Kamis, Oktober 09, 2008

Karakteristik Masyarakat Islam dalam Surat Al-Ahzab

Pendahuluan :
Segala puji hanyalah milik Allah Tuhan semesta alam, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, dan memberikan peringatan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, di dalamnya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lainnya ayat-ayat mutasyabihat, bagi siapa berpegang teguh kepadanya akan mendapat petunjuk dan bagi siapa meninggalkannya maka akan sesat dengan sesat yang nyata. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Sholawat dan salam atas nabi pilihan, Muhammad saw yang diberi petunjuk, Allah SWT mengutusnya guna memberi rahmat kepada sekalian alam, memberi kabar gembira dan peringatan, menyeru kepada Allah dengan izin-Nya dan pembawa cahaya yang terang benderang.
Bahwa Al-Qur'an al-karim memiliki peran besar dalam berbagai urusan Islam dan umat Islam, memberi petunjuk ke jalan yang lurus, sebagai menara yang dapat mengarahkan falsafah mereka baik jiwa dan mental mereka, didalamnya terdapat dasar-dasar agama, pondasi-pondasi syariat (undang-undang), petunjuk pada kemuliaan akhlak dan hukum, pencerah akan realitas hari kebangkitan dan hari pembalasan, pembimbing ke jalan kebenaran dan kejujuran, penyingkap rahasia kehidupan dan alam, kehidupan sosial dan ekonomi, serta berita tentang umat masa lampau dan negeri-negeri umat terdahulu.Singkatnya Al-Qur'an adalah pengarah mereka dalam segala aspek kehidupan, interaksi dan fenomena-fenomena sosial mereka.Karena itu, tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur'an al-karim sebagai bahan rujukan umat Islam sejak lama, sehingga banyak bermunculan kitab-kitab tentang hukum-hukum Al-Qur'an, tafsirnya, balaghohnya, bahasanya dan I'rabnya. Hingga ilmu-ilmu tersebut menjadi bagian dari ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam dan salah satu seni tersendiri tentang Al-Qur'an.
Para ulama banyak menafsirkan Al-Qur'an sejak dahulu hingga sekarang tiada henti, sehingga bermunculan banyak ilmu pengetahuan, ada yang berhubungan dengan pengumpulan dan penerbitannya, ada yang berhubungan dengan I'rab dan bahasa-bahasanya yang asing, dan juga ada yang berhubungan dengan tafsirnya dan penjelasan yang ada didalamnya dari hukum-hukum yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi umat; tempat dan masa.Makna tafsir maudhu'i (tematik) dan perkembangannya Diantara tafsir yang terkenal dan banyak diminati oleh para ulama dan menjadi prioritas utama adalah tafsir maudu'i (tafsir tematik) yaitu "ilmu yang membahas didalamnya tentang tema-tema khusus Al-Qur'an al-karim, menyatu dalam makna dan tujuan, menghubungkan kesatuan ayat-ayat yang berpencar-pencar, lalau diteliti dengan bentuk dan syarat tertentu guna menjelaskan maknanya dan mengekplorasi inti-intinya dan mengikatnya dalam tema yang satu (1) , Sebagian ulama muslim banyak melakukan hal ini dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an yang sesuai dengan kondisi dan realita kehidupan umat, sesuai dengan kebutuhan umat dalam memahami nilai-nilai dan adab yang terkandung didalamnya, mereka melakukannya dengan penuh ketenangan dan ketentraman, jauh dari penyimpangan dan penyalahgunaan dan tanpa ada yang dilebih-lebihkan seperti yang pernah dilakukan oleh para pendahulu dari para sahabat dan tabi'in, hingga akhirnya kemukjizatan Al-Qur'an dapat terus dirasakan, tampak hujjah Allah yang begitu mulia disepanjang zaman, dan hikmahnya disetiap tempat begitu terasa, seakan wahyu Allah masih saja turun tiada hentinya.
Sungguh Al-Qur'an telah menampakkan kemukjizatannya dengan mengajak elemen manusia, menggerakkan akal dan hatinya, indra dan fitrinya hingga dapat berinteraksi dengan Al-Qur'an dengan penuh pemahaman dan pengetahuan, tadabbur secara jeli, sebagaimana friman-Nya : "Tidakkah mereka mentadabburkan Al-Qur'an atau hati-hati mereka tertutup". (Muhammad : 24) dan firman Allah : "Tidakkah mereka mentadabburkan Al-Qur'an dan sekiranya datang bukan dari sisi Allah tentu akan mereka dapati perselisihan yang banyak". (An-Nisa : 82).Bahwa setiap buku atau madzhab yang ada dimuka bumi ini, dalam melewati perjalanannya pasti selalu berhadapan dengan yang baru dan oleh karenanya akan terjadi perubahan dari sisi pandangan dan ijtihadnya sehingga mampu menjawab realita dan kondisi yang sesuai dengan zaman, kecuali Al-Qur'an, karena Al-Qur'an elastis sejalan dengan perubahan zaman sesuai dengan kehidupan manusia, Al-Qur'an akan selalu seiring dengan kehidupan manusia sepanjang masa, namun karena itulah manusia membutuhkan tafsir yang baru yang sesuai dengan kehidupan mereka, yang dapat menentramkan jiwa mereka tanpa menyimpang dari sunnah Rasulullah saw dan perkataan para sahabat dan tabiin.Para ulama dahulu sangat berpegang teguh pada tafsir Al-Qur'an dengan sunnah As-syarifah dan ucapan para sahabat, namun para ulama “sebagai usaha mencari tambahan intisari yang dipetik dari suatu hukum dan pendapat yang sesuai dengan kondisi zaman- memaksa diri untuk melakukan kerja keras dalam memahami, menalar dan menafsirkan agar keluar darinya pandangan-pandangan baru dalam menafsirkan Al-Qur'an.
Karena Al-Qur'an merupakan kitab Allah yang baku untuk setiap zaman dan keadaan, sehingga tidak layak jika Al-Qur'an berlaku untuk masa yang terbatas, dan yang mengatakan bahwa ini merupakan final dari suatu penafsiran terhadap Al-Qur'an adalah merupakan sesuatu yang mustahil.Tafsir tematik muncul sudah sejak lama, dimana perkembangannya tumbuh seiring dengan turunnya Al-Qur'an dimasa awal yaitu masa Rasulullah saw. Bahwa beliau ditugaskan menjelaskan maksud dan tujuan ayat hingga dapat dipahami dan dijiwai oleh kaum muslimin saat itu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah utama yang dilakukan Rasulullah saw adalah untuk memotivasi para sahabat untuk mentadabburkan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah diturunkan Allah SWT kepada mereka dan merenungkannya, namun hal tersebut tidak menyebar secara menyeluruh kepada mereka dan tidak dibukukan dalam kitab kecuali melalui periwayatan secara lisan saja.Guna memperjelas pembicaraan ini kita ambil satu contoh berikut; seperti yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim, keduanya berkata : saat turun ayat Allah : "Orang-orang yang beriman dan mencampur adukkan keimanannya dengan kedzaliman". Para sahabat merasa berat mendengarnya, hingga mereka mengadukannya kepada Rasulullah saw ; mana ada diantara kami yang tidak mendzalimi diri sendiri ? Rasulullah bersabda : "Bukan seperti yang dimaksud, tidakkah kalian mendengar ucapan seorang hamba yang salih : "Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kedzaliman yang sangat besar".
Jadi yang dimaksud adalah syirik.Hadits diatas mengisyaratkan bahwa satu lafadz memiliki banyak makna dan beragam arti, dalam Al-Qur'an al-karim dan penyatuan beberapa ayat pada tema yang satu dapat memberikan titik terang penjelasan ayat disetiap tempatnya, sebagaimana yang dijelaskan bahwa makna "Ad-dzulmu" adalah "asy-syirku".Setelah kemenangan islam dicapai hingga kepelosok-pelosok negeri, dari mengakibatkan banyak dari mereka mendapatkan situasi kehidupan yang belum pernah terjadi pada masa Nabi saw, para sahabat dan juga para tabi'in, apalagi setelah bertambahnya jumlah umat Islam dan banyak dari suatu kaum dan kabilah yang secara berduyun-duyun memeluk Islam, hingga mendorong para ulama untuk terus mengkaji ayat-ayat Al-Qur'an al-karim guna mengungkap rahasia yang terkandung dalam Al-Qur'an al-karim yang sesuai dengan realitas kehidupan, yaitu dengan cara mengumpulkan ayat-ayat serupa seperti yang pernah dilakukan nabi saw, lalu membandingkannya guna mengeluarkan hukum-hukum syariat darinya dan hal-hal baru yang berhubungan dengan kondisi zaman.Dari sini penulis berpendapat untuk bisa mnemberikan sumbangsih dalam metode ini, memberikan saham pada tema yang sangat penting ini; mengikuti jejak langkah Rasulullah saw, meneladani petunjuk dan manhaj pada lingkup ini seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya.
Karena itu penulis melakukan pembuatan tema khusus dalam menafsirkan sebagian ayat-ayat Al-Qur'an al-karim, yang penulis beri tema dengan "Ma'alim Al-Mujtama' Al-Islami fi Suratil Ahzab “dirasah mauduiyyah" (karakteristik masyarakat islam dalam surat al-ahzab “kajian tematik) dengan tujuan dan pembatasan bagaimana membangun masyarakat muslim seperti yang diinginkan Islam, sendi-sendi dan pondasi-pondasinya, diiringi dengan pokok-pokok dan contoh-contoh guna membina umat secara individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, menerapkan hukum-hukum islam, mengamalkan adab-adabnya, yang sesuai dan termaktub dalam surat yang dimaksud.Kita sadar bahwa membangun masyarakat akan selalu berhubungan dengan personalnya, karena baik dan buruknya pribadi seseorang akan mempengaruhi kehidupan sosialnya, sebagaimana baik dan buruknya suatu masyarakat atau lingkungan memiliki peran dalam setiap individunya.
Makna karakteristik masyarakat IslamIslam telah memberikan kepada setiap insan jiwa yang merdeka, dan menjadikannya sebagai bagian terpenting dari sebuah masyarakat, maka setiap manusia memiliki sifat sosial ditempat dia hidup, karena itu setiap insan tidak bisa hidup diluar area dari suatu masrarakat karena dirinya pasti membutuhkan bantuan orang lain, mujtama adalah bagian terpenting agar tegak kehidupan setipa individu di dalamnya.Ada ungkapan mengatakan: "Manusia adalah berjiwa sosial; yaitu bahwa dirinya tidak bisa hidup dalam kesendirian namun mesti membutuhkan bantuan orang lain agar tetap bisa bertahan dalam hidupnya, mengaktualisasikan cita-citanya dan menyambung keturunannya".
Karena itu, manusia sejak diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini selalu membutuhkan adanya sekelompok masyarakat dan bahkan merupakan keharusan agar dapat memudahkan segala kebutuhannya dan melanggengkan hidupnya, manusia lahir sementara dirinya tidak bisa lari dari kehidupan berjamaah dan sekelompok orang, dan merupakan keharusan juga bahwa setiap insan harus menyatu dengan mereka, saling membantu dan menolong dalam segala aspek kehidupan mereka.Kata "mujtama" tidaklah asing bagi kita, karena kalimat tersebut selalu hadir dalam setiap gerak kehidupan kita, seakan antara hidup dan mujtama seperti dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Kata tersebut “dalam bahasa arab- diambil dari kata kerja "jama'a" (dari bab "nasoro") dan dalam bentuk mudhori'nya "yajma'u" dan masdarnya "jam'an"; yaitu "isim yang dihubungkan dengan sekelompok manusia" dan bisa juga digunakan kepada selain manusia seperti sekelompok pepohonan dan sekelompok tumbuh-tumbuhan.
Kadang digunakan pada nama tambahan seperti "masjid jami'" karena tempat tersebut sebagai tempat berkumpulnya para jamaah saat waktu sholat atau acara lainnya, sehingga menjadi kata sifat dari masjid karena sebagai tanda tempat perkumpulan.Jadi kata "al-jam'u" berarti "bersatu dengan yang lainnya" lalu ditambahkan dengan dua huruf "alif" diawal kata dan huruf "ta" setelah huruf "jim" sehingga menjadi "ijtima" dan masdarnya "mujtama". Jadi maksud dari kata "almujtama" adalah sekelompok manusia yang bergabung sebagian dengan sebagian yang lainnya dalam satu wadah atau tempat yang saling mengikat, seakan mereka seperti lembaga yang dibentuk dari sekelompok orang yang saling mengikat; baik ikatan keyakinan atau kemaslahatan yang terbatas.Adapun kata "islami" guna menentukan pembicaraan pada tema tertentu yang mencakup pada satu tujuan dan persepsi, maka yang dimaksud dengan "Mujtama Islami" adalah masyarakat yang dibangun oleh ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan tertentu dan system kemaslahatan yang berdasarkan islam.Hal tersebut, karena mujtama “sebagaimana yang kita kenal- banyak ragamnya; disana ada masyrakat kapitalis; yaitu masyarakat yang dalam persepsi mereka adalah harta dan keduniaan; baik bentuk dan ragamnya, tujuan hidup mereka hanya satu yaitu dunia, dan tidak ada dalam keyakinan mereka kehidupan setelahnya.
