirat yang mengerikan , tapi hanya risiko dunia.

Orang seperti ini terkadang menantang-nantang akhirat segala. Inilah yang dimaksudkan ayat Allah dalam surat Az-Zumar ayat 45: “Dan apabila nama Allah yang disebut, kesallah orang-orang yang tidak percaya terhadap keberadaan akhirat. Tetapi apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, mereka tiba-tiba merasa gembira.”

Sungguh dapat kita bayangkan seperti apa nasib negeri kita kalau orang-orang yang duduk di puncak kekusaan memiliki orientasi berpikir seperti itu. Sangat mengerikan.

Sungguh tidak keliru bila ummat di zaman kini kembali berkaca kepada kesederhanaan sahabat. Alangkah mulianya pribadi Umar bin Khaththab yang membuat peraturan untuk para gubernurnya:

1. Jangan memiliki kendaraan istimewa

2. Jangan memakai pakaian tipis (halus dan mahal harganya)

3. Jangan makan-makan yang enak-enak

4. Jangan menutup rumahmu bila orang memerlukanmu

Semua itu dimaksudkan agar para gubernur dapat merasakan apa yang dirasakan oleh yang dipimpinnya.

Semoga pemimpin di negeri ini dapat merenungi beratnya tanggung jawab memegang amanah rakyat. Bila tidak, bisa jadi akan diadili oleh mahkamah sejarah. Lebih mengerikan lagi tuntutan tanpa pembela di mahkamah akhirat nanti.* [Manshur Salbu. Diambil dari Rubrik “Hikmah” di Majalah Hidayatullah/ www.hidayatullah.com]

Tujuh Wasiat Rosulullah

Rasulullah berwasiat, cintailah fakir-miskin, berbanyak silaturrahmi, jangan suka meminta-minta dan jangan takut celaan dalam berdakwah

Hidayatullah.com--Dari Abu Dzar ia berkata; “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahku agar aku melihat orang-orang yang di bawahku dan tidak melihat orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahim dengan karib kerabat meski mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku diperintahkan agar memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa billah, (5) aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, (7) belaiu melarang aku agar aku tidak meminta-minta sesuatu kepada manusia” (Riwayat Ahmad).

Meski wasiat ini disampaikan kepada Abu Dzar RA, namun hakikatnya untuk kaum Muslimin secara umum. Sebagaimana kaidah: (Al-Khitobu li’umuumil-lafdzi, walaisa min khususil asbab).

Wasiat pertama, mencintai orang miskin.

Islam menganjurkan umatnya agar berlaku tawadhu’ (berendah hati) terhadap orang-orang miskin, menolong dan membantu kesulitan mereka. Demikianlah yang dicontohkan para sahabat di antaranya Umar bin Khaththab Radhiallahu anhu (RA) yang terkenal sangat merakyat, Khalifah Abu Bakar yang terkenal dengan sedekah “pikulan”nya, Utsman bin Affan dengan kedermawanannya.

Cintailah dan kasihanilah orang-orang miskin, sebab hidup mereka tidak cukup, diabaikan masyarakat dan tidak diperhatikan. Orang yang mencintai fuqara’ dan masakin dari kaum Muslimin, terutama mereka yang mendirikan shalat, dan taat kepada Allah, maka mereka akan dibela Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) di dunia dan pada hari kiamat.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang Muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (Riwayat Muslim).

Juga sabda beliau, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang jihad fi sabilillah…..” (Riwayat Bukhari). Dalam riwayat lain seperti mendapatkan pahala shalat dan puasa secara terus menerus….

Wasiat kedua, melihat orang yang lebih rendah kedudukannya dalam hal materi dunia.

Rasulullah memerintahkan agar kita melihat orang-orang yang berada di bawah kita dalam masalah dunia dan mata pencaharian. Tujuannya, tiada lain agar kita selalu bersyukur dengan nikmat Allah yang ada. Selalu qona’ah (merasa cukup dengan apa yang Allah karuniakan kepada kita), tidak serakah, tidak pula iri dengki dengan kenikmatan orang lain.

Memang rata-rata penyakit manusia selalu melihat ke atas dalam hal harta, kedudukan, dan jabatan. Selama manusia hidup ia selalu merasa kurang dan kurang. Baru merasa cukup manakala mulutnya tersumpal tanah kuburan.

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan janganlah melihat orang yang ada di atasmu, karena hal demikian lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (Riwaat Muttafaqun ‘alaihi).

Sebaliknya dalam masalah agama, ibadah dan ketakwaan, seharusnya kita melihat orang-orang yang di atas kita, yaitu para Nabi, sahabat, orang-orang yang jujur, para syuhada’, para ulama’ dan salafus-shalih.

Wasiat ketiga, menyambung silaturahim kepada kaum kerabat

Silaturahim adalah ungkapan mengenai berbuat baik kepada karib kerabat karena hubungan nasab (keturunan) atau karena perkawinan. Yaitu silaturahim kepada orang tua, kakak, adik, paman, keponakan yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Berbuat baik dan lemah lembut kepada mereka, menyayangi, memperhatikan dan membantu mereka.

Dengan silaturahim, Allah memberikan banyak manfaat. Di antaranya, menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya, dengannya akan menumbuhkan sikap saling membantu dan mengetahui keadaan masing-masing. Silaturahmi pula akan memberikan kelapangan rezeki dan umur yang panjang. Sebaliknya bagi yang mengabaikan silaturahim Allah sempitkan hartanya dan tidak memberikan berkah pada umurnya, bahkan Allah tidak memasukkannya ke dalam surga.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturahmi” (Riwayat Bukhari).

Wasiyat keempat, memperbanyak ucapan ‘La haula walaa quwwata illa bilLah’

Rasulullah memerintahkan memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa bilLah’ agar kita berlepas diri dari merasa tidak mampu. Kita serahkan semuanya kepada Allah. Makna kalimat ini juga sebagai sikap tawakkal, hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan.

Pada hakekatnya seorang hamba tidak memiliki daya-upaya apapun kecuali dengan pertolongan Allah. Seorang penuntut ilmu tidak bisa duduk di majelis ilmu melainkan dengan pertolongan Allah. Demikian juga seorang guru tidak mungkin bisa mengajarkan ilmu yang manfaat kepada muridnya melainkan dengan pertolongan Allah.

Nabi bersabda :

Ya Abdullah bin Qois, maukah aku tunjukkan kepadamu atas perbendaharaan dari perbendaharaan surga? (yaitu) ‘La haula walaa quwwata illa billah’ (Riwayat Muttafaqun ‘Alaih).

Wasiyat kelima, berani mengatakan kebenaran meskipun pahit

Kebanyakan orang hanya asal bapak senang (ABS), menjilat agar mendapat simpati dengan mengorbankan kebenaran dan kejujuran. Getirnya kebenaran tidak boleh mencegah kita untuk tidak mengucapkannya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Apabila sesuatu itu sudah jelas sebagai sesuatu yang haram, bid’ah, munkar, batil, dan syirik, maka jangan sampai kita takut menerangkannya.

Sesungguhnya jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat kebenaran (haq) kepada penguasa yang zalim. Bukan dengan cara menghujat aib mereka di mimbar-mimbar, tidak dengan aksi orasi, demonstrasi, dan provokasi.

Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa, janganlah ia tampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasehat itu, maka itu yang terbaik. Dan apabila penguasa itu enggan, maka ia sungguh telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya” (Riwayat Ahmad)

Wasiyat keenam, tidak takut celaan dalam berdakwah.

Betapa berat resiko dakwah yang Rasulullah dan sahabat alami. Mereka harus menderita karena mendapat celaan, ejekan, fitnah, boikot. Juga pengejaran, lemparan kotoran, dimusuhi, diteror, dan dibunuh.

Manusia yang sakit hatinya kadang-kadang tidak mau menerima dengan penjelasan dakwah, maka para pendakwah harus sabar menyampaikan dengan ilmu dan hikmah. Jika dai mendapat penolakan dan cercaan jangan sampai mundur. Maka para penyeru tauhid, penyeru kebenaran jangan berhenti hanya dengan di cerca.

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut dengan siapapun selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan” (Al-Ahzab [33]: 39).

Wasiat ketujuh, tidak suka meminta-minta sesuatu kepada orang lain.

Orang yang dicintai Allah, Rasul dan manusia, adalah mereka yang tidak meminta-minta. Seorang Muslim harus berusaha makan dari hasil jerih payah tangannya sendiri. Seorang Muslim harus berusaha memenuhi hajat hidupnya sendiri dan tidak boleh selalu mengharapkan belas kasihan orang.

“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil tali, lalu membawa seikat kayu bakar di punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada manusia. Mereka bisa memberi atau tidak memberi” (Riwayat Bukhori).

Ukhuwah Atas nama ALLAH

Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh. Jika satu disakiti, maka yang lain juga akan menderita. Tapi ukhuwah yang benar hanya atas nama Allah SWT

Hidayatullah.com--Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh, kata Nabi. Itulah ukhuwah atau persaudaraan. Ukhuwah islamiyah atau persaudaran Islam adalah sendi pokok untuk membangun tatanan masyarakat Muslim yang kokoh. Tatanan masyarakat Islam yang kokoh merupakan cita-cita kita semua dimana Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin akan benar- benar terwujud.

Memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan ukhuwah. Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam. Di bawah ini adalah anjuran ukhuwah menurut Islam.

Lillahi Ta’ala

Semangat ukhuwah di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, ”Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (HR Muslim)

Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, ”Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka.” Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR Nasa’i dari Abu Hurairah Radiallahu ‘anhu)

Tidak Saling Menzhalimi

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).

Ibarat Satu Tubuh

Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)

“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)

Merasakan Lezatnya Iman

“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (HR Ahmad)

Mengenal Baik Sahabatnya

“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (HR Tirmidzi).

[www.hidayatullah.com]

Minggu, Agustus 17, 2008

Internet ke Interkoloni: Pemrogram komputer menggunakan lebah madu sebagai rujukan


Naiknya tingkat kesibukan berbelanja melalui Internet menimbulkan sejumlah permasalahan besar. Perilaku pelanggan ketika berbelanja bisa jadi sama sekali lain dari perkiraan umumnya, dan mungkin saja berbeda di antara sesama pelanggan. Hal ini menyebabkan lalu lintas internet menjadi tidak teratur dan akhirnya berujung pada penumpukan tiba-tiba pada server Internet yang menangani belanja on-line. (Server: sebuah komputer dalam sebuah jaringan yang menyimpan program-program aplikasi dan file-file data yang dapat dikunjungi oleh komputer-komputer lainnya di dalam jaringan tersebut.) Para pakar dari Universitas Oxford dan the Georgia Institute of Technology [Institut Teknologi Georgia] melakukan kerjasama dalam rangka mengembangkan sejumlah teknologi yang dapat mengatasi penumpukan semacam itu. Para peneliti ini mengambil model atau contoh-acuan berupa suatu masyarakat yang lalu lintasnya telah berhasil diatur dengan sangat baik. Contoh-acuan ini adalah perilaku koloni atau masyarakat lebah madu yang tengah ditiru dalam sejumlah teknologi yang ditujukan untuk meringankan beban pada server-server pada saat terjadi kepadatan lalu lintas yang luar biasa.
Lonjakan jumlah pelanggan belanja atau perdagangan saham secara tiba-tiba, naik turunnya kegiatan lelang melalui internet memunculkan kesulitan besar pada perusahaan-perusahaan pengelola server. Untuk meningkatkan keuntungan mereka sebesar-besarnya, perusahaan-perusahaan ini perlu memeriksa komputer-komputer mereka setiap saat untuk menjaga agar komputer tersebut tetap mampu menyesuaikan diri terhadap tingkat kebutuhan yang berubah-ubah melalui campur tangan secara cepat. Namun pada kenyataannya, hanya satu aplikasi web saja yang dapat dimuat ke dalam komputer pada satu waktu, dan hal ini merupakan sebuah kendala. Perpindahan antar-aplikasi menyebabkan penghentian sementara selama 5-7 menit, waktu ini diperlukan untuk konfigurasi ulang pada komputer, dan ini berarti kerugian.
Permasalahan serupa dijumpai dalam tugas-tugas yang dijalankan oleh lebah madu. Sumber-sumber bunga memiliki keragaman dalam hal mutu. Oleh karena itu, seseorang mungkin berpikiran bahwa keputusan tentang berapa banyak lebah yang harus dikirim ke setiap tempat tersebut dan berapa lama mereka sebaiknya berada di sana merupakan sebuah permasalahan dalam sebuah koloni yang ingin mencapai laju pengumpulan madu bunga (nektar) setinggi-tingginya. Akan tetapi, berkat sistem kerja mereka yang sangat baik, lebah mampu memecahkan permasalahan ini tanpa mengalami kesulitan.
Sekitar seperlima dari lebah-lebah di dalam sebuah sarang bertugas sebagai pengumpul-nektar. Tugas mereka adalah berkelana di antara bunga-bunga dan mengumpulkan nektar sebanyak mungkin. Ketika kembali ke sarang, mereka menyerahkan muatan nektar mereka kepada lebah-lebah penyimpan-makanan yang menjaga sarang dan menyimpan bahan makanan. Lebah-lebah ini kemudian menyimpan nektar di dalam petak-petak madu. Seekor lebah pengumpul-nektar juga dibantu oleh rekan-rekannya dalam menentukan seberapa bagus mutu sumber bunganya. Lebah pengumpul-nektar tersebut menunggu dan mengamati seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bertemu dengan seekor lebah penyimpan-makanan yang siap menerima muatan. Jika waktu tunggu ini berlangsung lama, maka sang lebah pengumpul-nektar memahami hal ini sebagai isyarat bahwa sumber bunganya bukan dari mutu yang terbaik, dan bahwa lebah-lebah yang lain kebanyakan telah melakukan pencarian yang berhasil. Sebaliknya, jika ia disambut oleh sejumlah besar lebah-lebah penyimpan-makanan untuk mengambil muatannya, maka semakin besarlah kemungkinan bahwa muatan nektar tersebut bermutu baik.
Lebah yang mendapatkan informasi ini memutuskan apakah sumber bunganya senilai dengan kerja keras yang akan dilakukan berikutnya. Jika ya, maka ia melakukan tarian-getarnya yang terkenal agar dipahami maksudnya oleh lebah-lebah lain. Lama tarian ini memperlihatkan seberapa besar keuntungan yang mungkin dapat diperoleh dari sumber bunga ini. [penjelasan lebih lanjut tentang tarian lebah, silakan baca: http://www.harunyahya.com/indo/buku/menyingkap003.htm]
Sunil Nakrani dari Universitas Oxford dan Craig Tovey dari the Georgia Institute of Technology menerapkan cara pemecahan masalah oleh lebah madu tersebut pada permasalahan ada pada Internet host. Setiap server mengambil peran sebagai lebah pengumpul-nektar, dan setiap permintaan pelanggan bertindak sebagai sumber bunga. Dengan cara ini, doktor Nakrani dan Tovey mengembangkan sebuah algoritma "lebah madu" untuk server Internet "sarang." (Algoritma: Serangkaian tahapan-tahapan logis untuk memecahkan suatu permasalahan yang dapat diterjemahkan ke dalam sebuah program komputer.)
Sebuah host menjalankan tugas, sebagaimana yang dilakukan lebah dengan tarian-getarnya, dengan membuat sebuah iklan dan mengirimkannya ke sejumlah server lainnya di dalam sarang. Lama masa penayangan iklan ini mencerminkan manfaat dan tingkat keuntungan yang dapat diraup melalui para pelanggan server-server tersebut. Server lain membaca iklan ini dan berperilaku seperti lebah-lebah pekerja yang mengikuti petunjuk yang yang disampaikan melalui tarian-getar tersebut. Setelah mempertimbangkan dan mengkaji iklan ini beserta pengalaman mereka sendiri, mereka memutuskan perlu tidaknya untuk beralih dari para pelanggan yang sedang mereka layani ke para pelanggan yang sedang dilayani oleh server yang mengirim iklan tersebut.
Doktor Nakrani dan Tovey melakukan uji banding antara algoritma lebah madu yang mereka kembangkan dengan apa yang disebut sebagai algoritma "rakus" yang saat ini dipakai oleh kebanyakan penyedia Internet host. Algoritma rakus terlihat ketinggalan zaman. Algoritma rakus membagi waktu menjadi sejumlah penggalan waktu yang tetap dan menempatkan server-server untuk melayani para pelanggan untuk satu penggalan waktu berdasarkan pengaturan yang dianggap paling menguntungkan pada penggalan waktu sebelumnya. Para peneliti mengungkap bahwa di saat-saat ketika lalu lintas sangat berubah-ubah, algoritma lebah madu memperlihatkan kinerja 20% lebih baik daripada algoritma rakus. Sebentar lagi mungkin server-server yang bekerja menggunakan algoritma lebah madu akan semakin banyak di masa mendatang, di mana Internet akan lebih tepat disebut sebagai "Interkoloni."
Dengan pemisalan yang sangat tepat, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ini menunjukkan betapa berbagai pemecahan masalah yang masuk akal terdapat di alam. Permasalahan yang dihadapi server-server Internet sangatlah mirip dengan permasalahan yang dipecahkan oleh koloni lebah madu. Sungguh, keberhasilan yang dicapai penelitian tersebut, yang dilakukan dengan menerapkan contoh-rujukan koloni lebah madu, menjadi isyarat akan hal ini. Akan tetapi, dari manakah asal usul rumusan pemecahan masalah yang diberikan lebah madu kepada para pemrogram komputer tersebut? Meskipun para pemrogram komputer dapat mengambil perilaku lebah madu sebagai contoh-rujukan mereka, lebah itu sendiri tidak dapat melakukan hal seperti itu. Ini dikarenakan meskipun tiruan algoritma lebah yang dibuat oleh pemrogram komputer merupakan hasil dari proses berpikir cerdas yang dilakukan secara sadar, lebah madu tidak memiliki kemampuan berpikir semacam itu. Pemecahan atas permasalahan tersebut membutuhkan tindakan sadar, misalnya pertama-tama pemahaman tentang adanya permasalahan tersebut, pengkajian terhadap sejumlah penyebab timbulnya permasalahan itu, pengenalan atas pengaruh sejumlah penyebab itu terhadap permasalahan tersebut secara umum dan pengaruhnya terhadap satu sama lain, dan akhirnya pengambilan keputusan di antara beragam pilihan yang ada.
Sudah pasti pemecahan masalah semacam itu tidak mungkin terjadi di dalam koloni lebah beranggotakan 20 sampai 50 ribu ekor. Hanya ada satu penjelasan masuk akal atas kenyataan ini, di mana sedemikian banyak makhluk hidup menghemat energi dengan menerapkan cara pengumpulan nektar yang paling menguntungkan; meskipun orang biasanya mengira akan melihat suatu kekacauan dan kebingungan di dalamnya. Pemahaman atas permasalahan di dalam koloni lebah dan jalan keluar pemecahannya merupakan hasil karya Pencipta Maha Mengetahui. Tidak ada keraguan, Allahlah, Pencipta langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, Yang telah menciptakan koloni lebah. Strategi yang diterapkan di dalam koloni lebah madu merupakan ilham yang berasal dari Allah. Allah menyatakan hal ini di ayat berikut:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl, 16:68-69)
1- "Honey bees and internet optimisation," The Economist, April 15 2004.
http://www.harunyahya.com

Hukum Melafazhkan Niat

Penulis: Ustadz Abul Abbas Kholid Syamhudi, Lc.
Didapat dari situs muslim.or.id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hukum Melafazhkan Niat Niat tempatnya di hati, bukan diucapkan dengan lisan; dalam semua ibadah, seperti bersuci (thaharah), shalat, zakat, puasa, haji, membebaskan budak serta berjihad di jalan Allah, dan lainnya. Meskipun yang diucapkan lisan berbeda dengan apa yang ia niatkan dalam hati, maka yang diperhitungkan ialah yang diniatkan, bukan yang dilafazhkan. Walaupun ia mengucapkan dengan lisannya bersama niat, sedangkan niat belum sampai ke dalam hatinya, maka hal itu tidak cukup. Demikian menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin, karena sesungguhnya niat itu adalah jenis tujuan dan kehendak yang pasti. Orang Arab biasa mengatakan: نَوَاكَ اللهُ بِخَيْرٍ (Allah menunjukkan kepada kamu kebaikan) Al-Qadhi Abur Rabi’ Sulaiman bin ‘Umar Asy Syafi’i mengatakan: “Melafazhkan niat di belakang imam bukan perkara sunnah, bahkan hukumnya makruh. Jika mengganggu orang lain, maka hukumnya haram. Barangsiapa yang mengatakan bahwa melafazhkan niat termasuk sunnah, maka dia salah; dan tidak halal bagi siapapun berkata dalam agama Allah tanpa ilmu.” (Al Qaulul Mubin Fi Akhtha’il Mushallin, hlm. 91). Abu Abdillah Muhammad bin Qasim At Tunisi Al Maliki mengatakan: “Niat termasuk amal hati, dan melafazhkan niat adalah bid’ah. Disamping itu, juga mengganggu orang lain.” (Ibid, hlm. 91). Talafuzh (melafazhkan) niat tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika berwudhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membaca “nawaitu raf al hadatsil ashghar”, dan tidak juga membaca “nawaitu raf al hadatsil akbar” ketika mandi janabah (junub). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak melafazhkan niat “nawaitu fardha Dhuhri arba’a raka’atin mustaqbilal qiblati”, …ketika mulai shalat atau ketika mulai puasa dan lainnya. Melafazhkan niat tidak pernah diriwayatkan oleh seorangpun, baik dengan riwayat yang shahih, dhaif, maupun mursal. Tidak seorangpun sahabat yang meriwayatkan, dan tidak ada seorang tabi’in pun yang menganggap baik masalah ini, dan tidak pula dilakukan oleh empat Imam Madzhab yang mashur, seperti Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan talafuzh niat, meski hanya satu kali dalam shalatnya, dan tidak pula dilakukan oleh para khalifahnya. Ini adalah petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabat. Tidak ada petunjuk yang lebih sempurna, melainkan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabdanya: وَ خَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Jalaluddin As Suyuti (wafat th. 921 H) berkata: “Di antara perkara yang termasuk bid’ah ialah, was-was dalam niat shalat. Hal ini tidak pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga para sahabatnya. Mereka tidak pernah mengucapkan sesuatu bersama niat shalat (nawaitu ushalli, … ), selain hanya takbiratul ihram saja. Allah berfirman: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahdzab : 21) Imam Syafi’i mengatakan, orang yang was-was dalam niat shalat dan bersuci, adalah orang yang bodoh tentang syari’at dan rusak pikirannya. (Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’, oleh Imam Jalaludin As Suyuthi, hlm. 295-296, tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman). Sebab kekeliruan orang-orang yang mengikuti madzhab Syafi’i ialah, karena kesalahfahaman dalam memahami perkataan Imam Asy Sayafi’i. Imam Syafi’i mengatakan: “Apabila seseorang niat haji dan umrah sudah cukup, meskipun tidak dilafazhkan. (Ini) berbeda dengan shalat, karena shalat itu tidak sah melainkan dengan ucapan.” Imam Nawawi mengatakan: “Telah berkata para sahabat kami (ulama dari madzhab Syafi’i), orang yang memahami bahwa ucapan itu (ushalli,…) adalah keliru. Karena yang dimaksud Imam Asy Syafi’i bukan demikian. Akan tetapi, yang dimaksud beliau rahimahullah adalah ucapan mulai shalat, yaitu takbiratul ihram.” Dengan demikian, para ulama memfatwakan, bahwa melafazhkan niat adalah bid’ah dan munkar, dan jauh dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Niat yang Ikhlas Merupakan Dasar Diterimanya Amal Keberadaan niat harus disertai dengan menghilangkan segala keburukan, nafsu, dan keduniaan. Niat itu harus ikhlas karena Allah dalam setiap amal, agar amal itu diterima di sisi Allah. Setiap amal shalih mempunyai dua syarat, yang tidak akan diterima kecuali dengan keduanya, yaitu: Pertama, niat yang ikhlas dan benar. Kedua, sesuai dengan Sunnah, mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan syarat pertama, kebenaran batin akan terwujud. Dan dengan syarat kedua, kebenaran lahir akan terwujud. Tentang syarat pertama telah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya amal-amal itu hanya tergantung pada niatnya.” Inilah yang menjadi timbangan batin. Sedangkan syarat kedua disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah) Allah telah menyebutkan dua syarat ini dalam beberapa ayat, di antaranya: وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. (QS An Nisa`: 125) Menyerahkan dirinya kepada Allah artinya, mengikhlaskan amal kepada Allah, mengamalkan dengan iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah. Sedangkan berbuat baik artinya, dalam beramal mengikuti apa yang disyariatkan Allah, dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang haq. Dua syarat ini, bila salah satunya tidak terpenuhi, maka amal ini tidak sah. Jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas karena Allah, dan benar mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lahirnya ittiba’, dan batinnya ikhlas. Bila salah satu syarat ini hilang, maka amal itu akan rusak. Bila hilang keikhlasan, maka orang itu akan jadi munafik dan riya’ kepada manusia. Sedangkan bila hilang ittiba’, artinya tidak mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang itu sesat dan bodoh (jahil). (Tafsir Ibnu Katsir, I/616, Cet. Darus Salam). Dari uraian di atas, jelaslah, betapa pentingnya peran niat dalam amal. Niat itu harus ikhlas. Dan ikhlas semata tidak cukup menjamin diterimanya amal, selagi tidak sesuai dengan ketetapan syariat dan dibenarkan Sunnah. Sebagaiman amal yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat, tidak akan diterima, selagi tidak disertai dengan ikhlas; sama sekali tidak ada bobotnya dalam timbangan amal.

Membangun silicon valley Indonesia

Membangun silicon valley Indonesia
Apa yang sebenarnya terjadi di silicon valley? Kenapa tempat tersebut bisa menjadi pusat inovasi teknologi tinggi dunia? Kenapa bisa tumbuh begitu banyak perusahaan-perusahaan teknologi kelas dunia dari lembah tersebut? Kesuksesan wilayah tersebut didorong oleh dua faktor utama. Yaitu: kreatifitas inovasi dan entrepreneurship.
Faktor pertama adalah kreatifitas dalam berinovasi. Di Lembah silikon tersebut terdapat sebuah universitas bernama Stanford University yang merupakan salah satu universitas terbesar didunia. Dari universitas tersebut banyak lahir perusahaan-perusahaan IT kelas dunia yang mampu merajai dunia IT. Mulai dari SUN Microsystem sampai dengan yang paling gress yaitu Google. Di Stanford, banyak sekali riset-riset yang merangsang inovasi teknologi tinggi. Kampus tersebut sangat produktif dalam menghasilkan produk-produk IT. Mahasiswa Stanford bisa dengan mudah menyalurkan berbagai ide inovatifnya untuk diimplementasikan secara nyata.
Faktor kedua adalah entreprenurship. Tanpa faktor ini, berbagai macam ide inovasi yang keluar dari elemen kampus tidak akan bisa berkembang. Tanpa faktor ini, semua kreasi tersebut hanya akan menjadi tumpukan laporan-laporan riset yang tidak terimplementasikan ke publik. Di lembah ini, terdapat begitu banyak capital venture dan angel investor yang berani mengeluarkan sejumlah besar uang uang untuk membiayai riset kreatif dari orang-orang di stanford. Salah satu capital venture yang sangat terkenal adalah sequoia capital. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang telah membidani tumbuh kembangnya perusahaan-perusahaan IT seperti Yahoo, Google, Apple dsb. Para angel investor di silicon valley bersedia mengambil resiko bersama sang kreator inovasi. Mereka bersedia membukakan peluang yang sangat besar untuk orang-orang yang punya ide inovatif. Mereka akan terus membantu menggiring perusahaan didikannya supaya bisa maju melesat dengan cepat. Dengan dukungan dari para capital venture inilah, IT entrepreneur di silicon valley dapat berkembang dengan mudah. Para inventor yang selama ini berkutat dikampus bisa melangkah sedikit keluar wilayah kampus untuk mencari dana, mendapat dukungan dan mengimplementasikan idenya.
Jika kita membandingkan kondisi tersebut dengan kondisi Indonesia, maka kita bisa menganalisis bagaimana sebenarnya langkah yang tepat untuk membuat model silicon valley di Indonesia. Menurut saya di Indonesia, faktor pertama yaitu kreatifitas inovasi sebenarnya sudah dimiliki. Saya sangat yakin bahwa sebenarnya SDM IT di Indonesia itu mempunyai kualitas yang sangat tinggi. Namun sayangnya, potensi besar dari SDM IT di Indonesia itu tidak terberdayakan sehingga banyak SDM IT Indonesia yang salah jalur. Ada yang memanfaatkan kepintarannya melalui jalur hitam (cracking, fraud dsb) dan ada juga yang akhirnya lebih tertarik untuk bekerja keluar negeri dan menyerahkan kecerdasan yang dimilikinya untuk perusahaan-perusahaan IT yang sudah besar seperti Microsoft, Oracle, Sun dsb. Hacker-hacker di Indonesia bisa dibilang termasuk hacker berkualitas. Disamping itu, banyak pula orang Indonesia yang bekerja di silicon valley. Asal potensi tersebut bisa diarahkan dengan baik, maka saya yakin IT di Indonesia dapat berkembang dengan sangat pesat.
Lalu bagaimana dengan kondisi entrepreneurship di Indonesia. Inilah yang terlihat masih kurang berkembang. Sulit sekali bagi mereka yang punya ide inovatif untuk mendapatkan dana untuk risetnya. Kalaupun riset sudah dilakukan dan sudah ada hasil outputnya, biasanya tetap hanya berkutat dikampus. Hasil-hasil riset tersebut terpendam dan tak bisa berkembang karena tidak adanya pihak yang bersedia memberdayakan hasil riset tersebut untuk diimplementasikan di khalayak publik.
Upaya untuk membangun model silicon valley di Indonesia sebenarnya sudah banyak, contohnya adalah: Bandung High Tech Valley, Bogor Cybertech Valley, Multimedia Infocom Resources di Yogyakarta, dan Malang Information Techno Farm. Diantara 4 konsentrasi tersebut, mungkin yang paling serius digarap adalah BHTV (bandung High Tech Valley) yang digawangi oleh mas budi rahadjo. Namun, saat ini proyek BHTV tersebut belum dapat berkembang karena kurangnya faktor yang kedua, faktor entrepreneurship. Kita masih sulit untuk menemukan capital venture yang mau membimbing para inovator dari kampus supaya produk inovatifnya dapat berkembang. Kita masih sulit menemukan angel investor yang berani mengambil resiko tinggi untuk membiayai ide yang belum tentu bisa sukses.

Di Jalan Dakwah Aku Menikah


Atribut yang diberikan Islam kepada kita, salahsatunya adalah dai ilallah. Kita dituntut untukmerealisasikan dakwah dalam seluruh waktu kehidupankita. Setiap langkah kita sesungguhnya adalah dakwahkepada Allah, sebab dengan itulah Islam terkabarkankepada masyarakat. Bukankah dakwah bermakna mengajakmanusia merealisasikan ajaran-ajaran Allah dalamkehidupan keseharian? Sudah selayaknya kita sebagaipelaku yang menunaikan pertama kali, sebelum mengajakkepada yang lainnya.

Pernikahan akan bersifat dakwah apabila dilaksanakansesuai dengan tuntunan Islam di satu sisi, danmenimbang berbagai kemaslahatan dakwah dalam setiaplangkahnya, pada sisi yang lain. Dalam memilih jodoh,dipilihkan pasangan hidup yang bernilai optimal bagidakwah. Dalam menentukan siapa calon jodoh tersebut,dipertimbangkan pula kemaslahatan secara lebih luas.selain kriteria umum sebagaimana tuntunan fikih Islam,pertimbangan lainnya adalah : apakah pemilihan jodohini memiliki implikasi kemaslahatan yang optimal bagidakwah, ataukah sekedar mendapatkan kemaslahatan bagidirinya? mari saya beri contoh berikut. diantarasekian banyak wanita muslimah yang telah memasuki usiasiap menikah, mereka berbeda-beda jumlah bilanganusianya yang oleh karena itu berbeda pula tingkatkemendesakan untuk menikah.

Beberapa orang bahkansudah mencapai usia 35 tahun, sebagian yang lainantara 30 hingga 35 tahun, sebagian berusia 25 hingga30, dan yang lainnya di bawah usia 25 tahun. Merekasemuaini siap menikah, siap menjalankan fungsinya dan peransebagai isteri dan ibu di rumah tangga. Anda adalah laki-laki muslim yang telah berniatmelaksanakan pernikahan. Usia anda 25 tahun.

Andadihadapkan pada realitas bahwa wanita muslimah yangsesuai kriteria fikih Islam untuk anda nikahi adasekian banyak jumlahnya. Maka siapakah yang lebih andapilih, dan dengan pertimbangan apa anda memilih diasebagai calon isteri anda? Ternyata anda memilih si A, karena ia memilikikriteria kebaikan agama, cantik, menarik, Pandai, danusia masih muda, 20 tahun atau bahkan kurang dari itu.Apakah pilihan anda itu salah? Demi Allah, pilihananda ini tidak salah! anda telah memilih calon isteridengan benar karena berdasarkan kriteria kebaikanagama, dan memenuhi sunnah kenabian.

BukankahRasulullah bertanya kepada Jabir ra : “Mengapa tidak menikah dengan seorang gadis yangbisa engkau cumbu dan bisa mencumbuimu” (RiwayatBukhari dan Muslim) Dan inilah jawaban dakwah seorang Jabir ra, “Wahai Rasulullah, saya memiliki saudara-saudaraperempuan yang berjiwa keras, saya tidak mau membawayang keras juga kepada mereka. janda ini saya harapkanmampu menyelesaikan permasalahan tersebut.” kata Jabir“benar katamu” jawab Nabi saw.

Jabir tidak hanya berfikir untuk kesenangan dirinyasendiri. Ia bisa memilih seorang gadis perawan yangcantik dan muda belia. Namun ia memiliki kepekaandakwah yang amat tinggi. kemaslahatan menikahi jandatersebut lebih tinggi dalam pandangan Jabir,dibandingkan dengan menikahi gadis perawan.

Nah, apabila semua laki-laki muslim berpikiran dan menentukan calon isterinya harus memiliki kecantikanideal, berkulit putih, usia 5 tahun lebih muda daridirinya, maka siapakah yang akan datang melamar parawanita muslimah yang usianya diatas 25 tahun, atauusia diatas 30 tahun atau bahkan diatas usia 35 tahun? Siapakah yang akan datang melamar para wanitamuslimah yang dari segi fisik tidak cukup alasan untukdikatakan sebagai cantik menurut ukuran umum? mereka,wanita tadi adalah para muslimah yang melaksanakanketaatan, mereka adalah wanita shalihah, menjagakehormatan diri, bahkan mereka aktif terlibat dalamkegiatan dakwah dan sosial.

Menurut anda, siapakahyang harus menikahi mereka? Ah, mengapa pertanyaannya “harus” ? Dan mengapapertanyaan ini hanya dibebankan kepada seseorang ?kita bisa saja mengabaikan dan melupakan realitas ini.Jodoh ditangan Allah, kita tidak memiliki hakmenentukan segala sesuatu, biarlah Allah memberikankeputusan agungNya. Bukan, bukan dalam konteks itusaya berbicara. Kita memang bisa melupakan mereka, dantidak peduli dengan orang lain, tapi bukankah Islamtidak menghendaki kita berperilaku demikian? Kendatipun nabi saw menganjurkan Jabir agarberisteri gadis, kita juga mengetahui bahwa hampirseluruh isteri Rasulullah adalah janda.

Kendatipun nabi saw. menyatakan agar Jabir beristerigadis, pada kenytaannya Jabir telah menikahi janda. Demikian pula permintaan mahar Ummu Sulaim terhadaplaki-laki yang datang melamarnya, Abu Thalhah. Maharkeislaman Abu Thalhah menyebabkan Ummu Sulaim menerimapinangannya. Inilah pilihan dakwah. Inilah pernikahanbarakah, membawa maslahat bagi dakwah. Sebagaimana pula pikiran yang terbersit di benakSa’ad bin Rabi saat ia menerima saudaranya seiman,Abdurahman bin Auf. “Saya memiliki dua isterisedangkan engkau tidak memiliki isteri. Pilihlahseorang diantara mereka yang engkau suka, sebutkanmana yang engkau pilih, akan saya ceraikan dia untukengkau nikahi.

Kalau iddahnya sudah selesai makanikahilah dia” (riwayat Bukhari) Ia tidak memiliki maksud apapun kecuali memikirkankondisi saudaranya seiman yang belum memiliki istri.Keinginan berbuat baiknya itulah yang sampaimemunculkan ide aneh tersebut. Akan tetapi sebagaimanakita ketahui, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran itu,dan ia sebagai orang baru di Madinah hanya inginditunjukkan jalan ke pasar. Ini hanya satu contoh saja, bahwa dalam kontekspernikahan, hendaknya dikaitkan dengan proyek besardakwah Islam.

Jika kecantikan gadis harapan andabernilai 100 poin, tidakkah anda bersedia menurunkan20 atau 30 poin untuk bisa mendapatkan kebaikan darisegi yang lain? ketika pilihan itu membawa maslahatbagi dakwah, mengapa tidak ditempuh? Jika gadisharapan anda berusia 20 tahun, tidakkan anda bersediasedikit memberikan toleransi dengan masalahat kepadawanita yang lebih mendesak untuk segera menikahdisebabkan desakan usia? Jika anda adalah wanita mudausia, dan ditanya ? dalam konteks pernikahan ? olehseorang lelaki yang sesuai kriteria harapan anda,mampukah anda mengatakan kepada dia, “saya memangtelah siap menikah, akan tetapi si B sahabat saya,lebih mendesak untuk segera menikah”.

Atau kita telah sepakat untuk tidak mau melihatrealitas itu, karena bukanlah tanggung jawab kita ?Ini urusan masing-masing. Keberuntungan dankeidakberuntungan adalah soal takdir yang tidak beradadi tangan kita. Masya Allah, seribu dalil bisa kitagunakan untuk mengabsahkan pikiran individualistikkita. Akan tetapi hendaknya kita ingat pesan kenabianberikut: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam cinta, kasihsayang dan kelembutan hati mereka adalah seperti satutubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit,terasakanlah sakit tersebut di seluruh tubuh hinggatidak bisa tidur dan panas” (Riwayat Bukhari danMuslim) Bisa jadi kebahagiaan pernikahan kita telahmenyakitkan dan mengiris-ngiris hati beberapa oranglain. Setiap saat mereka mendapatkan undanganpernikahan, harus membaca, dan menghadiri denganperasaan yang sedih, karena jodoh tak kunjung datang,sementara usia terus bertambah, dan kepercayaan dirisemakin berkurang. Disinilah perlunya kita berfikir tentangkemaslahatan dakwah dalam proses pernikahan muslim.


Sumber : Buku “Di Jalan Dakwah Aku Menikah“.Oleh : Cahyadi Takariawan.