Kamis, Agustus 28, 2008

Pluralisme Agama dan Gerakan Freemason

Istilah pluralisme agama tak hanya terjadi belakangan saja, istilah itu sudah pernah dikampanyekan gerakan freemanson dan theosofi dengan doktrin “Semper, ubique et ab omnibusâ�.
Oleh:
Adnin Armas, MA *)

Paham yang mengatakan pada inti semua agama adalah sama tidak terlepas dari pengaruh Freemason. Gerakan ini bermula ketika pengikut Freemason membentuk gerakan The Theosophical Society. Dalam perkembangannya, The Theosophical Society ikut menyumbang bagi terwujudnya hikmah abadi (sophia perennis). Pemikiran para tokoh Sophia Perennis seperti Rene GuÃnon dan Frithjof Schuon tidak terlepas dari ajaran dalam Freemason.

Freemason dan Teosofi

Freemason menurut Encyclopaedia of Religion and Ethics (New York), adalah sistem moral khusus, ditutupi dengan kiasan serta diilustrasikan dengan simbol-simbol. Para sejarawan dari kalangan Freemason berpendapat paling tidak terdapat 3 teori yang menjelaskan sebab-musabab munculnya Freemason.

Pertama, Freemason muncul sangat lama sekali seiring dengan klaim ritual Freemason itu sendiri, yaitu ketika Raja Salomo mendirikan Bait Suci dan Freemason sampi kepada kita sehingga kini sekalipun mekanismenya tidak diketahui.

Kedua, Freemason adalah hasil dari karya para pembuat bangunan pada zaman pertengahan. Ketiga, ritual Freemason berasal dari Laskar Kristus yang menjaga Bait Suci Salomo (King Solomon’s
Temple) atau dikenal juga sebagai Ksatria Bait Suci (Knight Templar). (baca Christopher Knight & Robert Lomas, The Hiram Key: Pharaohs, Freemasons and the Discovery of the Secret Scrolls of Jesus).



Freemason telah tersebar di benua Eropa. Salah satu fakta awal yang tertulis menunjukkan bahwa cabang Freemason telah ada di Inggris pada tahun 1641.

Robert Moray, salah seorang keluarga raja (Royal family), telah masuk menjadi anggota Freemason di Edinburgh pada tanggal 20 Mei 1641.


Selain itu, Elias Ashmole, masih dalam lingkungan keluarga Raja Inggris, menulis dalam buku diarinya bahwa ia telah menjadi anggota Freemason di Lancashsire, pada tanggal 16 Oktober 1646. (Francis A. Yates, The Rosicrucian Enlightenment).

Babak baru perkembangan Freemason adalah pada tanggal 24 Juni 1717. Sebabnya, pada tanggal tersebut Freemason telah menjadi organisasi Nasional dengan didirikannya Grand Lodge of England, yang merupakan gabungan dari 4 cabang Freemason.
Para pengikut Freemason dalam Grand Lodge of England akan mengikuti agama yang semua manusia setuju… yaitu, menjadi Manusia yang Baik dan Benar (Religion is which all men agree… that is, to be Good Men and True).



Dengan terbentuknya Grand Lodge of England, gerakan Freemason semakin merebak sehingga berkembang melintasi benua Eropa sehingga ke benua Amerika.

George Washington, yang menjadi President pertama Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1789 adalah seorang anggota Freemason. Selain itu, para penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tanggal 4 Juli 1778 oleh William Hoper, Benjamin Franklin, Matthew Thornton, William Whipple, John Hancock, Phillip Livinston dan Thomas Nelson, kesemua mereka adalah pengikut Freemason.


Semua Agama Sama

Setelah mengurai sejarah Freemason dengan sangat ringkas, ada baiknya kita melihat bagaimana pengikut Freemason ikut mempelopori terbentuknya paham yang menyamakan agama.


George Felt, seorang Freemason Yahudi, pada tanggal 7 September 1875 memberikan kuliah tentang “The Lost Canon of Proportion of the Egyptians,â€
di apartment Helena Petrovena Blavatsky (1831-1891), seorang aristokrat Rusia yang meninggalkan suami dan kemewahan harta karena merantau ke pegunungan Tibet selama bertahun-tahun.


George Felt memfokuskan materi kuliahnya kepada penafsiran mistis tehadap ajaran (tradisi) Mesir yang hilang. Salah seorang peserta yang mengikuti kulian tersebut, Henry Steel Olcott, seorang pengikut Freemason di New York, mengusulkan supaya semua peserta (berjumlah 17 orang) yang telah mengiktui kuliah George Felt agar membentuk sebuah kelompok yang akan meneliti lebih mendalam lagi mengenai tradisi kuno.


Blavatsky, guru Olcott menyetujui proposal tersebut. Sotheran, seorang Freemason, mengusulkan nama The Theosophical Society (Masyarakat Teosofis) bagi kelompok tersebut.


Akhirnya, pada tanggal
17 November, 1875 diadakan pertemuan dengan 18 orang (termasuk George Felt) dan pada tanggal itu ditetapkan sebagai awal berdirinya The Theosophical Society.

Dalam pidatonya peresmiannya, kolonel Henry Steel Olcott (1832-1907), berharap kelompok tersebut akan membuat penelitian dalam perbandingan agama dan juga untuk menemukan “ancient wisdom,†khususnya dalam sumber sumber primer dari semua agama, buku-buku Hermes dan Veda (primeval source of all religions, the books of Hermes and the Vedas), dengan perkataan lain dalam Filsafat Abadi.


Setelah kematian Olcott pada tahun 1907, posisi ketua dipegang oleh Annie Wood Besant (1847-1933). Besant, berasal dari Inggris, masuk menjadi anggota Theosophical Society pada tahun 1889 dan menjadi ketua gerakan tersebut dari tahun 1907 sampai akhir hidupnya (1933).


Menurut Besant, teosofi ataupun agama universal (universal religion) dibangun atas 2 fondasi, yaitu Tuhan sebagai immanent sekaligus transendent dan solidaritas atau persaudaraan semua manusia.


Sebuah doktrin keagamaan akan diuji dengan prinsip "Semper, ubique et ab omnibus" (Selalu, dimana saja dan dari semua). Besant juga merumuskan ajaran teosofis sebagai berikut: (1) the unity of God (kesatuan Tuhan). Ajaran mendasar dari teosofi sebagaimana semua agama adalah kebenaran agama universal. (2) The Trinity of the manifested God (Inkarnasi Tuhan dalam Trinitas) Tuhan termanifestasikan sebagi Logos. (3) The hierarchy of beings (tingkatan wujud). (4) Universal brotherhood (persaudaraan universal), yang berbeda dengan konsep ‘kesetaraan’ (equality) ataupun ‘demokrasi’ (democracy).

Besant juga menyatakan tujuan masyarakat Teosofis adalah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa agama-agama adalah ungkapan dari hikmah ilahi yang lahir dan berasal dari zat yang satu. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan dalam manifestasi lahiriah dan bentuk bukanlah inti dari ajaran agama. Semua agama memiliki keaslian dan kebenaran karena berasal dari zat yang satu.


Ringkasnya, sejak dibentuk oleh 18 orang anggota di
New York, The Theosophical Society telah berkembang menjadi organisasi internasional.

Pada tahun 1879, markasnya dipindahkan ke Bombay, India. Tiga tahun setelah itu (1882), markasnya sekali lagi dipindahkan ke Adyar, pinggiran Madras. Akhir abad 19, The Theosophical Society telah memiliki 500 cabang dalam 40 Negara di Asia dan Barat, termasuk cabang yang ada di Perancis, yand diikuti oleh Gérard Encausse (m. 1916) pada tahun 1887.5.

Tertarik dengan gagasan Olcott dan Blavatsky, Gérard Encausse, seorang Freemason mendirikan cabang The Theosophical Society di Perancis. Nama samarannya dikenal sebagai Papus.

Ia mendirikan Free School of Hermetic Sciences, sebuah sekolah yang mengkaji tentang mistis. Encausse menghidupkan kembali ajaran Martinist Order. Nama lengkap De Saint-Martin adalah Louis-Claude de Saint-Martin, seorang Freemason dan bekas pegawai tentara yang punya ketertarikan dengan mistis dan Hermes.

Sebagaimana dalam buku Against the Modern World: Traditionalism and the Secret Intellectual History of the Twetieth Century (OOxford: Oxford University Press, 2004), Martin meyakin, “Semua tradisi bumi harus dilihat sebagai berasal dari tradisi-ibu yang fundamental bahwa, dari awal, telah dipercayakan kepada laki-laki yang berdosa dan kepada keturunannya yang pertama.

(All the traditions of the earth must be seen as deriving from a fundamental mother-tradition that, from the beginning, was entrusted to sinful man and to his offspring).

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Count Joseph de Maistre, juga seorang Freemason dan teman dekat Saint-Martin bahwam “Agama yang benar lahir pada hari ketika [semua] hari dilahirkan…, Konsep yang kabur [mengenai orang-orang kuno] tidak lain disebabkan banyaknya dari sedikit kelemahan dari tradisi primitive yang tinggal. (The True religion…was born on the day that [all] days were born…, The vague conceptions [of the ancients] were no more than the more of less feeble remains of the primitive tradition).


Pada tahun 1906, Rene Guénon (1886-1951), yang kelak menjadi pelopor Filsafat Abadi, masuk ke sekolahnya Encausse. Disana, Guénon bukan saja mulai mengenali kajian mistis (occult studies), namun juga berkenalan dengan sejumlah tokoh Freemason, teosofi dan berbagai gerakan spiritual yang lain.

Guénon aktif menggelar berbagai kongres, seminar, diskusi dan aktifitas tentang mistis dan Freemason di Perancis. Ringkasnya, Freemason merupakan ketertarikan Guénon yang paling besar sepanjang hidupnya (it remained of Guénon’s great interests throughout his life).

Bagi Guénon, Freemason adalah wadah dari luasnya hikmah tradisional, kaya khususnya dalam simbolisme dan ritual. Guénon juga yakin bahwa Freemason adalah cara untuk menjaga banyak aspek dari Kristen yang telah hilang dan terabaikan.

Guénon (m.1951) menghidupkan kembali nilai-nilai, hikmah, kebenaran abadi yang ada pada Tradisi dan agama. Guénon (m. 1951), menyebutnya sebagai Primordial Tradition (Tradisi Primordial). Guénon, yang awalnya Katolik, selanjutnya “memeluk†Islam pada tahun 1912. (nama Islamnya Abdul Wahid Yahya).

Bagaimanapun, selama kehidupannya di Perancis, Guénon tidak dikenal telah mempraktekkan ritual Islam.

Guénon berpendapat bahwa ilmu yang utama sebenarnya adalah ilmu tentang spiritual. Ilmu yang lain harus dicapai juga, namun ia hanya akan bermakna dan bermanfaat jika dikaitkan dengan ilmu spiritual.

Menurut Guénon, substansi dari ilmu spiritual bersumber dari supranatural dan transendent. Ilmu tersebut adalah universal. Oleh sebab itu, ilmu tersebut tidak dibatasi oleh suatu kelompok agama tertentu. Ia adalah milik bersama semua Tradisi Primordial (Primordial Tradition).

Perbedaan teknis yang terjadi merupakan jalan dan cara yang berbeda untuk merealisasikan Kebenaran. Perbedaan tersebut sah-sah saja karena setiap agama memiliki kontribusinya yang unik untuk memahami Realitas Akhir.

Pengalaman spiritual Rene Guénon (m.1951) dalam gerakan teosofi dan Freemason mendorongnya untuk menyimpulkan bahwa semua agama memiliki kebenaran dan bersatu pada pada level Kebenaran. Salah seorang tokoh penerus pemikiran Guénon adalah Frithjof Schuon (1907-1998).

Sejak berusia 16 tahun, ia telah membaca karya Guénon, Orient et Occident. Kagum dengan pemikiran Guénon, Schuon saling berkirim surat dengan Guénon selama 20 tahun.

Setelah berkorespodensi sekian lama, akhirnya, untuk pertama kalinya Schuon bertemu dengan Guénon di Mesir pada tahun 1938.

Schuon “memeluk†Islam dan dikenal sebagai Isa Nuruddin Ahmad al-Shadhili al-Darquwi al-Alawi al-Maryami. Ia adalah seorang tokoh terkemuka dalam religio perennis (Agama Abadi).

Ia menegaskan prinsip-prinsip metafisika tradisional, mengeksplorasi dimensi-dimensi esoteris agama, menembus bentuk-bentuk mitologis dan agama serta mengkritik modernitas.

Ia mengangkat perbedaan antara dimensi-dimensi tradisi agama eksoteris dan esoteris sekaligus menyingkap titik temu metafisik antar semua agama-agama ortodoks. Ia mengungkap Satu-satunya Realitas Akhir, Yang Mutlak, Yang Tidak Terbatas dan Maha Sempurna. Ia menyeru supaya manusia dekat kepada-Nya.

Dalam pandangan Schuon, sekalipun dogma, hukum, moral, ritual agama adalah berbeda, namun nun jauh di kedalaman masing-masing agama, ada ‘a common ground’. Ia berpendapat agama-agama mengandung dimensi eksoterik dan esoterik.

Kedua dimensi ini yang inheren dalam agama berasal dari dan diketahui melalui Intelek (Intellect). Menurut Schuon, secara psikologis, ego manusia terkait dengan badan (body), otak (brain) dan hati (heart). Jika badan diasosiasikan dengan eksistensi fisik, otak dengan fikiran (mind), maka hati (heart) dengan Intelek.

Jika dikaitkan dengan realitas, maka Intelek dapat diasosiasikan dengan Esensi Tuhan (Yang Satu) dan langit (alam yang menjadi model dasar) sedangkan fikiran dan badan meliputi dunia fisik, terrestrial. Intelek sangat penting karena otak dan badan di bawah kendali, dan berasal dari Intelek.

Intelek adalah pusat manusia (the centre of human being), yang bersemayam di dalam hati. Kualifikasi intelektual harus didampingi dengan kualifikasi moral. Jika tidak, maka secara spiritual, Intelek tidak akan berfungsi. Hubungan antara ‘intelektualitas’ dan ‘spiritualitas’ adalah bagaikan hubungan antara pusat dan pinggiran. Intelektualitas menjadi spiritualitas ketika manusia sepenuhnya, bukan Intelektualitasnya saja, hidup di dalam kebenaran.


Intelek lebih tinggi dari rasio karena jika rasio itu menyimpulkan sesuatu berdasarkan kepada data, maka mental berfungsi karena eksistensi intelek. Rasio hanyalah media untuk menunjukkan jalan kepada orang buta, bukan untuk melihat. Sedangkan Intelek, dengan bantuan rasio, terungkap dengan sendirinya secara pasti. Selain itu, Intelek dapat menggunakan rasio untuk mendukung aktualisasinya.

Di dunia fisik, Intelek terbagi menjadi fikiran (mind) dan badan (body). Namun, hanya di dunia fisik Intelek terbagi. Di alam langit yang menjadi model dasar, atau di dalam Ide Plato, fikiran dan badan merupakan makna yang tidak dibedakan: Fikiran adalah eksistensi dan eksistensi adalah fikiran.

Manusia memahami kebenaran melalui intuisi. Sebagai sebuah daya, Intelek adalah dasar bagi intuisi. Intuisi intelek membedakan antara yang ril dan ilusi, antara wujud yang wajib dan wujud yang mungkin. Implikasinya, ada realitas transenden diluar dunia bentuk.

Dengan Intelek, manusia mengetahui bahwa Realitas dapat dibagi menjadi dua, Absolut dan relatif, Ril dan ilusi, Yang Harus dan mungkin, yang esoteris dan eksoteris. Menurut Schuon, agama-agama bertemu pada level yang esoteris, bukan eksoteris. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai esoteris dan eksoteris dalam pemikiran Schuon.

Eksoterisme dan Esoterisme.

Menurut Schuon, eksoteris adalah aspek eksternal, formal, hukum, dogmatis, ritual, etika dan moral sebuah agama. Eksoteris berada sepenuhnya di dalam Maya, kosmos yang tercipta. Dalam pandangan eksoteris, Tuhan dipersepsikan sebagai Pencipta dan Pembuat Hukum bukan Tuhan sebagai Esensi karena eksoterisme berada di dalam Maya, yang relatif dalam hubungannya dengan Atma. Pandangan eksoteris bermakna pandangan yang eksklusif, absolut dan total, sekalipun dari sudut pandang intelek adalah relatif.

Menurut Schuon, pandangan eksoteris, bukan saja benar dan sah bahkan juga keharusan mutlak bagi keselamatan (salvation) individu. Bagaimanapun, kebenaran eksoteris adalah relatif. Inti dari eksoteris adalah ‘kepercayaan’ kepada “hurufâ€,--sebuah dogma esklusifistik (formalistik)--dan kepatuhan terhadap hukum ritual dan moral. Selain itu, eksoterisme tidak pernah akan melampaui individu. Eksoterisme bukan muncul dari esoterisme, namun muncul dari Tuhan.

Schuon menyadari jika masing-masing “form†agama meyakini bahwa sesuatu “form†itu lebih hebat dibanding dengan “form†yang lain. Pemikiran seperti itu, lanjut Schuon, sangat wajar. Perpindahan agama terjadi justru karena adanya superioritas sebuah “form†terhadap yang lain. Bagaimanapun, superioritas tersebut sebenarnya relatif.

Menurut Schuon, Islam misalnya, lebih baik dari Hindu karena memuat bentuk terakhir dari Sanatana Dharma. Schuon mengatakan.: “…Sama halnya, bahwa Agama Hindu adalah form yang paling tua yang masih hidup mengimplikasikan bahwa agama tersebut memiliki superioritas tertentu atau sentralitas dibanding dengan bentuk yang terakhir (Islam)â€.

Esoteris adalah aspek metafisis dan dimensi internal agama. Tanpa esoterisme, agama akan teredusir menjadi sekedar aspek-aspek eksternal dan dogmatis-formalistik. Esoterisme dan eksoterisme saling melengkapi. Esoteris bagaikan “hati†dan eksoteris bagaikan ‘badan’agama. Menurut Schuon, titik-temu agama bukan berada pada level eksoteris. Sekalipun agama hidup di dalam dunia bentuk (a world of forms), namun ia bersumber dari Esensi yang Tak Berbentuk (the formless Essence). Agama memiliki dimensi esoteris yang berada di atas dimensi eksoteris. Titik temu antar agama hanya ada pada level esoteris.

Melalui esoterisme, manusia akan menemukan dirinya yang benar. Pandangan esoteris akan menolak ego manusia dan mengganti ego tersebut menjadi ego yang diwarnai dengan nilai-nilai ketuhanan. Esoterisme menembus simbol-simbol eksoterisme. Sekalipun terkait secara inheren kepada eksoterisme, esoterisme independen dari aspek eksternal, bentuk, formal agama. Independensi tersebut karena esensi dari esoterisme adalah kebenaran total. Kebenaran yang tidak terbatas dan tidak teredusir kepada eksoterisme, yang memiliki keterbatasan.

Pemaparan ringkas diatas menunjukkan gagasan Guenon dan Schuon yang memformulasi kesamaan agama dalam level esoteris adalah hasil interaksi mereka dengan para tokoh Freemason dan Teosof. Gagasan pada intinya semua agama sama disebarkan pada awalnya oleh para pengikut Freemason, yang ingin merelevansikan ajaran-ajaran Yahudi, mistis, dan “hikmah kuno†(ancient wisdom) ke zaman modern.

Penulis adalah sedang menyelesaikan program doktor bidang pemikiran Islam di ISTAC, Malaysia

Selasa, Agustus 26, 2008

Arah Strategis NATO Adalah Untuk Mencegah Kembalinya Khilafah

Arah strategis NATO secara perlahan-lahan sedang disesuaikan sehingga organisasi itu dapat menjadi organisasi politik dan militer yang utama di dunia dengan kemampuan untuk melakukan intervensi, serangan militer pendahuluan dan sebagai badan pembuat keputusan atas isu-isu global. Masalah ini harus dilihat pada konteks kampanye ideologi Barat yang sedang dilakukan pada saat ini melawan Islam politik Islam khususnya dan merupakan sebuah ancaman yang nyata bagi kaum muslimin dan masa depan Khilafah.
Latar belakang,
Pada tahun-tahun belakangan ini, kita melihat NATO, Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, sedang berusaha melakukan perubahan-perubahan yang fundamental yang muncul setelah Perang Dunia Dua dan di awal munculnya Perang Dingin Barat dengan Rusia. NATO, yang dipimpin oleh Amerika, telah diakui terdiri dari 26 negara dan 20 partner kerja sama yang telah tersebar dan ikut serta dalam peperangan-peperangan yang terjadi di Eropa, Afrika dan Asia.
Pembicaraan ini kemudian berlanjut, dan terfokus pada pertemuan tingkat tinggi di Bucharest pada bulan April 2008, dan terkonsentrasi pada masalah-masalah saat ini yang terjadi pada NATO dan kesulitan-kesulitan dengan penyebaran tentaranya di Afghanistan dan meningkatnya perlawanan pada pendudukan asing. Secara khusus pembicaraan ini terpusat pada detil-detil dari pembagian beban yang lebih merata diantara Negara-negara yang terlibat dan pada tingkat dimana Negara-negara anggota NATO-ISAF berkomitmen untuk mengirimkan tentara dan diwilayah bagian mana tentara-tentara itu akan ditempatkan di Afghanistan. Negara-negara lain telah terfokus pada ekspansi NATO ke wilayah timur sejak tahun 1990an dimana banyak dari bekas Negara-negara Blok Timur kemudian berada dalam naungan NATO; yakni sejauh mana ekspansi ke timur NATO bisa berlanjut; bagaimana melibatkan Negara-negara bekas Soviet seperti Georgia dan Ukraine. Sejauh ini isu yang paling menekan bagi para anggota NATO adalah pada bagaimana mengatasi ketakutan Rusia bahwa ekspansi NATO ke Timur dan penerimaan kehadiran rudal-rudal di Eropa Timur dapat merupakan ancaman bagi pengaruh Rusia.

Langkah strategis,
Namun, apa yang seringkali terlupakan oleh elemen-elemen media [dan apa yang seharusnya adalah hal yang paling penting untuk disadari oleh kaum Muslim] adalah bahwa pembicaraan dan pembicaraan ini telah terjadi selama beberapa tahun mengenai langkah strategis NATO yakni, apakah yang menjadi tujuannya di abad 21, apakah NATO adalah sebuah lembaga regional atau global, apakah perannya, dan secara esensi adalah apakah NATO itu. Sebelum saya membahas isu-isu ini, maka adalah penting untuk menyebutkan konteks sejarah dan bagaimana NATO telah berkembang khususnya selama beberapa tahun yang lalu.

NATO terbentuk setelah Perang Dunia II sebagai sebuah kesepakatan pertahanan Eropa karena ketakutan akan merajalelanya kekuatan Uni Soviet dan Negara Pakta Warsawa. Pada dasarnya, NATO adalah sebuah aliansi militer regional yang mencari dukungan solidaritas diantara para anggotanya jika seandainya terjadi serangan militer ke Negara anggotanya. Negara-negara Eropa Barat mendapatkan kepastian dari perlindungan militer dari Amerika yang memiliki superioritas militer jika terjadi invasi Soviet; sebagai imbalannya maka Amerika diberikan wewenang untuk mendominasi NATO dan menentukan arahnya.

Setelah keruntuhan Uni Soviet dan Komunisme di awal tahun 1990an, banyak komentator yang memperdebatkan peran dan masa depan NATO; bagaimana organisasi itu membuktikan relevansinya dan dimana alasan pembenaran atas eksistensinya, padahal komunisme telah dikalahkan. Selama tahun 1990an relevansi NATO tampak terus dipertanyakan oleh adanya pengaruh dari dua kekuatan Eropa yang baru - yakni Perancis dan Jerman – untuk membentuk pakta keamanan dan pertahanan bersama di luar NATO dan pendekatan pada kemandirian Eropa dengan organisasi-organisasi yang paralel dengannya seperti tentara Eropa.
Kemunculan kembali NATOKonflik di Balkan di akhir tahun 1990an yang menentang agresi Serbia pada minoritas Kosovo, memberikan NATO nafas baru dimana angkatan udara NATO –yang terutama terdiri dari angkatan udara AS dan Inggris, untuk pertama kalinya melakukan pemboman pada suatu wilayah di Serbia selama 7 minggu untuk memastikan penarikan mundur Negara itu dari wilayah Kosovo. Ini adalah suatu perkembangan yang penting karena untuk pertama kalinya angkatan udara NATO dipergunakan dalam sebuah pemboman aktif sejak lahirnya organisasi itu.

Setelah Peristiwa 11 September, contoh-contoh real yang menunjukkan berubahnya arah strategis NATO diawali oleh pemerintah Amerika. Amerika dengan suskesnya memanipulasi opini publik dunia di awal-awal hari peristiwa itu dan mengikat NATO untuk ikut serta memberikan perlindungan bagi Negara itu setelah terjadinya serangan, dengan dua cara:
Pertama, para anggota NATO didorong oleh Pasal 5 konstitusi yang menyebukan bahwa serangan pada salah satu anggota NATO adalah serangan pada semua anggotanya dan bahwa Negara-negara anggotanya memiliki kewajiban untuk peduli dan membantu sebuah Negara sekutu yang telah diserang. Dengan demikian dilancarkanlah perang atas Afghanistan.

Kedua, Amerika menciptakan situasi yang memandang aliansi NATO bukan sebagai sebuah tindakan temporer atau kelompok ad-hoc yang merespon krisis-krisis tertentu tapi sebagai sebuah kelompok permanen yang siap berperang secara berkelanjutan. Mantan Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, terkenal dengan ucapannya pada saat itu; “misi ini menegaskan adanya koalisi “ yakni konflik dan krisis akan selalu tampak yang memerlukan penyelesaian- dan hanya keterlibatan personil yang akan merubahnya.

Paska 11/9 – Sebuah Peran Maju yang baru bagi NATO,
Sebagai akibat dari peristiwa itu adalah dikerahkannya pasukan NATO di Afghanistan selama 7 tahun terakhir dengan keikut sertaan 26 negara berikut peralatan tempurnya. Pertemuan Puncak NATO di Prague tahun 2002 membuka jalan bagi demikian banyaknya perubahan-perubahan. Pada pertemuan itu antara lain dibicarakan tentang pasukan gerak cepat yang dimpimpin NATO, ditingkatkannya kemampuan militer, keamanan dan pengamatan dan terfokus pada senjata pemusnah massal (WMD), yang dipakai sebagai awal invasi ke Irak pada tahun 2003.

Pada pertemuan puncak NATO tahun 2004 di Istanbul, para anggota NATO berkomitmen untuk mendapatkan partner kerja sama yang menjangkau Timur Tengah sebagai sebuah cara untuk memperluas pengaruh NATO. Dalam sebuah pidato tahun 2003, duta besar Amerika untuk NATO, Nicholas Burns merefleksikan perubahan ini dari pemikiran NATO sebagai organisasi yang awalnya adalah untuk keamanan Eropa menjadi organisasi yang menjangkau luar Eropa hingga Negara-negara tetangganya. Dia mengatakan, bahwa NATO perlu untuk memperluas dari fokus ke dalam Eropa – yang memang diperlukan dan pantas dilakukan selama masa Perang Dingin – hingga fokus ke luar Eropa dalam sebuah garis bujur dari Negara-negara dimana ancaman masa kini berasal – di Asia Tengah dan Asia Selatan, dan di Timur Tengah “…..Dia melanjutkan paparannya dengan mengatakan, bahwa Mandat NATO masih merupakan tindakan untuk mempertahankan Eropa dan Amerika Utara. Tapi kita tidak percaya bahwa kita mampu melakukan itu dengan hanya diam di Eropa Barat, atau di Eropa Tengah, atau Amerika Utara. Kita harus mengerahkan perhatian konseptual kita dan kekuatan militer kita ke arah timur dan selatan. Kita percaya masa depan NATO adalah timur dan selatan. Masa depan itu ada pada Timur Tengah Raya “[Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Dubes Amerika untuk, R. Nicholas Burns] Pada periode tahun 2003/04 NATO mengambil alih kontrol gabungan atas ISAF [Bantuan Keamanan Militer Internasional - International Security Assistant Forces] di Afghanistan dari mandat yang sebelumnya dimiliki oleh PBB, hal ini adalah hal yang penting mengingat para anggota PBB hingga pada tahap itu tidak berkeinginan untuk melawan struktur komando NATO.

NATO mempercepat ‘program perdamaian untuk kemitraan’ dengan membentuk aliansi dengan Negara-negara Timur Tengah dan untuk pertama kalinya, bersama Negara-negara Asia Tengah dan Kukasus, merefleksikan hal penting dan strategisnya sumber daya minyak dan gas. Selama periode AS juga merintangi penentangan Eropa atas meningkatnya hegemoni Negara itu di dalam NATO dengan menekankan jurang pemisah dalam hal pembelanjaan militer dan persenjataan canggih. Dengan melakukan hal itu, AS menekan Negara-negara Eropa untuk meningkatkan pembelanjaan pertahanan Negara mereka sendiri (tentu saja kepada perusahaan-perusahaan persenjataan AS) tapi juga melibatkan mereka dalam cara pandang Amerika dan secara keseluruhan pada Perang Atas Teror; yakni bahwa konflik dan krisis masa depan akan memerlukan teknologi canggih, bukan lagi persenjataan konvensional dan metode-metode peperangan baru. Bukti selanjutnya fakta bahwa Eropa mulai melihat kemampuan pertahanan masa depan dibawah bendera struktur NATO yang baru adalah keputusan pemerintah Perancis baru-baru ini untuk ikut serta lagi kedalam NATO setelah meninggalkannya selama bertahun-tahun.

Pada saat yang sama, setelah terpilihnya kembali Bush junior tahun 2004, AS mampu menahan kritik atas uniteralisme dengan membuat hubungan dengan Uni Eropa dan menekan penentangan Perancis dan Jerman khususnya pada struktur independent dan organisasi-organisasi paralel bagi NATO. Contohnya, NATO mampu melibatkan dirinya dalam misi-misi bersama dengan Uni Eropa dalam hubungannya dengan Afrika dan mengirimkan pasukan perdamaian untuk menyelesaikan konflik-konflik di sana. Terlebih lagi, latihan angkatan laut gabungan telah angkatan bersenjata NATO telah mulai dilakukan di India di akhir tahun 2007, Australia dan Asia-Pasifik dan menunjukkan luasnya aliansi yang ingin dijangkau dan potensi bagi rekonstruksi NATO yang berskala global.

Di Afrika, di akhir tahun 2006 militer AS menciptakan AFRICOM, sebuah struktur komando regional yang didisain untuk memberikan AS kehadiran yang berkelanjutan di benua itu. Komando itu dengan cepat menggandakan kemampuan militernya, AFRICOM dengan operasi-operasi NATO nya menawarkan bantuannya untuk memberikan jangkauan yang lebih besar. Komandan AFRICOM, Jendral William E Ward, sejak saat itu menekankan “perlunya koordinasi yang erat ” dengan NATO.

Memang, sejak bulan July 2005, NATO telah menyediakan transportasi udara bagi pasukan perdamaian di Darfur. Tujuan dari aliansi-aliansi regional ini adalah bahwa NATO dan pemain utama yakni AS, mampu meningkatkan kapasitasnya untuk menetralisir musuh-musuhnya dan mengamankan kepentingan-kepentingannya. Sekjen NATO Jaap de Scheffer mengatakan, “Keamanan laut, dengan memastikan jalur yang aman bagi pelayaran dan mendukung pendekatan internasional yang terkoordinir untuk melindungi pasokan energi adalah merupakan prioritas-prioritas penting bagi NATO.”

Dan NATO di Timur Tengah juga telah melakukan ekspansi dengan membentuk aliansi-aliansi dan kemitraan. Dialog Mediterania NATO, yang dimulai pada pertengahan tahun 1990an pada saat ini telah mencakup Aljazair, Mesir, Israel, Yordania, Mauritania, Maroko, dan Tunisia. Inisiatif Kerja sama Istanbul (Istanbul Cooperation Initiative) mengumumkan di tahun 2004 pada pertemuan puncak NATO bahwa NATO telah meningkatkan pengaruhnya dari wilayah Mediterania timur hingga ke wilayah Teluk Persia. Kehadiran NATO di Teluk Persia pada saat ini termasuk kemitraannya dengan Saudi Arabia dan Negara-negara Teluk seperti Bahrain, Kuwait, Oman, UAE dan Qatar. Bagi AS, buah dari perluasan hubungan NATO dengan Negara-negara lain dan campur aduknya kepentingan keamanan AS dengan NATO mulai terlihat dengan semakin sulitnya memisahkan respons AS dengan respons NATO. Bulan Juli 2008, Komandan Armada Keenam AS di Mediterania mengatakan untuk menjawab pertanyaan atas kemungkinan serangan Iran atas Israel “Hal ini menuntut perhatian kita segera atas perlunya respons dari AS ataupun NATO “.

Pendorong Bagi Berlanjutnya Perubahan,
Walaupun terjadi perubahan-perubahan atas NATO dari konsep awalnya hingga misi sebenarnya pada beberapa tahun yang lalu oleh para perencana Amerika, hal ini belumlah cukup; NATO sedang mencari perubahan lebih lanjut dikarenakan faktor-faktor berikut:
[1] Kesulitan-kesulitan operasional dan logistik di Afghanistan: Negara-negara Eropa lainnya [Jerman, Belanda, Kanada] telah malas untuk memberikan komitmennya atas pasukan, atau tidak akan mengizinkan pasukannya untuk dikerahkan di wilayah pertempuran dan hal ini mengakibatkan patahnya struktur komando dan konflik yang berkelanjutan diantara Negara-negara Barat.

Sekjen NATO menyoroti kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh perluasan NATO, Secara jelas, suatu aliansi atas 26 negara berdaulat berarti ada 26 budaya militer dan politik yang berbeda, dan ini juga berarti ada 26 perbedaan dalam realitas konstitusional. Kami perlu memperhitungkan hal-hal semacam itu, tapi kami tidak dapat menolak anggapan bahwa beberapa sekutu kami hanya memiliki tanggung jawab terbatas dan hanya pada wilayah tertentu.
[1] Afghanistan adalah sebuah negara. Negara itu adalah sebuah wilayah strategis bagi NATO. Kami perlu sebuah strategi NATO,”[Jaap de Hoop Scheffer, Sekjen NATO, 29 Februari, 2008]
[2] Kredibilitas PBB: kegagalan pada perang Irak dan kegagalan resolusi nomor 2 bersama dengan opini public dunia yang negatif telah amat merusak image PBB di mata orang banyak. Terlebih lagi, diperlukannya kesemua 5 veto Negara anggota tetap Dewan Keamanan sebenarnya menghalangi AS untuk mencapai tujuan-tujuan politik luar negerinya.
[3] Terlalu banyaknya birokrasi didalam banyak institusi-institusi semacam ini seperti tercapainya voting dengan suara bulat yang diperlukan untuk segala sesuatu telah menjadi kenyataan.
[4] Kegagalan yang menghinakan dari Barat pada perang-perang di Irak/Afghanistan dalam meraih dukungan masyarakat dari Dunia Islam
[5] Bangkitnya Islam dan tantangan-tantangan masa depan dari aktor-aktor non-negara
Visi Baru Bagi NATO.

Dengan memperhitungkan hal-hal di atas, perubahan-perubahan radikal ditekan oleh para pejabat AS dan mereka yang terkait dengan struktur komando NATO yang akan secarfa fundamental meluruskan kembali NATO dan ini berarti bahwa bisa menjadi daya perubahan politik dan militer yang utama. Jika perubahan-perubahan ini terjadi, dalam beberapa tahun kedepan NATO akan memiliki suatu:

Jangkauan global dengan tidak ada batasan di dunia ini Bereaksi dengan segera dan cepat atas ancaman-ancaman dan lawan-lawannya Badan kunci untuk pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik Terlebih lagi, AS pada saat ini melihat kepentingan pertahanan dan keamanan yang terjalin dengan perannya di dalam NATO dan aliansi dan kemitraan NATO yang lebih luas. Dalam Quadrennial review tahun 2006, sebuah review empat tahunan yang dibuat oleh departemen pertahanan AS, dibicarakan soal perang yang panjang (perang ideologi) dengan NATO yang mengambil beban untuk menyelesaikan permasalahan masa kini.

Visi AS bagi NATO secara jelas menggambarkan pendekatan dunia dengan NATO yang memiliki jangkauan global. Dubes AS untuk PBB, Victoria Nuland, telah menjadi instrument dalam membentuk kebijakan AS. Dalam the Financial Times, dia menulis bahwa NATO harus “menjangkau seluruh planet kita…di barisan utama dalam menghadapi konfrontasi abad ke 21 “ dan sebuah….“kekuatan militer yang bisa dikerahkan secara global” yang mampu beroperasi dimana saja dari Afrika hingga Timur Tengah dan di luar itu…“sekarang ia telah menjadi hewan yang sama sekali berbeda “[Victoria Nuland, Dubes AS untuk NATO, Financial Time, 24 January 2006]

Selain itu, para arsitek dari perubahan arah kebijakan NATO itu melihat Negara-negara NATO menjadi Negara-negara yang bertanggung jawab bagi penyelesaian konflik internasional, pasukan perdamaian dan memerangi terorisme. Nuland berkomentar soal isu yang mungkin memerlukan konfrontasi, dia mengatakan, dimanapun dan kapanpun konfrontasi itu mungkin terjadi, makaNATO haruslah menjadi tempat dimana kita bisa berbicara mengenai semua isu yang mempengaruhi masa depan kita – Timur Tengah, Irak, Korea Utara, China, Iran, hanya menyebutkan sedikit contoh ,”[Victoria Nuland, Pertemuan Puncak NATO di Riga 2006]
dan juga,“Ancaman bagi keamanan dan kesejahteraan dari Aliansi Atlantik dapat datang dari mana saja… NATO harus memiliki angkatan bersenjata yang dipersiapkan untuk menangkis dari manapun ancaman itu muncul.” [Wakil Menlu AS untuk Urusan Politik Marc Grossman, 11 November 2003 ]
Dalam contoh yang paling jelas atas tekanan yang dibawa atas masa depan NATO, sebuah dokumen yang tebalnya 150 halaman telah diterbitkan pada awal tahun ini, yang bersamaan dengan Pertemuan Puncak NATO di Bucharest, ditulis oleh dari lima jendral yang telah pensiun yang dipimpin oleh John Shalikashvalli komandan tertinggi Angkatan Bersenjata di Eropa di bawah Bill Clinton.
Dalam laporan itu, para jendral menganjurkan penelaahan ulang atas struktur pembuat keputusan NATO untuk memerangi meningkatnya fanatisme politik dan fundamentalisme agama dan mengakui ancaman masa depan yang datang dari “pusat ekonomi yakni India dan China dan Islam radikal”. Mereka mengajukan usualan bahwa
Negara-negara yang tidak berkomitmen untuk menyediakan pasukan tidak bisa terlibat dalam memberikan keputusan operasi
Negara-negara yang tidak berkomitmen untuk menyediakan pasukan harus berbagi beban kerja dengan para anggota NATO lainnya
NATO memiliki wewenang untuk menggelar kekuatan militer tanpa perlu resolusi Dewan Keamanan PBB
Mengakhiri veto-veto nasional pada keputusan-keputusan utama dan diganti dengan voting mayoritas [yang tentu saja menguntungkan AS karena banyak Negara anggota NATO seperti Polandia adalah Negara satelit AS]
Hak untuk menggelar serangan nuklir pendahuluan yang pertama jika diperlukan
NATO Berada pada Garda Depan Perang Ide
Di saat yang sama mulai dari dibentuknya kembali respon militer Barat hingga ancaman dan lawan-lawannya, melalui NATO, para arsitek arah NATO yang baru ini melihat adalah amat penting untuk terlibat dalam kampanye meraih dukungan dan simpati dari Dunia Islam. Para perencana NATO mengakui bahwa misinya di Afghanistan dengan alas an mengalahkan Taliban sebenarnya adalah sesuatu yang lebih besar daripada hanya sekedar hal itu. Dubes Nuland menyatakan,
“Misi Afghanistan adalah sebuah investasi pada kemanan kolektif kita…..Jika kita melakukannya dengan benar di Hindu Kush kita juga akan menjadi lebih kuat di kemudian hari kita terpanggil untuk mempertahankan keamanan dan nilai-nilai kita walaupun amat jauh dari negeri sendiri,”[Victoria Nuland, 1 Feb 2008]
Barat dan NATO dengan arogansi mereka juga berasumsi bahwa mereka mampu merubah dan merevisi pemikiran dan opini di Dunia Islam. Sekjen NATO sesumber dengan mengatakan,“Keterlibatan kita di Afghanistan adalah sebuah keterlibatan bagi sebuah Islam yang moderat” dan “Kita hanyalah memberikan Islam moderat kesempatan yang layak disandangnya…. dan komunitas internasional mendukung orang-orang yang melepaskan diri dari cengkraman kaum radikal dan dari cengkraman kaum ekstrimis.”[Jaap de Hoop Scheffer, 29 February, 2008]
Sebagian orang di belakang visi ekspansionis global NATO adalah bahwa para ideolog di Barat itu dapat menciptakan pendirian yang sama dan benteng masa depan melawan orang-orang yang memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda. Dalam hal ini, NATO telah memperluas kekuasaanya ke sebagian Asia, Pasifik, Eropa bagian Selatan dan diluar itu.
“Jika kita merunut garis antara Barat dan yang lainnya, kita dapati Israel ada di sisi yang sama dengan Eropa, AS, Jepang dan Australia. Kita mempertahankan nilai-nilai yang sama melawan musuh-musuh yang sama “[Mantan Perdana Menteri Spanyol, Jose Maria Aznar, Jerusalem, Oktober 2006]
Lebih khusus lagi, meningkatnya tuntutan bagi pendirian Khilafah di Dunia Islam telah memberikan pertanda akan terjadinya pendekatan yang lebih keras yang dilakukan oleh Barat ketika Barat kalah dalam peperangan itu. Bush junior mengatakan,
” Kita memerangi musuh-musuh kita di luar negeri dan tidak menunggu mereka untuk tiba di negeri kita. Kita mencari jalan untuk membentuk dunia, dan bukannya dibentuk oleh dunia; untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa untuk menjadi lebih baik daripada hanya menjadi belas kasihan mereka “[Presiden Bush, 16 Maret 2006, Washington Post]
Seperti juga dia menyatakan bahwa,
“Perubahan yang sebenarnya bagi masa depan adalah untuk membantu masyarakat yang moderat untuk mampu menghadapi ancaman-ancaman kaum radikal dan ekstrimis “[Presiden Bush, Oval Office, Oktober 2006 dalam pertemuan dengan Sekjen NATO Jendral de Hoop Scheffer]
Apa arti semua ini?
Barat, yang dipimpin oleh AS, sedang memobilisasi opini publik yang sebesar-besarnya untuk melawan Islam politik dan perlunya untuk melakukan intervensi, jika diperlukan, di Dunia Islam
Negara itu sedang mengembangkan sistim reaksi militer cepat melalui NATO yang dapat memberikan alasan untuk melakukan intervensi kapanpun dia mau dengan cepat dan mematikan dengan kekuatan yang amat besar
Dunia Islam harus menyadari bahwa gaya tarik situasi yang sedang dihadapi sendiri ini dan luasnya cakupan ancaman baik secara ideology maupun militer yang menumpuk
Untuk merespon sikap Barat yang agresif ini, Khilafah yang pernah berdiri itu perlu untuk mengambil tindakan-tindakan preventif untuk memerangi ambisi colonial Barat dan lembaga-lembaganya seperti NATO
Kaum Muslim di seluruh dunia dapat dan harus melanjutkan untuk mengungkap motif-motif kolonialis dan imperialistis NATO, Negara-negara yang membentuk bagian darinya, dan rencana-rencana masa depannya sambil mempertentangkannya dengan pandangan yang ditawarkan pada dunia oleh Khilafah dalam menyelesaikan permasalahan kemanusiaan. (Abu Asma, Khilafah.Com, Terjemahan: Riza Aulia)

Senin, Agustus 25, 2008

Makar Misionaris Dalam Menyesatkan Ummat

Para pembaca yang budiman, tentunya tidak diragukan lagi bahwa begitu banyak nikmat yang telah Alloh berikan kepada kita. Tatkala kita dilahirkan di dunia dengan tidak membawa apa-apa dan dalam keadaan lemah, Alloh memberikan kepada orang tua kita rasa kasih sayang sehingga merekapun tergerak hatinya untuk merawat kita sebaik-baiknya. Sungguh tidak bisa dibayangkan apabila Alloh mencabut rasa kasih sayang ini dari hati para orang tua. Ini diantara contoh kecil nikmat yang telah Alloh berikan kepada kita berupa perawatan sang ibu bapak sehingga kita dapat bertahan hidup dan tumbuh dewasa sampai seperti sekarang. Oleh karena itu Alloh berfirman yang artinya, “Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu…” (QS. Luqman: 16)

Dan kalau kita mau memperhatikan diri kita serta apa yang berada di sekitar kita, dapat kita ketahui betapa banyak nikmat yang telah Alloh berikan kepada para hamba-Nya sampai-sampai mereka tidak sanggup untuk menghitungnya sebagaimana firman Alloh yang artinya, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (QS. An-Nahl: 18)

Nikmat teragung yang Alloh berikan kepada para hambanya adalah berupa cahaya Islam yang memancar di hati para pemeluknya. Sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kita, hendaknya setiap aktivitas yang kita lakukan diniatkan dalam rangka beribadah kepada Alloh serta untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin sebagaimana firman Alloh yang artinya, “Katakanlah sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup, dan matiku hanya untuk Alloh Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).†(QS. Al-An’am: 162-163). Selama hayat masih dikandung badan, hendaklah nikmat yang agung berupa cahaya Islam ini senantiasa kita pertahankan sampai ajal menjemput kita. Alloh berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.” (QS. Al-Imron: 102). Badai ujian, musibah maupun bencana janganlah menggoyahkan aqidah kita, melunturkannya atau bahkan menghilangkannya. Na’udzubillah. Biarlah Gempa mengguncang Tanah Tumpah Darah kita, namun jangan sampai hal itu mengguncang aqidah keislaman kita… Begitu pula, biarlah Merapi mengeluarkan Wedhus Gembel serta apa yang dikandungnya, namun jangan sampai semua itu mengeluarkan keimanan dari hati kita.

Namun sudah menjadi ketetapan Alloh bahwa musuh-musuh Islam tidak akan tinggal diam melihat kaum muslimin senantiasa berjalan di atas agama yang lurus ini. Mereka akan selalu mencari kesempatan serta mengerahkan segenap daya dan kekuatannya untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Di antara kelompok yang paling getol didalam memalingkan kaum muslimin dari agamanya adalah orang-orang Nashroni yang menaruh dengki terhadap Islam. Maka merekapun melancarkan serangan kepada kaum muslimin lewat senjata rahasia yang dikenal dengan istilah “Kristenisasi.

Para pembaca yang budiman, mengingat begitu pentingnya masalah ini serta dampak mengerikan yang ditimbulkannya, maka pada edisi kali ini kami nukilkan sebuah fatwa dari Lajnah Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ fil Mamlakah Al-Arobiyyah As-Su’udiyyah (Komisi Tetap Urusan Pembahasan Ilmiyyah dan Pemberian Fatwa Kerajaan Saudi Arabia -kalau di negara kita semacam komisi fatwa MUI, pen-) tentang peringatan kepada kaum muslimin terhadap bahaya kristenisasi serta berbagai trik yang digunakannya untuk menipu umat manusia, khususnya kaum muslimin. Berikut petikan fatwanya (fatwa diterjemahkan dari fatwa Lajnah Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ nomor 20.096 tanggal 22/12/1418 H yang berjudul At-Tahdziir min Wasaa’ilit Tanshiir -pen):

***

Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam, sholawat serta salam semoga tercurah kepada nabi yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, sebagai penutup dari para nabi dan rosul, yaitu nabi dan rosul kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Sholawat serta salam semoga juga tercurah kepada keluarga dan sahabat beliau serta orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Setiap muslim yang telah Alloh terangi hatinya tentu tahu betapa kerasnya permusuhan orang-orang kafir baik dari yahudi, nashroni ataupun selain dari mereka terhadap kaum muslimin. Mereka menyatukan kekuatan untuk menghadapi kaum muslimin agar dapat memalingkan dan mengacaukan mereka dari agamanya yang haq yaitu Islam, agama yang Alloh turunkan kepada penutup para nabi dan rosul, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya orang-orang kafir memiliki berbagai macam cara dalam menghadapi Islam dan menyesatkan kaum muslimin, serta dalam menguasai dan merusak akal mereka. Tipu daya yang mereka buatpun dengan menggunakan cara yang bermacam-macam. Sungguh betapa giatnya dakwah mereka, betapa giatnya yayasan-yayasan serta gencarnya pengiriman para misionaris. Fitnah (teror) mereka sungguh amatlah besar pada zaman kita sekarang ini. Di antara cara dan dakwah mereka yang menyesatkan seperti dengan menyebarkan selebaran yang mengatasnamakan “Ma’had (Sekolah) Ahli Kitab di Negara Afrika Selatan”. Selebaran ini dikirimkan kepada orang per orang (individu), yayasan-yayasan serta organisasi-organisai melalui kotak-kotak pos di jazirah (negri) arab yang merupakan tanah kelahiran islam dan benteng pertahanan islam yang terakhir. Selebaran ini berisi program belajar via pos (program belajar jarak jauh-pen) dan kartu keanggotaan secara cuma-cuma. Isi dari program tersebut adalah pelajaran tentang kitab Taurot, Zabur dan Injil. Di bagian sampul selebaran, terdapat kutipan-kutipan dari ketiga kitab tersebut.

Merupakan salah satu bentuk kabar gembira yang disegerakan bagi kaum muslimin, adanya pengingkaran (dari sebagian kaum muslimin-pen) terhadap serangan yang tersusun rapi ini, serta adanya peringatan tentang bahaya dari jenis serangan ini dengan segala macam sarananya. Pada situasi yang baik ini (karena telah adanya pengingkaran oleh sebagian kaum muslimin terhadap selebaran tersebut-pen), mengalirlah beberapa surat dan adanya saran lewat perbincangan langsung kepada Lajnah da’imah lil buhuts al-ilmiyah wal ifta’ (kalau di Indonesia, semacam MUI-pen) yang mengharapkan penjelasan tentang bagaimana sikap kaum muslimin terhadap selebaran-selebaran tersebut. (Mereka juga berharap) agar pihak Lajnah da’imah lil buhuts al-ilmiyah wal ifta’ memperingatkan kaum muslimin dari dakwah kekafiran yang berbahaya ini.

Maka dengan mengharap taufiq dari Alloh, kami (Lajnah Da’imah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta’) katakan:

Semenjak sinar Islam terbit di permukaan bumi, musuh-musuh islam -yang mempunyai perbedaan aqidah dan agama- berusaha siang dan malam untuk membuat makar (tipu daya) bagi Islam. Mereka melancarkan makar kepada para pemeluknya manakala ada kesempatan dalam rangka mengeluarkan kaum muslimin dari cahaya kepada kegelapan. Mereka juga berusaha untuk merobohkan negri-negri islam dan melemahkan pengaruh Islam dalam jiwa kaum muslimin. Bukti nyata dari hal ini semua adalah sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an tatkala Alloh berfirman yang artinya, “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqoroh: 105). Alloh Subhanahu juga berfirman yang artinya, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS. Al-Baqoroh: 109). Di Surat yang lain Alloh Jalla wa ‘Ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (QS. Al-Imron: 100)

Di antara musuh agama ini (yaitu islam-pen) yang paling menonjol adalah orang-orang nashroni yang menaruh dendam. Mereka tiada henti-hentinya mengerahkan segenap kekuatan dan kemampuan untuk melawan kekuatan Islam di seantero dunia. Bahkan mereka menyerang Islam dan kaum muslimin di pusat wilayah mereka, lebih-lebih saat kondisi lemah menimpa dunia Islam seperti keadaan saat ini. Dapat dimengerti dengan mudah, bahwa tujuan dari serangan ini adalah untuk menggoncang aqidah kaum muslimin serta menebarkan keragu-raguan dalam jiwa kaum muslimin terhadap agamanya. Hal ini sebagai langkah awal untuk mengeluarkan mereka dari Islam serta membujuk mereka untuk memeluk agama nashroni lewat istilah -yang sebenarnya salah kaprah- yang dikenal dengan Tabsyiir (Missi/Kristenisasi) (Dikatakan salah kaprah karena sebenarnya secara bahasa arti Tabsyiir adalah memberi kabar gembira, namun pada hakekatnya bukan merupakan pemberian kabar gembira namun salah satu bentuk penyesatan/gerakan pemurtadan-pen). Tujuan dari missi ini tidak lain hanyalah untuk mengajak kepada paganisme (peribadatan kepada berhala) yang terdapat di dalam agama Nashroni yang menyimpang dimana Alloh tidak menurunkan keterangan tentangnya. Dan Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam tidak ikut campur dalam hal ini semua (Hal ini karena orang nashroni menyembah nabi ‘isa, sedangkan beliau tidak ridho dengan peribadatan tersebut-pen).

Sungguh orang-orang nashroni telah mengeluarkan banyak dana serta mengerahkan kekuatan yang besar dalam mewujudkan impian mereka yaitu untuk mengkristenkan dunia pada umumnya, serta umat islam pada khususnya. Akan tetapi keadaan mereka adalah sebagaimana yang dikabarkan oleh Alloh (di dalam Al-Qur’an) yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal: 36). Untuk mencapai tujuan ini, dari dulu hingga sekarang, mereka mengadakan mu’tamar-mu’tamar (pertemuan) baik bertaraf lokal maupun internasional yang dihadiri oleh para missionaris dari berbagai tempat untuk bertukar pikiran dan usulan seputar masalah cara apa yang paling manjur dan target yang paling penting. Oleh karena itu, merekapun membuat beberapa rencana dan program. Di antara program yang mereka buat adalah:

- Mengirim misi-misi Kristen ke negri-negri islam, mendakwahkan ajaran nashroni dengan mebagikan buku-buku serta selebaran-selebaran yang memperkenalkan ajaran nashroni. Juga dengan membagikan terjemahan-terjemahan injil dan buku-buku yang memberikan kerancuan tentang ajaran Islam, serangan terhadap Islam serta memberikan kesan yang buruk tentang gambaran Islam kepada dunia.

- Melakukan kristenisasi dengan jalan yang samar serta cara-cara yang tidak langsung. Di antara cara yang paling penting adalah:
Melalui jalan pengobatan dan pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Banyaknya orang yang membutuhkan pengobatan, tersebarnya berbagai wabah dan penyakit di wilayah kaum muslimin turut memberikan andil bagi efektifitas cara ini, khususnya dengan berjalannya waktu, dokter-dokter muslim sangatlah jarang bahkan pada beberapa negri Islam tidak memiliki dokter muslim sama sekali.
Kristenisasi dengan metode pendidikan. Dengan metode ini, terkadang secara terang-terangan dibangun sekolah-sekolah atau universitas-universitas Kristen. Namun terkadang dengan membangun sekolah-sekolah yang kelihatannya memiliki bentuk pengajaran yang murni (sekolah yang tanpa label Kristen-pen) akan tetapi orang nashroni membuat makar secara terselubung di dalamnya. Trik ini menjadikan banyak kaum muslimin tertipu dengan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut dengan harapan agar anak-anak mereka dapat belajar bahasa asing atau materi khusus yang lain. Dan janganlah kamu bertanya tentang besarnya kesempatan yang diberikan kaum muslimin kepada orang nashroni manakala mereka menyerahkan anak-anaknya pada saat mereka masih kanak-kanak atau menginjak dewasa di mana pada masa itu akal mereka masih kosong serta siap menerima apa saja yang mereka pelajari. Menerima apa saja yang dipelajarinya…!! (Sekali lagi) apasaja yang dipelajarinya…!!
Kristenisasi dengan media-media informasi. Kristenisasi dengan cara ini seperti melalui siaran radio yang disiarkan ke negri-negri islam atau melalui siaran yang dapat disaksikan lewat parabola, seperti beberapa tahun terakhir ini. Terlebih lagi melalui surat kabar, majalah-majalah, selebaran-selebaran yang di ekspor dalam jumlah yang mengerikan…

Sarana-sarana informasi ini, baik melalui media yang menampilkan informasi yang dapat dilihat, didengar maupun dibaca semuanya turut serta di dalam mendorong semakin cepatnya kristenisasi dengan melalui cara-cara sebagai berikut:
Seruan kepada agama nashroni dengan lebih menampakkan sisi-sisinya yang semu, menampakkan kasih sayang kepada umat manusia.
Menebarkan kerancuan kepada kaum muslimin dalam sisi aqidah, syiar-syiar serta hubungan keagamaan mereka.
Menyebarkan pornografi dan pornoaksi serta hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat dengan tujuan untuk membuat orang-orang yang menyaksikannya menjadi terlena, menghancurkan akhlaq, merobohkan kehormatan dan menghilangkan rasa malu mereka serta mengubah keadaan orang yang terlena tadi menjadi para pengekor syahwat, menjadi para pemburu kenikmatan sesaat yang rendah. Setelah itu, maka menjadi mudahlah dakwah mereka (untuk menggiring kaum muslimin-pen) kepada apa saja yang mereka inginkan sampai seandainya digiring kepada kemurtadan dan kekafiran-wal iyadzubillah-. Ini semua dapat terjadi manakala semangat keimanan dalam hati telah lenyap dan ikatan keagamaan dalam jiwa-jiwa manusia telah lepas.

Selain cara-cara di atas, masih ada cara-cara lain untuk program kristenisasi yang hal itu dapat diketahui oleh orang yang mau memperhatikan keadaan dunia islam. Namun di sini tidaklah kami sebutkan semuanya dalam rangka untuk meringkas pembahasan. Hal ini karena maksud (dari pembahasan ini) hanyalah sekedar peringatan saja, bukan untuk menjelaskan secara detail. Namun demikian, apapun yang dilakukan (oleh orang-orang nashroni) telah Alloh nyatakan (di dalam Al-Qur’an) yang artinya, “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal: 30). Alloh juga berfirman yang artinya, “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 32)

Itulah makar-makar (tipu daya) para misionaris, dan makar mereka ini hanyalah untuk menyesatkan kaum muslimin!! Jika demikian, maka apa kewajiban kum muslimin untuk menghadapinya? Dan bagaimana pula menghadapi serangan yang membabi buta itu atas kaum muslimin?

Tidak diragukan lagi, ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi seluruh kaum muslimin, baik secara individu, masyarakat, pemerintah maupun rakyatnya untuk menghadapi peperangan beracun ini yang telah memangsa banyak korban dari umat ini, baik orang dewasa atau anak kecil, baik laki-laki ataupun perempuan. Hasbunallohu wa ni’mal wakil (cukuplah Alloh sebagai sebaik-baik pelindung).

Diakui bahwa untuk situasi dan kondisi apapun terdapat solusi yang sesuai dengan syariat. Dapat kita sampaikan secara global bahwa bentuk pelaksanaan kewajiban (solusi) itu sebagai berikut:
Menancapkan dasar-dasar aqidah islamiyah ke dalam jiwa-jiwa kaum muslimin melalui kurikulum-kurikulum pendidikan maupun program-program pendidikan yang bersifat umum. Pengokohan dasar-dasar aqidah ini lebih difokuskan pada jiwa anak-anak melalui sekolah-sekolah atau melalui pendidikan formal maupun non formal (keluarga).
Menumbuhkan sikap kesadaran beragama yang benar di seluruh lapisan masyarakat serta mengisi jiwa-jiwa mereka untuk semangat (membela-pen) agama, kehormatan dan kesucian.
Menutup pintu masuknya produk-produk nashroni seperti film, selebaran, majalah-majalah dan selainnya dengan tidak memberikan izin masuk untuk produk-produk tersebut serta memberikan hukuman yang menakutkan bagi siapa saja yang melanggarnya.
Memberikan penjelasan kepada masyarakat dan memperingatkan mereka terhadap bahaya kristenisasi serta cara-cara yang digunakan oleh para missionaris agar mereka berhati-hati terhadap perkara tersebut serta tidak terjatuh dalam perangkapnya.
Menaruh perhatian pada seluruh bidang pokok (kebutuhan dasar) dalam kehidupan seorang muslim khususnya bidang kesehatan dan pendidikan. Realita menunjukkkan bahwa keduanya merupakan celah yang paling berbahaya dimana orang-orang nashroni banyak masuk lewat kedua celah tersebur untuk mempengaruhi hati dan akal umat manusia.
Hendaknya setiap muslim di manapun untuk selalu berpegang teguh dengan agama dan aqidahnya dalam setiap situasi dan kondisi. Dan setiap muslim hendaknya menegakkan syi’ar-syi’ar islam dalam diri dan keluarganya sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya serta berusaha membentengi keluarganya guna melawan setiap serangan yang bertujuan untuk merusak aqidah serta akhlaq mereka.
Hendaknya setiap pribadi dan keluarga berhati-hati untuk melakukan perjalanan ke negri-negri kafir kecuali jika ada kebutuhan yang mendesak, seperti berobat atau mencari ilmu yang sangat dibutuhkan dimana ilmu tersebut tidak didapatkan di negri-negri islam dengan tetap menyiapkan diri untuk menolak syubhat (kerancuan berfikir) serta fitnah (terror) terhadap agamanya yang dilancarkan oleh orang-orang kafir kepada kaum muslimin.
Menggalakkan takaful ijtima’i (solidaritas sosial) di antara kaum muslimin serta adanya tolong-menolong di antara mereka. Orang-orang yang kaya memperhatikan hak-hak orang yang miskin. Orang-orang yang kaya tersebut hendaknya mengulurkan tangan mereka di dalam kebaikan serta program-program yang bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan kaum muslimin, sehingga tangan-tangan orang-orang nashroni tidak terulur kepada mereka dalam rangka memanfaatkan kebutuhan dan kemiskinan mereka (untuk kemudian memurtadkan mereka-pen).

Penutup

Akhirnya kita memohon kepada Alloh dengan Nama-NamaNya yang Mulia serta Sifat-SifatNya yang Agung agar Alloh menyatukan barisan kaum muslimin, mengikat hati-hati mereka, memperbaiki keadaan mereka serta memberikan mereka petunjuk ke jalan-jalan keselamatan. Kita juga berdo’a semoga Alloh menjaga kaum muslimin dari makar musuh-musuhnya, melindungi dari keburukan-keburukan mereka serta menjauhkan mereka dari kekejian serta fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi, sesungguhnya Alloh Maha Penyayang…

Ya Alloh, siapasaja yang menginginkan keburukan Islam dan kaum muslimin maka sibukkanlah mereka dengan urusan dirinya sendiri. Tolaklah tipu dayanya dan timpakanlah keburukan atas mereka, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Maha Suci Alloh Pemilik keperkasaan dari seluruh yang mereka sifatkan. Semoga keselamatan terlimpah atas para rosul. Segala puji bagi Alloh Tuhan sekalian alam.