Karena itu kehidupan dunia harus dinikmati sepuas-puasnya tanpa ada batasan dan ikatan tertentu “baik sitem, undang-undang ataupun agama- yang dapat mengekang kebebasan mereka.Sebagaimana juga disana ada yang disebut dengan mujtama' sosialis komuniis yang berprinsip kehidupan indvidu tidak memiliki kekuasaan penuh terhadap harta yang dimilikinya karena semuanya milik negara, tidak ada hak bagi seseorang untuk memilikinya kecuali sekedar untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ditambah lagi mereka juga tidak meyakini ketuhanan sebagai pencipta mereka dan Tuhan mereka, karena dunia -menurut mereka- terjadi dengan sendirinya sejak lama sebagaimana manusia tidak terlahir kecuali karena adanya pertemuan air mani dan indung telur pada sepasang suami istri, dunia dan manusia tidak akan hancur “meurut keyakinan mereka- kecuali karena termakan masa, atau mati kecuali karena dimakan oleh usia.Al-Qur'an telah merekam keyakinan mereka yang keliru dalam firman-Nya :
Dan mereka berkata : "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja".
(Al-Jatsiah : 24)Maksudnya ; Tidak ada kehidupan kecuali hanyalah kehidupan duniawi, kita akan mati dan kehidupan di dalamnya dengan adanya kematian sebagian dan kelahiran sebagian yang lainnya, tidak ada kehidupan setelahnya, dan tidak ada yang menghilangkan kami dengan kematian kecuali karena perjalanan waktu, lalu Allah menolak anggapan mereka yang salah tersebut bahwa yang mereka ungkapkan hanyalah bualan belaka yang tidak ada dasarnya sama sekali, hanya sekedar keraguan belaka.Atau model masyarakat lainnya yang tidak menisbatkan dan menggantungkan kehidupannya dari keyakinan yang benar dan manhaj yang lurus.Adapun model masyarakat yang ingin kita jabarkan disini adalah masyarakat Islam sebagai model masyarakat yang merdeka dan memiliki keistimewaan tersendiri dari yang lainnya, masyarakat yang memiliki manhaj yang satu, syariat yang satu dan tujuan yang satu yaitu Al-Islam.
Masyarakat Islam adalah masyarakat yang tumbuh dari syari'at yang khusus yang berasal dari Yang Maha bijaksana dan Terpuji, dan masyarakat yang setiap individunya memahami perintah-perintah syariat. Yaitu masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri dari masyarakat lainnya, karena masyarakat islam dibangun atas pondasi yang satu yaitu aqidah Islamiyyah yang terpatri di dalam lubuk hati setiap individunya dan bersumber dari sang Pencipta masyarakat ini dan dunia ini.Masyarakat Islam adalah masyarakat yang taat dalam menerapkan ajaran Islam, baik keyakinan dan ibadahnya, syariat dan sistemnya, akhlak dan prilakunya, atau dengan kata lain masyrakat rabbani (berketuhanan), Insani (berperikemanusiaan), berakhlak dan seimbang. Tidak dianggap sebagai orang muslim jika dirinya tidak mau menerapkan dan menjadikan Islam sebagai manhaj hidupnya, karena Islam adalah agama yang komprehansip dan sempurna, umat Islam dituntut untuk menegakkan Islam “dalam rangka membangun masyarakat yang salih- hingga mereka tegak di dalamnya dan menyatu dalam jiwa mereka, dan hidup dibawah naungannya secara sempurna.
Karena itu masyarakat Islam adalah masyarakat yang taat, yang memiliki karakteristik dan sifat tersendiri dari yang lainnya, masyarakat yang istimewa dari segi ideologinya, nilai-nilainya, akhlaknya, undang-undangnya, system hidupnya, prilakunya dan adat istiadatnya.Adapun bagaimana masyarakat islam bisa berkembang dan tumbuh pesat ditengah umat di seluruh penjuru dunia yang telah terperosok dalam kegelapan, penuh dengan bid'ah dan penyimpangan yang dibuat-buat oleh manusia saat itu ? apa sendi-sendi yang dibangun sehingga mampu merubah dan membawa umat yang telah tersesat menuju cahaya ilahi dan hidayah Allah ? inilah yang coba akan dijabarkan dan diuraikan, diawali dengan pendahuluan yang bercerita tentang kondisi umat sebelum kebangkitan dan setelah kebangkitan Rasulullah saw dan diakhiri kondisi masyarakat kita saat ini. Insya Allah.Tulisan ini adalah merupakan thesis penulis untuk mendapatkan gelar S2 di Universitas Islam Om Durman, Sudan, dan coba diterjemahkan dan dipublikasikan dalam website al-ikhwan, agar dapat dibaca dan dinikmati ilmunya oleh para penggemar ilmu, dan karena terbatasnya ruang dan agar tidak terasa membosankan maka kami lakukan publishingnya dengan bertahap.Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dimana saja berada. Wallahu ta'ala a'lam.

Tidak ada komentar: