Minggu, Agustus 17, 2008

Di Jalan Dakwah Aku Menikah


Atribut yang diberikan Islam kepada kita, salahsatunya adalah dai ilallah. Kita dituntut untukmerealisasikan dakwah dalam seluruh waktu kehidupankita. Setiap langkah kita sesungguhnya adalah dakwahkepada Allah, sebab dengan itulah Islam terkabarkankepada masyarakat. Bukankah dakwah bermakna mengajakmanusia merealisasikan ajaran-ajaran Allah dalamkehidupan keseharian? Sudah selayaknya kita sebagaipelaku yang menunaikan pertama kali, sebelum mengajakkepada yang lainnya.

Pernikahan akan bersifat dakwah apabila dilaksanakansesuai dengan tuntunan Islam di satu sisi, danmenimbang berbagai kemaslahatan dakwah dalam setiaplangkahnya, pada sisi yang lain. Dalam memilih jodoh,dipilihkan pasangan hidup yang bernilai optimal bagidakwah. Dalam menentukan siapa calon jodoh tersebut,dipertimbangkan pula kemaslahatan secara lebih luas.selain kriteria umum sebagaimana tuntunan fikih Islam,pertimbangan lainnya adalah : apakah pemilihan jodohini memiliki implikasi kemaslahatan yang optimal bagidakwah, ataukah sekedar mendapatkan kemaslahatan bagidirinya? mari saya beri contoh berikut. diantarasekian banyak wanita muslimah yang telah memasuki usiasiap menikah, mereka berbeda-beda jumlah bilanganusianya yang oleh karena itu berbeda pula tingkatkemendesakan untuk menikah.

Beberapa orang bahkansudah mencapai usia 35 tahun, sebagian yang lainantara 30 hingga 35 tahun, sebagian berusia 25 hingga30, dan yang lainnya di bawah usia 25 tahun. Merekasemuaini siap menikah, siap menjalankan fungsinya dan peransebagai isteri dan ibu di rumah tangga. Anda adalah laki-laki muslim yang telah berniatmelaksanakan pernikahan. Usia anda 25 tahun.

Andadihadapkan pada realitas bahwa wanita muslimah yangsesuai kriteria fikih Islam untuk anda nikahi adasekian banyak jumlahnya. Maka siapakah yang lebih andapilih, dan dengan pertimbangan apa anda memilih diasebagai calon isteri anda? Ternyata anda memilih si A, karena ia memilikikriteria kebaikan agama, cantik, menarik, Pandai, danusia masih muda, 20 tahun atau bahkan kurang dari itu.Apakah pilihan anda itu salah? Demi Allah, pilihananda ini tidak salah! anda telah memilih calon isteridengan benar karena berdasarkan kriteria kebaikanagama, dan memenuhi sunnah kenabian.

BukankahRasulullah bertanya kepada Jabir ra : “Mengapa tidak menikah dengan seorang gadis yangbisa engkau cumbu dan bisa mencumbuimu” (RiwayatBukhari dan Muslim) Dan inilah jawaban dakwah seorang Jabir ra, “Wahai Rasulullah, saya memiliki saudara-saudaraperempuan yang berjiwa keras, saya tidak mau membawayang keras juga kepada mereka. janda ini saya harapkanmampu menyelesaikan permasalahan tersebut.” kata Jabir“benar katamu” jawab Nabi saw.

Jabir tidak hanya berfikir untuk kesenangan dirinyasendiri. Ia bisa memilih seorang gadis perawan yangcantik dan muda belia. Namun ia memiliki kepekaandakwah yang amat tinggi. kemaslahatan menikahi jandatersebut lebih tinggi dalam pandangan Jabir,dibandingkan dengan menikahi gadis perawan.

Nah, apabila semua laki-laki muslim berpikiran dan menentukan calon isterinya harus memiliki kecantikanideal, berkulit putih, usia 5 tahun lebih muda daridirinya, maka siapakah yang akan datang melamar parawanita muslimah yang usianya diatas 25 tahun, atauusia diatas 30 tahun atau bahkan diatas usia 35 tahun? Siapakah yang akan datang melamar para wanitamuslimah yang dari segi fisik tidak cukup alasan untukdikatakan sebagai cantik menurut ukuran umum? mereka,wanita tadi adalah para muslimah yang melaksanakanketaatan, mereka adalah wanita shalihah, menjagakehormatan diri, bahkan mereka aktif terlibat dalamkegiatan dakwah dan sosial.

Menurut anda, siapakahyang harus menikahi mereka? Ah, mengapa pertanyaannya “harus” ? Dan mengapapertanyaan ini hanya dibebankan kepada seseorang ?kita bisa saja mengabaikan dan melupakan realitas ini.Jodoh ditangan Allah, kita tidak memiliki hakmenentukan segala sesuatu, biarlah Allah memberikankeputusan agungNya. Bukan, bukan dalam konteks itusaya berbicara. Kita memang bisa melupakan mereka, dantidak peduli dengan orang lain, tapi bukankah Islamtidak menghendaki kita berperilaku demikian? Kendatipun nabi saw menganjurkan Jabir agarberisteri gadis, kita juga mengetahui bahwa hampirseluruh isteri Rasulullah adalah janda.

Kendatipun nabi saw. menyatakan agar Jabir beristerigadis, pada kenytaannya Jabir telah menikahi janda. Demikian pula permintaan mahar Ummu Sulaim terhadaplaki-laki yang datang melamarnya, Abu Thalhah. Maharkeislaman Abu Thalhah menyebabkan Ummu Sulaim menerimapinangannya. Inilah pilihan dakwah. Inilah pernikahanbarakah, membawa maslahat bagi dakwah. Sebagaimana pula pikiran yang terbersit di benakSa’ad bin Rabi saat ia menerima saudaranya seiman,Abdurahman bin Auf. “Saya memiliki dua isterisedangkan engkau tidak memiliki isteri. Pilihlahseorang diantara mereka yang engkau suka, sebutkanmana yang engkau pilih, akan saya ceraikan dia untukengkau nikahi.

Kalau iddahnya sudah selesai makanikahilah dia” (riwayat Bukhari) Ia tidak memiliki maksud apapun kecuali memikirkankondisi saudaranya seiman yang belum memiliki istri.Keinginan berbuat baiknya itulah yang sampaimemunculkan ide aneh tersebut. Akan tetapi sebagaimanakita ketahui, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran itu,dan ia sebagai orang baru di Madinah hanya inginditunjukkan jalan ke pasar. Ini hanya satu contoh saja, bahwa dalam kontekspernikahan, hendaknya dikaitkan dengan proyek besardakwah Islam.

Jika kecantikan gadis harapan andabernilai 100 poin, tidakkah anda bersedia menurunkan20 atau 30 poin untuk bisa mendapatkan kebaikan darisegi yang lain? ketika pilihan itu membawa maslahatbagi dakwah, mengapa tidak ditempuh? Jika gadisharapan anda berusia 20 tahun, tidakkan anda bersediasedikit memberikan toleransi dengan masalahat kepadawanita yang lebih mendesak untuk segera menikahdisebabkan desakan usia? Jika anda adalah wanita mudausia, dan ditanya ? dalam konteks pernikahan ? olehseorang lelaki yang sesuai kriteria harapan anda,mampukah anda mengatakan kepada dia, “saya memangtelah siap menikah, akan tetapi si B sahabat saya,lebih mendesak untuk segera menikah”.

Atau kita telah sepakat untuk tidak mau melihatrealitas itu, karena bukanlah tanggung jawab kita ?Ini urusan masing-masing. Keberuntungan dankeidakberuntungan adalah soal takdir yang tidak beradadi tangan kita. Masya Allah, seribu dalil bisa kitagunakan untuk mengabsahkan pikiran individualistikkita. Akan tetapi hendaknya kita ingat pesan kenabianberikut: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam cinta, kasihsayang dan kelembutan hati mereka adalah seperti satutubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit,terasakanlah sakit tersebut di seluruh tubuh hinggatidak bisa tidur dan panas” (Riwayat Bukhari danMuslim) Bisa jadi kebahagiaan pernikahan kita telahmenyakitkan dan mengiris-ngiris hati beberapa oranglain. Setiap saat mereka mendapatkan undanganpernikahan, harus membaca, dan menghadiri denganperasaan yang sedih, karena jodoh tak kunjung datang,sementara usia terus bertambah, dan kepercayaan dirisemakin berkurang. Disinilah perlunya kita berfikir tentangkemaslahatan dakwah dalam proses pernikahan muslim.


Sumber : Buku “Di Jalan Dakwah Aku Menikah“.Oleh : Cahyadi Takariawan.

Tidak ada komentar: